Share

Bab 3

Author: De yunn
last update Last Updated: 2023-12-10 02:58:40

Dengan kasar, Arni menghapus air matanya. Lalu segera berdiri dan berjalan dengan cepat. Ia tak mau anak-anaknya harus menunggu terlalu lama.

Selama berjalan menuju ke sekolah, Arni terus berpikir, siapa perempuan itu. Ia merasa familiar tapi tidak bisa mengingat dengan jelas wajah yang hanya di lihatnya dengan sekilas.

Ia juga terus merutuki dirinya sendiri yang tidak memiliki ponsel. Karena dulu lebih memilih menjualnya untuk mendaftarkan sekolah anaknya.

***

Usai menjemput anak-anaknya, Arni mengajak mereka mampir sebentar ke pertokoan untuk membeli ponsel seperti rencananya tadi. Meskipun sayang uangnya, tapi Arni berpikir bahwa ia harus memilikinya. Siapa tahu, ia akan mendapatkan bukti lain tentang perselingkuhan suaminya.

"Nggak ada yang lebih murah lagi mas? Tapi kualitasnya sama seperti yang putih ini," tanya Arni pada penjaga toko ponsel itu.

"Ada sih mbak. Tapi bekas, masih bagus dan mulus kok!" jawab penjaga toko sambil mengeluarkan sebuah ponsel berwarna hitam untuk di tunjukkan kepada Arni. Ia menerimanya dan melihat-lihat ponsel hitam yang baru dinyalakan oleh penjaga toko ponsel itu.

"Yang ini harganya boleh kurang kan Mas?" tanya Arni setelah puas melihat-lihat spesifikasi ponsel itu.

"Aduh Mbak, itu sudah pas. Gini deh! Harganya pas segitu, terus nanti saya kasih gratis kartu simnya. Sama saja Mbak dapat diskon kan kalau begitu?" tawar sang penjaga toko. Membuat Arni tersenyum penuh arti, sementara kedua anaknya hanya diam memperhatikan tawar menawar antara ibu mereka dengan penjaga toko.

"Baik Mas! Saya setuju!" ujar Arni dengan mantap.

Setelah Arni menyelesaikan pembayaran ponsel beserta kartu simnya, ia juga menanyakan sesuatu dengan suara yang lirih. "Mas, tahu nggak gimana caranya kita membuka ponsel yang dikunci menggunakan kata sandi?"

"Ponsel siapa Mbak? Bukan barang curian kan?" penjaga toko itu balik bertanya. Membuat Arni tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"E, itu Mas, sebenarnya ponsel suami saya. Tapi dikunci menggunakan kata sandi. Jadi saya tidak bisa membukanya." jelas Arni.

"Ya sebenarnya bisa sih Mbak, nanti kita atur ulang ponselnya ke pengaturan awal." jawab penjaga toko itu. Namun bukan jawaban seperti itu yang Arni inginkan. Ia ingin mendapatkan jawaban yang dapat memuaskannya. Misalnya, meretas dan membobol keamanan ponsel suaminya. Namun Arni urung mengatakannya. "Oh gitu ya Mas? Ya sudah, terima kasih banyak. Nanti kalau ada waktu biar saya bawa ponselnya kemari." ujar Arni menyudahinya. Lalu keluar dari toko itu bersama kedua anaknya.

Uang tabungannya masih sisa lebih dari separuhnya. Jadi dia memutuskan untuk membeli sesuatu lagi untuk dirinya serta kedua anaknya.

Arni membawa anak-anaknya masuk ke sebuah mini market, ia memilih beberapa kosmetik untuk dirinya. "Nah, kalian berdua boleh mengambil beberapa jajanan!" ujar Arni membuat anak-anaknya bersorak senang.

"Terima kasih bu!" kata kedua anaknya sambil berhamburan memeluk dirinya. Sudut mata Arni terasa basah, melihat hal sekecil ini yang selama ini tak pernah ia lakukan untuk anak-anak ternyata bisa membuat mereka sangat senang.

"Nah, sekarang ayo kita pergi makan!" seru Arni setelah keluar dari mini market. Kedua anaknya saling berpandangan. "Makan dimana bu?" tanya Rafa, anak bungsunya.

Pertanyaan sederhana itu membuat Arni tersenyum, "kita makan di sana!" jawab Arni sambil menunjuk sebuah restoran ayam goreng terkenal di seberang jalan. Rafa dan Natasha saling berpandangan, lalu dengan kompak menatap ibunya.

