Beranda / Fantasi / Pasangan Berbeda / 2. Pertemuan dengan dia si Tampan

Share

2. Pertemuan dengan dia si Tampan

Penulis: HMW
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejam telah berlalu dan mereka telah membawaku saat aku sedang pingsan.  Pertama kalinya aku  terbangun di tempat gelap, tepat di dalam jeruji besi.  Kedua tanganku telah dirantai, dan tubuhku diikat di tiang kayu. Ini mirip seperti disalib karena melakukan dosa besar namun aku tidak berbuat kejahatan. Klek!klek! aku menggerakan rantai di kedua tanganku, kemudian seorang hakim memandangiku, dan pelayannya menyiramku dengan  seember air.

"Akkh mataku perih! menyebalkan bisa pakai cara halus tidak?" Aku melotot saat melihat mereka. Air itu masih hangat dan mengenai mataku. Pelayan dan bawahan hakim itu membawa kayu pemukul dan satunya lagi sedang memanaskan cetakan di atas bara api. Apalagi yang dia perbuat selain akan menyiksaku dengan cetakan panas itu, di wajahku atau dibagian tubuh yang lain. Empat orang lawan satu. Sangat tidak adil.

Salah satunya mulai berbicara denganku. "Sekarang mari perjelas siapa kamu dan atas suruhan siapa kamu kemari?" Kata pria   bertopi ala kepala hakim di istana  kerajaan Song, sedangkan di sampingku bawahannya  sedang bersiap mencetakku dengan  cetakan panas.

Sialan! Aku kesal! Aku bergumam dan merutuk sendiri di hati. Tindakannya itu menyebalkan hingga aku tak bisa menangis karena aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah lagi pula berusaha menangis akan terlihat palsu karena  tak ada air mata. Namun, aku juga mau tertawa karena ini mimpi. Ku pandangi satu persatu tampilan mereka dari atas sampai bawah, rata-rata mereka menggunakan rompi (baju luaran) dan penutup kepala ala Dinasti Song akan tetapi wujud mereka setengah kuda.

"Apa-apaan ini, apakah aku sedang bermimpi lagi? Hahahah! Aku mau pulang!"

"Diam. Kau sangat berisik!" Dia mencetakku, dan aku berteriak karena panas! Kulitku terbakar. Kalaupun ini mimpi harusnya tak sakit, aku tetap yakin ini sensasi dari mimpi lantaran panas dan perih aku pun mulai lelah dan memutuskan menipu mereka. Aku pun pura-pura pingsan dan tanpa sengaja pingsan sungguhan karena energiku habis. Sial! Sekarang aku butuh cahaya!

"Tuan dia pingsan."

"Jangan biarkan dia pingsan. Buka jendelanya. Aku juga mulai pengap di tempat ini." Kata kepala hakim dan entah mengapa, keberuntunganku menjadi kesialanku,  aku berpikir pingsanku berhasil mengelabui mereka tetapi setelah mendapat sinar matahari dari jendela itu aku mulai menyala lagi. Sungguh apalagi ini? Cepat sekali terisinya- hanya butuh beberapa menit, dan aku langsung melek.

Kemarin lima hari yang lalu, aku mendarat di Shanghai untuk liburan dan pergi ke desa wisata dan bermain paralayang, dan sekarang aku bertemu dengan makhluk setengah kuda.  Apa mereka sengaja memakai kostum itu? Aku tidak percaya kostum itu bisa senyata ini. Dan sensasi terbakar? Haruskah ku bilang ini? Aku mulai bangun, dan bergurau lagi.

"Ini di mana? Kalian tidak sedang acting film atau drama kan?"tanyaku bingung sambil meledak. "Haaa. Tolong ampuni akuuu! Sakit ini sungguhan lepaskan rantainya!" Rengekku.

"Tutup mulutmu, omong kosong apa yang kau bicarakan. Kau pikir kita bermain-main? Sekarang katakan yang sejujurnya jika kau tidak mau mati di sini." Pelayan hakim itu mengancam.

