Derap – derap, dengan injakkan kaki yang begitu hati – hati. Avanthe memastikan setiap langkahnya tidak menimbulkan reaksi spesifik. Dia tak ingin membangunkan Hores setelah pria itu benar – benar tertidur di sofa. Nicky memberi pesan untuk tidak membangunkan majikan-nya, dan itulah yang Avanthe lakukan. Membiarkan Hores terlelap cukup lama, sementara malam semakin larut, ditambah udara di sekitar terlalu dingin untuk pria sakit. Selama beberapa saat dia tak bisa melepaskan Hores dari pikirannya, sehingga di sini, diliputi selimut tebal yang dilipat menggantung di bagian lengan, Avanthe telah menjulang tinggi memperhatikan wajah tampan—sedang terlelap. Pria itu kembali pucat dengan dada yang sungguh bergerak tenang.
Secara tentatif Avanthe memutuskan untuk mengambil posisi duduk di pinggir sofa. Keinginan menatap wajah tidur Hores luar biasa tidak terkendali. Wajah yang terlihat polos, walau sebenarnya ada begitu banyak hal – hal nakal di benak pria itu.Avanthe tidak tahu“Hope – Hope sudah siap bertemu Daddy-mu yang menjengkelkan?” Avanthe bertanya lembut kepada si bayi. Dia tertawa ringan saat Hope menggeliat antusias dan sesekali gadis kecil itu akan meraba – raba wajahnya. Barangkali keinginan bertemu Hores memang sudah tak tertahan, sehingga Avanthe segera mengambil langkah menuruni undakan tangga. Dia sedikit mengernyit saat beberapa bawahan Hores terlihat berlari dari satu arah ke arah lainnya secara konsisten, seperti ada sesuatu yang mereka kerjakan. Aneh, secara spesifik, yang Avanthe dapati justru dia mencurigai satu ruang di sana. Ruang menonton .... Tempat di mana Hores tidur .... Ntahlah, ketakutan langsung menyergap di benaknya. Avanthe tidak tahu mengapa bayangan – bayangan jahat bermunculan, seolah ingin menghancurkan segala sesuatu yang terbenam. Dia segera melangkahkan kaki, berniat memastikan langsung apa yang sebenarnya terjadi, tetapi tiba – tiba Nicky langsung menghentikan langkahnya.
Hores ....Itu semacam bentuk gumaman samar dan dengan penuh tekad Avanthe segera menggerakkan kakinya yang nyaris terasa begitu kaku. Dia enggan mempercayai bahwa ini adalah sesuatu yang nyata, tetapi jelas – jelas tubuh pria itu memang sedang terbaring tak berdaya. Wajah tampan yang luar biasa pucat menegaskan segala sesuatu di sini.“Apa yang terjadi?”Avanthe bisa mendengar sendiri betapa suaranya bergetar ketika dia berusaha menelusuri bentuk tubuh Hores. Kedua lengan pria itu bahkan diposisikan terlipat di depan perut, persis terlihat seperti mayat baru, walau betapa pun Avanthe tak ingin mempercayai ini secara langsung.Dia menggeleng samar. Juga harus menghadapi matanya yang terasa pedih dan panas. “Apa yang terjadi dengannya Nicky?”Sisa – sisa tenaga untuk menggendong Hope pun cenderung hampir direnggut habis ketika tiba – tiba Nicky dengan inisiatif mengambil si bayi. Ironi, di sanalah tubuh Avanthe jatuh bersimpuh di depan peti.Dari jarak sedekat
Bristol, Inggris. . . . Sudah beberapa hari terakhir Pandora memperhatikan Kingston yang terlihat nyaris tidak menaruh minat pada kebutuhan menunggu elang peliharaan untuk terbang memutar di sekeliling langit sore, tetapi pria itu terus melakukannya sekadar menjulang tinggi dengan wajah begitu datar, bahkan terlalu muram jika dibiarkan begitu saja. Dia tahu apa yang sebenarnya sedang mengusik pikiran suaminya. Kingston terus – terusan menganggap serius reaksi Aceli hari itu, yang sampai saat ini belum terpecahkan, termasuk Avanthe yang tak pernah lagi memberi sinyal. Hanya sedikit informasi ... membuat mereka tahu bahwa Avanthe dan Hores menikah di Istana Bawah Tanah. Raja Osso menyampaikan informasi demikian tepat setelah Kingston melewati portal Kerajaan Ossoron di puncak gedung menterengnya, hanya untuk datang ke perbatasan, memastikan tidak ada perang seperti yang Aceli tangisi tentang Hores. Ya, itu membing
“Bagaimana rasanya pindah ke bar baru?”Sudah sering kali Avanthe menghadapi serentetan pertanyaan Aleson, meskipun pria itu sedang disibukkan kebutuhan menyiapkan beberapa gelas yang harus dibawa, sehingga di sinilah dia masih menunggu dan tidak tahu apakah perlu tetap diam dan membiarkan Aleson bicara sendirian.“Rasanya sangat menjengkelkan dan aku juga bertemu wanita yang sungguh mengerikan.” Sayangnya pengkhianatan dalam diri Avanthe selalu mengambil peran. Dia tak sadar telah mengingat Laticia di meja bar Hores dan bagaimana wanita itu menjambak rambutnya. Sedikit tidak mendengar kabar tentang Laticia. Baguslah jika Hores telah benar – benar menyingkirkan orang ketiga di antara hubungan mereka.“Dan mengapa kau bisa kembali ke sini?”Pertanyaan Aleson sekali lagi mencuak ke permukaan. Pria itu harus setengah berteriak setelah musik keras dinyalakan.“Aku membuat permintaan.”Sesuatu yang sama dilakukan Avanthe. Dia tersenyum antusias saat Aleson me