"Bu, ibu sedang punya banyak uang ya? Tumben sekali ibu mengajak kita makan diluar. Biasanya ibu akan menyuruh kita untuk berhemat." ucap Natasha dengan polosnya. Membuat hati Arni mencelos mendengar kalimat yang terlalu dewasa untuk diucapkan oleh seorang anak TK. Arni berlutut di trotoar, berusaha menyamakan tinggi badannya dengan kedua anaknya. Lalu ia memeluk mereka sambil berusaha bertahan agar tidak menangis.

"Natasha, uang ibu tidak banyak kok! Tapi sesekali ibu ingin mengajak kalian makan diluar seperti ini. Ibu yakin, teman-teman kalian pasti pernah bercerita kalau mereka sesekali diajak makan diluar kan sama orang tua mereka?"

Anak-anak Arni mengangguk bersamaan. Membuatnya semakin merasa bersalah karena selama ini terlalu berhemat untuk anak-anak. Pada hal mereka masih terlalu kecil, dan sesekali mereka membutuhkan saat-saat seperti ini untuk dijadikan sebagai kenangan.

"Ya sudah, ayo kita makan di sana!" ajak Arni sambil menuntun Rafa dan Natasha di kanan kirinya.

"Bu! Bu! Aku mau itu!" rengek Rafa sambil menunjuk gambar paha ayam goreng dengan nasi serta es krim. Arni tersenyum sambil mengangguk, lalu memesan menu yang Rafa inginkan untuk Natasha juga. Sementara dirinya hanya memesan teh botol dingin. Nafsu makan Arni hilang mengingat pemandangan pedih yang tadi ia lihat di sebuah tempat makan dengan jendela besar itu.

"Bu, kenapa ibu hanya minum? Kenapa ibu tidak makan? Ibu mau disuapi sama Natasha?" sekali lagi, kalimat Natasha berhasil membuat Arni nyaris menangis. Tak seharusnya, anak seusia Natasha bersikap dewasa seperti ini. Arni tak ingin, Natasha tumbuh dewasa terlalu cepat hingga ia tak menikmati masa kanak-kanaknya.

"Tidak kak, terima kasih. Ibu sudah kenyang hanya dengan melihat kalian makan lahap seperti itu. Habiskan makanannya ya! Kalau kurang, kalian boleh pesan lagi."t mereka kembali bersorak mendengar ucapan Arni. Namun pada akhirnya, mereka berdua kekenyangan dan tidak jadi menambah pesanan.

"Nah, sekarang kita pulang ya?"

Anak-anak mengangguk dengan lesu. Sepertinya karena kekenyangan, mereka berdua jadi lelah dan mengantuk. Jadi Arni menggendong Rafa di punggungnya, sementara Natasha dituntunnya. "Kak, kamu masih kuat jalan kan? Belum terlalu mengantuk kan?" tanya Arni dengan suara yang terdengar khawatir. Toh, ia tidak akan bisa menggendong mereka berdua sekaligus. Kalau mau naik ojek sampai rumah, tanggung. Karena jarak dari pertokoan dengan tempat tinggal mereka hanya sekitar sepuluh menit jalan kaki.

"Aku masih kuat jalan sampai rumah kok bu!" kata Natasha lemah, lalu menguap. Namun jelas sekali ia terlihat tengah menahan kantuk luar biasa yang menyerangnya. Hal itu terlihat menggemaskan untuk Arni, tapi ia juga merasa kasihan. Karena ditengah kantuk luar biasa hebat yang menyerangnya, Natasha masih harus menahannya agar bisa berjalan sampai rumah.

Arni agak mempercepat jalannya. Meskipun Natasha terlihat kesulitan untuk menyamai langkah ibunya, namun ia berusaha melakukannya. Natasha tahu, ibunya pasti merasa berat karena harus menggendong Rafa yang sudah mulai tidur dipunggung ibunya. Ia melakukannya tanpa mengeluh, tanpa protes sama sekali kepada ibunya.

Sesampainya di halaman rumah, Arni berhenti. Natasha heran, kenapa ibunya tidak langsung masuk ke dalam rumah. "Ibu kenapa tidak langsung masuk? Ibu pasti keberatan karena harus menggendong Rafa," ujar Natasha. Mendengar pertanyaan dari anak sulungnya, Arni menoleh. Lalu menunjuk ke ujung halaman, motor metik Ardan sudah terparkir di sana. Pada hal ini baru jam sebelas siang.