"Huh, tanya saja. Aku tak percaya kalian berani. Sutradara pasti akan memarahi kalian." Pelayan itu menggertakkan giginya. "Kau mau cari mati yaaaa!" Pelayan itu mencambukku dari depan, dan sontak aku merintih kesakitan. Ini benar sungguhan.

"Aaakhu minta...aku minta maaf," lidahku kelu lagi-lagi aku baru ingat rasa sakit dicetak dengan besi panas tadi, sekarang terluka lagi. Sakitnya berganda.

"Sekarang nyalimu mulai turun ya?"

Set!!!Cambukan kedua. Aku semakin berteriak histeris.

"Katakan sejujurnya." Aku pun belum membuka percakapan selanjutnya karena terlalu menyakitkan.

"Tuan sepertinya kita harus mengeksekusinya dengan keras. Agar dia mau bersuara." Salah satu rekan berbisik padanya.

"Dia sedang menguji kesabaran kita." Aku melotot karena pelayan itu belum menyudahi penyiksaan malah meminta penyiksaan lagi.

"Kau benar. Segera lakukan eksekusi." Cambukan berhenti dan dua orang bergilir mengambil paku dan palu yang akan memakuku di tembok ini. Aku terus menerus berteriak ketakutan. Ini paling sadis yang pernah kualami.

"E-eh. Kalian tidak sungguhan kan? Ge   tolong maafkan aku. Huaaaaaaaa. TOLLLLOOOONG!" Ekspresiku mulai gugup karena mereka benaran serius ingin melakukannya. 

Ku lihat kengerian di sekeliling ku, suara jerit-tangis terdengar dari segala arah, dan mereka benar disiksa kejam. Aku baru menyadarinya dan mereka bukan pemain drama atau film,  tidak ada  yang namanya sutradara, produser dan yang lainnya. Ku pikir ini acting dan setelah melihat ke sekeliling  ini adalah  dunia lain. Aku seharusnya sangat sadar kala itu dan bukan menganggapnya  mimpi terus- menerus, dan sebaliknya  berlari  dari bahaya,  sekarang aku menjadi orang yang naif. TUHAN TOLONG AKU!

Mereka mengambil perkakas mengerikan untuk menyiksaku dan tentu saja aku merasa ketakutan dan menolaknya," apa yang kalian mau lakukan, ini tidak keren. Ku mohon jangan lakukan itu."

SIAPAPUN! TOLONG AKU SEGERA DARI MAUTKU!

Akhirnya rintihanku didengar dan belum terjadi koyakan besar,  sesorang tengah berteriak dari luar sana.

Aku terperangah, " iya iya tolong lepaskan aku !!!!"

"Iya aku mau mengakui. Tolong ampuni aku pelayan hakim!!" Aku merengek.

"Gadis gila, tuan dia panggil aku pelayan!" Pelayan itu marah. "Kau mau kuhajar?" Lalu mengambil pukulan.

"Tidaaak!" Aku berteriak dan dia tak jadi memukulku karena mendengar perintah.

"Hentikan kegaduhan semua itu!"  Suara pria berteriak dari sana. Suaranya yang ngebas dan berat memberhentikan penyiksaan sejenak. Dadaku terasa berdebar-debar dan juga lega karena ada yang mau menolongku. 

"Seseorang tolong aku! HIKS!" Aku memohon bantuannya.

Sreeet!!! Salah satu kasim menggeser  pintu, dan masuk ke dalam. Aku tidak dapat membayangkannya, selangkah saja tanganku sudah hancur jika mereka tidak datang. Pelayan hakim itu sungguh mudah meledak. Dia tidak terima dipanggil pelayan, oleh sebab itu dia sangat marah, walaupun dia  menganggap dirinya bukan pelayan, namun ia tak sadar diri dengan kerjaannya. Sejauh ini kuperhatikan, dia hanya menerima perintah dari atasannya. Hakim pun juga tidak respek dengannya dan keliatannya mereka seperti ada dinding antara pelayan dengan bos- tidak benar-benar saling memahami dan akur.