“Kau dari mana saja, Ava? Aku dari tadi mencarimu.”Avanthe menyengir tertahan mendapati Aleson langsung mengajukan pertanyaan saat pria itu menyadari kedatangannya. Tidak ada yang perlu dibicarakan panjang di sini, dia ingin langsung melakukan pekerjaan setelah mengamati Aleson sibuk menyedok balok es ke dalam ember, lalu menambahkan sebotol sampanye di bagian puncak.“Bawalah ini ke ruang VVIP.”Lagi, hal sekecil ini segera mengingatkan Avanthe kepada Hores. Dia terpaku cukup lama memperhatikan ember dan sampanye yang begitu dekat setelah Aleson menggeser ke arahnya. Pria itu sedang menunggu dengan mengernyit kening, tetapi Avanthe masih butuh waktu beberapa saat sekadar merasa siap.Dia menarik napas dalam – dalam, perlahan menyerahkan senyum tipis kepada Aleson, kemudian mengambil langkah melewati lorong sedikit temaram.Masih tersisa ingatan bagaimana dia tersaruk – saruk usai Hores melepaskan peluru ke kakinya. Di sini, di tempat ini, lalu Avanthe terjeremb
Avanthe memang memiliki perasaan serupa kepada pria itu, tetapi tidak semua rindu adalah seks. Dia tak ingin otak mesum Hores makin bertambah liar dengan membiarkan pria itu menyentuhnya di tempat kerja. Di hari pertama pula. “Hores ....” Tangan Avanthe tertahan di belakang kepala pria itu, yang perlahan turun ke bawah. Mengecup beberapa bagian tubuhnya. Dari dada ... merambat ke perut, meski masih dalam balutan pakaian kerja. Tetapi tentang kehamilan yang telah dia dan Shilom ... berdua duga, sudah sedikit menunjukkan perubahan. Tidak begitu mencolok, mungkin Hores tidak akan pernah menyadarinya, seolah bayi mereka memang menuruti keinginan Avanthe untuk tidak memberitahu pria itu. “Hores ....” Dengan terkejut Avanthe memanggil nama pria yang baru saja melucuti celana kain, dan bahkan sekaligus dalaman berenda di tubuhnya, kemudian melempar ke sembarang arah. Itu membuat Avanthe malu. Dia merasa wajahnya segera memanas saat iris gelap Hores s
Bayangan tentang Hores telah meninggalkan tempat kerjanya, ternyata salah. Malahan Avanthe terkejut menemukan pria itu sedang duduk menyangga lengan di permukaan meja bar dengan ekspresi yang begitu serius dan bahkan nyaris terlihat tak peduli terhadap setiap gerakan Aleson. Di hadapan Hores terdapat sebotol sampanye yang Avanthe tinggalkan di kamar VVIP tadi. Dia bahkan sudah melupakannya jika pria itu tak memperlihatkan secara langsung. Cara Hores menuang sampanye ke dalam gelas berbentuk tulip terlihat elegan. Pria itu telah mengakhiri semburan kecil, kemudian spiral gelembung akan naik ke permukaan untuk meledakkan pesonanya.Avanthe terus terpaku untuk beberapa saat pada gelas yang terisi separuh, lalu Hores menenggaknya dalam satu tengukan. Rasanya akan sangat membakar di sana. Dia meringis memikirkan itu, tidak tahu sejak kapan Hores mulai menyukai cairan fermentasi anggur, tetapi itu lagi – lagi menegaskan bahwa pria yang diamati saat ini telah mengimbangi porsi man
Rencana untuk menunggu mereka sampai di rumah membuat Avanthe tidak bisa menahan diri lebih lama. Selama dalam perjalanan menuju pulang, dia terus mengamati wajah Hores yang begitu tenang, seolah tidak ada satu pun hal yang telah pria itu lakukan. Cukup dengan membiarkan mata gelapnya menatap lurus – lurus ke depan, sementara Carlo sedang menyetir, mengingat Hores datang ke bar diantar oleh Nicky.“Hores.”Ragu – ragu akhirnya Avanthe memanggil nama pria itu. Wajah Hores langsung berpaling dengan ekspresi ganjil saat sedang menatapnya. Hal yang membuat Avanthe buru – buru melanjutkan sisa kalimat yang menggantung di ujung tenggorokan. “Apa yang kau lakukan kepada Laticia tidak terlalu berlebihan?”“Apanya yang berlebihan?”Setidaknya bicara bersama Hores memang akan menguras energi. Avanthe menahan napas sesaat, lalu mengembuskan secara perlahan. Perlukah Hores diberitahu apa yang sudah pria itu lakukan di bar tadi, sebelum mereka sepakat pulang bersama, adalah