Related chapters

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 4

    Hati Arni tak karuan.Ia segera masuk ke dalam rumah diikuti oleh Natasha. "Assalamu'alaikum!" seru mereka berdua. Namun dari dalam tak ada jawaban salam.Ardan keluar dari arah dapur. "Arni! Di mana kemeja biru muda yang semalam ku kenakan?" tanya Ardan tak mengindahkan salam yang tadi diucapkan oleh istri serta anaknya."Ayah tumben sekali siang-siang seperti ini sudah pulang? Ayah tidak bekerja?" tanya Natasha dengan lugunya. Namun Ardan malah menatap datar kearahnya tanpa menjawab pertanyaan putrinya itu."Iya Mas, tumben sekali tengah hari begini kamu sudah pulang?" Arni menanyakan hal yang sama. Membuat Ardan menampakkan rasa tidak suka. "Alah! Kamu tidak usah banyak tanya, Arni! Dimana kemeja biru muda yang semalam ku kenakan?" Ardan kembali bertanya, namun kali ini terdengar lebih kasar dan penuh penekanan."Ada, Mas. Ku taruh didalam mesin cuci tadi pagi." jawab Arni membuat Ardan langsung melotot. Arni tahu apa yang dipikirkan oleh Ardan, ia pasti merasa takut kalau kemeja i

    Last Updated : 2023-12-10
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 5

    Ardan meraih tangan kiri Tante Amy yang masih meremas pahanya. Lalu mengecupnya.Hal itu membuat Tante Amy langsung mendekatkan wajahnya, bersiap untuk mencium Ardan. Namun Ardan malah menghindar, kemudian membisikkan sesuatu pada telinga Tante Amy. "Sabar ya, Tante. Sekarang kita jalan dulu, tuh lihat, lampunya sudah hijau lagi." ucap Ardan sambil menunjuk lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi hijau. Membuat Tante Amy tertawa kecil."Aku benar-benar menantikan permainanmu, Ardan!" ucap Tante Amy masih sambil tertawa dan kembali menjalankan mobilnya. Melesat membelah hiruk pikuk jalanan yang padat pada jam istirahat makan siang.Sepanjang jalan, Ardan merangkulkan lengan kanannya pada bahu Tante Amy. Sesekali ia akan mencium wangi yang menguar dari rambut Tante Amy. "Tante harum sekali rambutnya, aku suka!" kata Ardan sambil membelai rambut panjang dan lembut milik Tante Amy."Sudah dong sayang!" ucap Tante Amy dengan manja. "Kamu bikin tante nggak tahan ah! Nanti kita lanjutka

    Last Updated : 2023-12-12
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 6

    Saat petang, Ardan pulang dengan wajah letih. Sementara Arni yang sejak tadi sudah menunggu kepulangan suaminya di ruang tamu, langsung berdiri untuk menyambut Ardan sekaligus menyuarakan seluruh pertanyaan yang berdesakan dalam pikirannya."Mas Ardan," panggil Arni agak keras."Apa!" jawab Ardan dengan nada agak tinggi. Terlihat jelas di wajah Arni, bahwa ia akan menanyakan ini itu tentang kejadian siang tadi. Sehingga Ardan berusaha menghindar dengan memasang wajah masam dan berjalan terburu-buru ke ruang kerjanya."Mas, tunggu dulu! Ada yang mau aku tanyakan," ujar Arni sambil mengekor suaminya yang berjalan dengan langkah lebar.Namun Ardan tak menghiraukannya. "Nggak ada yang perlu kamu tanyakan!" kata Ardan ketus sambil berdiri pada mulut pintu ruang kerjanya."Tapi Mas, aku butuh penjelasan," ujar Arni ngeyel.Blam!Bukannya menjawab atau menanggapinya, Ardan lebih memilih membanting pintu ruang kerjanya. Sehingga membuat Arni yang berada tepat didepan daun pintu jadi terlonjak

    Last Updated : 2023-12-29
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 7

    "Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut."Apa begit

    Last Updated : 2023-12-30
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

    Last Updated : 2023-12-31
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

    Last Updated : 2024-01-03
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

    Last Updated : 2024-01-05

Latest chapter

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 15

    Arni tertidur setelah kelelahan menangis usai bertengkar dengan Ardan. Sedangkan Ardan, dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Arni yang terus menangis hingga tersengal-sengal. Subuh, Arni terbangun. Lalu menyiapkan adonan untuk membuat gorengan. Setelah semuanya matang, dia langsung mengantarkannya ke warung pelanggannya dalam keadaan hangat. Terakhir, Arni mengantarkannya ke warung Pak Nanang yang berada didepan TK tempat anak-anaknya bersekolah. "Wah, Mbak Arni pagi sekali!" sapa Pak Nanang yang sedang menyapu didepan warung saat Arni datang. Arni tersenyum. "Iya Pak, kebetulan anak-anak semalam menginap di rumah simbahnya. Jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat." jawab Arni. "Ya sudah, duduk dulu Mbak Arni! Biar tak buatkan teh hangat, sekali-kali mumpung Mbak Arni sedang tidak terburu-buru." "Terima kasih, Pak. Oh ya, ibu kemana? Kok tumben jam segini belum kelihatan?" "Sebentar lagi juga datang, tadi katanya mau menjemur pakaian dulu. Mumpung di warung belum m