"Yang - Yang Mulia." Semua di dalam ruanganku membungkuk dan menghentikan penyiksaannya. Mereka terlihat berkeringat, terutama si rekan hakim itu, dan  pasti para lelaki tampan itu  sangatlah berkuasa.

Tiga orang pun telah masuk ke dalam. Mereka tampan, tinggi dan berbeda. Salah satunya adalah dewa setengah kuda merupakan pengawal karena gelagatnya selalu bersiaga, lalu satunya lagi seorang kasim istana,  dan yang berbaju putih itu. Hmm...biar ku tebak ia pasti pangeran atau raja, karena figurnya  mulus dan putih. Namun, untuk julukan raja, ia terlalu tidak kharismatik dan  santai. Ia pasti anak raja.

"Hentikan semua ini," tiba-tiba suara lantang itu menjadi penolongku. Kasim itu melepaskan rantaiku lalu pengawal istana menghalangi palu dan paku yang akan didaratkan di pergelangan tanganku dan pelayan hakim itu langsung bersujud, lalu meninggalkan perkakasnya karena pengawal milik pria berbaju putih tersebut  telah mendorongnya.

"Jangan lakukan itu padanya. Kalian akan masuk neraka seumur hidup. Dia adalah dewi yang turun dari langit. Aku telah mendapatkan informasinya. Orang itu yang membawa burung terbang adalah dewi kebenaran, mengapa  kalian begitu lancang menghakimi sendiri?" Kata Si Kasim.

"Maksudku ini perintah Yang Mulia pangeran." Tutur lanjutan dari sang kasim setelah  berbicara mewakili pangeran. Kasim pun mundur ke belakang pangeran yang  berbaju putih, lalu diisi oleh  pengawal setianya  yang berbadan kuda itu. Sebagai bentuk jasa keamanan untuk mereka berdua. Tak hanya itu sekarang perhatianku kembali ke pria berbaju putih tersebut.

Dahi nya telah berkerut sedari tadi ia pasti sedang menahan marah, sesekali ia mencuri waktu untuk melihatku yang telah terikat tak berdaya. Ia menutup kipasnya dan mengepalnya. "Kudengar kalian benar-benar mau ambil kesimpulan sendiri? Kenapa kalian begitu lancang sekali!" Akhirnya pangeran angkat bicara.

Aku memperhatikan mereka,  dan lagi-lagi berpikir saat kasim menggantikan ucapan pangeran yang mengingatkanku pada alat rekam. Ia seperti alat rekam di ponsel.   Di zamanku, alat rekam tidak begitu keren dari seperangkat  e-mail. Aku juga penasaran apakah mereka masih menggunakan burung untuk saling bertukar percakapan, kalau itu ada itu pasti romantis. Uh! Apanya yang romantis? Bertukar surat seperti itu memakan waktu belum lagi suratnya seringkali tak sampai  dan yang ada, si penerima sudah jamuran.

"Mohon ampun Yang Mulia," aku segera melupakan pikiran ku, " saya sungguh tidak tahu jika dewi akan turun ke dunia kita menggunakan benda asing itu. Lagi pula gelagatnya mencurigakan pakaiannya pun serba hitam dia pasti klan iblis. YA-Yang Muliaaa."  Ujar si pelayan hakim yang keras kepala, dia itu yang suka meledak-ledak diantara yang lain, dan juga yang mau memukuliku.

"Lancang!!!"

Pengawal istana itu menendang dada bawahan hakim setelah mendengar kemarahan sang pangeran. Si kepala hakim terlihat takut bertindak  sehingga memilih membungkam,  sementara itu dua pelayan  yang lain lebih penakut darinya terlihat bagaimana tubuhnya yang saat ini bergetar hebat dan berkeringat.

 Aku menggumam lagi. "Apa-apaan ini, paralayang dibilang burung terbang, aku disebut dewi kebenaran? lebih tidak masuk akal mereka berlutut di depan saudara itu lalu menyebutnya pangeran dan dimarahi. Sepertinya jalan cerita mulai terasa." Si pangeran melihatku seperti sedang mengetahui jalan pikiranku saat ini, aku memaling wajah.