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 14

    Setelah pergi kemarin malam, Ardan baru pulang keesokan harinya. Malam hari, setelah Arni selesai membuat serta mengemas semua pesanan dari pelanggannya. Nanik juga sudah pulang, Arni sendirian di rumah karena Rafa dan Natasya menginap di tempat simbahnya. "Arni! Buatkan aku mie kuah yang pedas!" teriak Ardan setelah menjatuhkan pantatnya pada sofa ruang tamu. Sementara Arni yang berdiri didekat Ardan hanya menatapnya dengan sengit. "Minta saja sama Tante Amy mu itu!" jawab Arni ketus lalu masuk kedalam kamar. Ia mengunci pintunya dari dalam, lalu jatuh terduduk ditepi ranjang sambil menangis. "Hei! Berani-beraninya seorang istri menolak perintah suaminya! Keluar kamu Arni! Sini! Biar ku beri kamu pelajaran!" teriak Ardan marah sambil menggedor-gedor pintu kamar dengan kasar. Tangis Arni semakin menjadi-jadi. "Bagaimana bisa tanpa merasa bersalah Mas Ardan pulang dan langsung memintanya untuk membuat mie pedas? Memangnya aku ini istri atau babunya?" tanya Arni dalam hati. "Arni!

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 13

    Siang hari, waktunya menjemput anak-anak pulang sekolah, Arni membawa pesanan keripik yang sudah jadi untuk warung didepan TK. Ia menyempatkan melongok ke belakang warung, apakah motor Ardan masih ada disana atau tidak.Keningnya berkerut karena tidak menemukan motor suaminya."Pak Nanang! Itu motor dibelakang warung kemana?" tanya Arni setelah menghitung jumlah keripik yang ia setorkan."Oh, itu tadi dibawa pergi sama temannya Mbak Nira." jawab Pak Nanang."Siapa Pak? Laki-laki atau perempuan?" Arni bertanya penuh selidik."Laki-laki Mbak, orang itu memang sering mampir ke rumah Mbak Nira. Sering juga bawa motor tersebut."Arni menegang mendengar penjelasan singkat Pak Nanang. "Ya sudah Pak kalau begitu, saya pamit dulu ya? Itu anak-anak saya sudah pada keluar.""Iya Mbak Arni, hati-hati dijalan ya! Besok jangan lupa, jajannya yang komplit!" ujar Pak Nanang."Baik Pak!" teriak Arni dari seberang jalan.Arni menuntun kedua anaknya untuk pulang, sepanjang perjalanan mereka saling mengo

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 12

    "Pagi, sayang!" sapa Nira sambil membawa nampan berisi kopi panas dan sepiring gorengan.Menilik dari penampilannya, Ardan tahu betul kalau gorengan tersebut dibeli oleh Nira di warung samping rumahnya. Yang tak lain, itu adalah gorengan titipan Arni. Ironis memang, di rumah Ardan tak pernah sudi memakan gorengan yang istrinya suguhkan. Padahal gorengan Arni sudah terkenal disekitar tempat tinggal mereka. Namun saat Nira yang menyajikan gorengan tersebut, Ardan akan dengan lahap memakannya sambil menggigit cabai rawit hijau.Ardan membalas sapaan Nira, lalu mengecupnya dengan mesra."Sayang, aku sudah selesai lo!" bisik Nira dengan nakal.Ardan tersenyum mendengarnya. Ia tahu betul maksud perkataan Nira. "Sabar ya, malam ini aku tidak bisa menginap disini. Kebetulan malam ini aku ada pekerjaan sampingan selama akhir pekan."Bibir Nira mengerucut, tanda bahwa ia tidak suka mendengar jawaban Ardan. "Memang tidak bisa ditinggal, ya?"Ardan tersenyum gemas melihat tingkah Nira yang sepert

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 7

    "Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut."Apa begit

DMCA.com Protection Status