"Yang Mulia, coba pikirkan apakah benda itu termasuk burung?  Sementara aku sudah lihat tidak ada sayap di antara badannya." Si hakim angkat bicara meyakinkan namun terkena teguran dari si kasim, iapun beringsut takut. Ternyata mereka tahu tentang paralayang, lantas kapan mereka menyelidiku? Aku semakin tak paham.

"Omong kosong apa yang kalian utarakan, dewi begitu suci sehingga  suruhan burung itu membawanya kemari. Kau bahkan mau menyangkalnya?"

Kasim itu segera diberikan himbauan untuk berhenti berbicara oleh sang pangeran lewat gerakan tangan kanannya. "Kasim biarkan dia bicara. Katakanlah!"

"Hamba mohon ampun Yang Mulia. Dewi menurut buku kuno adalah makhluk yang hidup atau makhluk pepatah dari legenda  seribu seratus tahun yang lalu. Kemunculan nya tidak pernah ada selain saat kitab itu turun." Sambung si hakim.

" Kau lupa. Yang mulia Ratu kita pernah bertemu dengan dewi kebenaran itu, dan seseorang telah memburunya." Si kepala saling melihat satu sama lain, dan aku seperti menemukan kejanggalan.

"Tetapi, ratu sendiri bilang bahwa dia adalah suruhan Iblis." Sahut sang pelayan hakim. Pangeran pun mendengarnya langsung mengepalkan tangan, ia  seperti mendendam kepada orang-orang yang menyangkal tentang dewi kebenaran yang terdahulu.  Iapun akhirnya berkata dengan lantang.

"Tanpa pengetahuan yang mendalam kalian sudah membakarnya hidup-hidup. Apa yang terjadi setelah itu? Kerajaan kita kekeringan dan melarat. Manusia mulai menyalahkan kita. Sekarang manusia mulai melupakan kerjasama dengan para dewa. Kau mau hal itu terjadi lagi?"

"Yang Mulia, mohon ampuni kami sungguh kami tidak mengetahui itu." Seru kepala hakim berkowtow (bersujud sampai ke tanah berulang kali) bersama  dua pelayan yang pengecut itu, akan tetapi si pelayan yang satunya malah menantang perkataan pangeran dan merasa tak terima seperti mau melanjutkan perkelahian.

"Dia tetap suruhan iblis." Pangeran yang mendengar segera naik pitam dan wajahnya mulai memerah,  sebentar lagi emosinya keluar melebihi api di sini.

"Lancang, kau pelayan yang tidak mengerti aturan. Kau mau melupakan prinsip kerajaan kita karena mendengar  rumor  itu. Dengar! Hidup kita  merupakan anugrah dari dewi. Kau yang memulai pemberontakan ini! Atas nama istana ku perintahkan kalian untuk mencambuk dia sampai mati!"

"Maaf Yang Mulia, bawahanku yang tidak tau diri ini. Aku sungguh menyesal..." hakim berkowtow lagi meminta pengampunan akan tetapi usahanya malah tak berhasil.

"Kepala hakim San, kalau kau tidak mau ikut ku hukum ku peringati dirimu untuk lebih berhati-hati." Emosi pangeran sudah tahap meledak kini memerintahkan pengawalnya untuk melepaskanku, dan setelahnya kepala hakim itu menghukum pelayan dan rekannya.

"Roy cepat bawa dewi pergi."

"Baik." 

Setelah beberapa menit aku berpikir kalau mereka bertindak aneh dan aku tak henti-hentinya bergumam hingga suara ku mulai terdengar oleh mereka.

"Apakah ini mimpi? Aku dewi kebenaran? Lelucon apa ini?" Kalimat sarkasku mulai diamati oleh mereka. Si pangeran itu berhenti dan melihatku digendongan Roy lalu  tersenyum. Aku berkedip berulang kali merasa tidak nyaman digendong dan didengar oleh mereka. "Dengar, kau tidak sedang bermimpi. Ini adalah negeri peri, manusia dan dewa. Di sini kau akan berada dalam perlindunganku asal kamu dapat bekerja sama denganku."

"Ah, kalian mau konspirasi lagi ya?"

Pengawal istana itu segera memukul punggungku hingga pingsan. "Terlalu banyak bicara."

Si pangeran terkejut karena Roy langsung bertindak tanpa menunggu perintahnya.

"Apa yang hamba harus lakukan kepada dewi ini Yang Mulia?" 

"Bawa dia ke ruangannya."

"Baik." Ia langsung pamit dan pergi membawaku di punggungnya.

(Bersambung)

HMW

Ge: Sebutan kakak laki-laki dalam bahasa China. Melek: Mata terbuka.

| Sukai

Bab terkait

  • Pasangan Berbeda   3. Kembali Ke 8 Tahun Yang Lalu

    Delapan tahun yang lalu, aku dinyatakan koma oleh tim medis karena terjatuh dari pohon saat menyelamatkan kucing bewarna emas. Itu sangatlah menyeramkan dan mencekam bahkan ayah dan kakakku terkena panik berjamaah dan segera melakukan medis darurat. Suara denyut nadi dari layar komputer perlahan-lahan melambat. Ayah memarahi rekan kerjanya karena saking frustrasinya, tiba-tiba Alex datang ke ruanganku dan berbicara omong kosong. Brak! Suster dan ayah terkejut bukan main karena Alex menendang pintunya, bukannya panik wajah tengil kakakku itu membuat ayahku ingin memukulnya. Bagaimanapun kecelakaan itu hampir memecahkan jantungku. Wajar saja semua orang panik dan menginginkan ketenangan dari sambutan atau solusi darinya namun dengan santainya ia berjalan sambil tersenyum lebar seakan ini masalah kecil.

  • Pasangan Berbeda   4. Terbuang

    Kau tahu? sebenarnya tidak ada orang yang ingin mendapatkan posisi ini. Aku tak bisa mengelak lagi, setelah aku terselamatkan dari penjara berbahaya itu kini aku masuk kandang harimau. Aku tidak bilang karakter pangeran di sini jahat karena ia sukarela memberiku hanfu , makanan dan tempat istirahat gratis dan tentunya dengan sebuah perjanjian. Sebagai penilaiannya- aku bilang ia orang baik. Di sana pangeran telah duduk disinggasana, upacara di balairung telah mulai sejak tadi. Ia mendeklarasikanku di depan semua menteri. Kulihat mata mereka terlihat bingung, cemas, dan takut hingga akhirnya suara berat itu mematahkan lamunanku. Ia memberi hormat seperti biasanya lalu bangkit berbicara dengan Yang Mulia Pangeran. "Turunkan perintahmu Yang Mulia," pejabat dewa berseru dan disambut dengan perdana menteri Han. "Jika benar dia adalah dewi kebenaran maka ia seharusnya dikurung dan diadili." Pangeran tak setuju dan men

  • Pasangan Berbeda   4.1 Terbuang

    ROY KU HARAP KAU SEMBUNYIKAN DIA SAMPAI WAKTUNYA KEMBALI NORMAL. JANGAN PERNAH KEMBALI KE ISTANA SAMPAI AKU MEMBERITAHUMU. YANG MULIA SEMOGA ANDA SELAMAT. "R-o-y, hati-hati." "Yang Mulia pangeran sadarlah, kami tidak berniat melakukan ini!" Prajurit istana menekan tombak mereka di tengah pedangnya yang menyilang. "Kalian mulai melawanku? Bahkan ibuku juga?" Kata pangeran lantang. Sang ibunda ratu yang menepi terlihat kesal dan maju ke tengah mereka untuk menghentikan peperangan. "Cukup!" Serangan terhenti karena suara wanita paruh baya itu. Dia mulai menampar wajah pangeran sampai suara terdengar keras dan orang di sana juga ikut takut serta cemas dengannya. "Apa yang kau lakukan? Melindunginya? Kau pikir kau siapa? Kau tidak pernah memikirkan posisimu dan ibumu? Pangeran--"

  • Pasangan Berbeda   5. Misteri Hati

    Aku terlalu lama menatap api unggun apalagi tidak ada pembicaraan lanjutan. Roy bahkan lebih sibuk menggosok kayu daripada mengajakku mengobrol lebih lanjut, jari-jarinya bahkan sangat cepat demi menciptakan api. Lambat laun udara di malam ini lebih dingin daripada sebelumnya mungkin efek dari cahaya api yang meredup, itu sebabnya panas semakin menghilang di dekatku. Aku masih memperhatikan tangannya yang berusaha keras menciptakan api. Jika saja pemantik api selalu dikantongku, saat ini juga aku merupakan orang yang paling beruntung karena selalu membawanya, bagaimanapun situasi segenting ini pemantik sangat dibutuhkan setelah ponsel daripada mengharapkan keajaiban dari tangan nya. Ku harap aku tidak mati kedinginan. Hosh!!! Aku tak kuat dengan kedinginan dan kutepuk-tepuk wajahku berkali-kali sambil menggulung diri sendiri alhasil buntalan acak dari baju Roy telah membentukku seperti kepompong. Roy mendengar suara keributan dari bajuku. Ia m

  • Pasangan Berbeda   6. Pergi Mengikuti Roy

    Setelah perjalanan tak tahu arah aku memanggil namanya. "Roy?" Saat tertentu ia tak menjawabku namun tak membuatku kehabisan akal lalu kutarik ekornya, dan tiba-tiba ia pun menjadi berwajah ketus, kali ini apakah ia akan marah? Tanganku bergetar tak karuan khawatir jika dewa setengah kuda ini menjadi tidak terkontrol karena merasa diusik olehku, meskipun ia adalah dewa namun sifat hewan nya pasti tersembunyi di dalamnya, Ia tiba-tiba berhenti setelah berlari kencang mendadak kami berdua terdorong ke depan dan kamipun berusaha berpengangan di punggungnya. Entah ada apa dengannya, terlihat ketus dan sering ngerem mendadak. "Kakak ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" pertanyaan itu mewakili jalan pikiranku. "Kita sepertinya salah arah." Kata Roy. Aku berkedip-kedip memahami maknanya lalu menyahut percakapan mereka. "Salah arah?

  • Pasangan Berbeda   7. Ingatan Roy

    Wanita itu memberikan ku pakaian dan membagi menjadi dua kamar, anak kecil tidur bersamaku karena kami sama-sama perempuan sedangkan Roy menempati kamar di sisi kiri wanita baya itu. Ia menempati kamar bekas suaminya, setelah bermenit membicarakan rupa siluman dan perjanjian mereka aku memahami masalahnya. Siluman itu menagih janji pengiriman perempuan untuk diperistrikan namun di sini perempuan cantik yang sehat sudah tak ada lagi. Aku tahu bagaimana ketakutan mereka saat ini jika siluman itu tiba-tiba mendatangkan angin besar atau tsunami karena mengingkari janji , tetapi alasan mereka tak buat aku percaya sepenuhnya karena tak ada detail yang diceritakan oleh mereka tentang perjanjian itu. Di sini lagi-lagi aku mengambil kesempatan menguliknya. "Oh iya Bi boleh tanya sesuatu? Sejak tadi aku penasaran apakah ini? tidak melanggar privasi?" "Jangan sungkan nona tanyakan saja!" Ia meletakkan be

  • Pasangan Berbeda   7.1 Ingatan Roy

    "Tuan. Roy tetapi dia belum menanda tangani gulungan itu." "Berikan gulungan itu biarkan dia menandatangani di ruangan pangeran. Supaya dia tahu rasanya." Firasatku seperti tidak enak saat si Roy ini membicarakan pangeran tersebut. "Eh, apakah pangeran itu akan memakanku?" Aku berbisik kepada kasim yang berada dibelakangku ketika Roy sibuk mengikat dan menarik pergelangan tanganku layaknya tahanan. Si kasim pun menggeleng-geleng dan aku pun terkejut karena Roy langsung mengetuk dahiku. "Omong kosong macam apa yang kau katakan. Pangeran adalah orang yang bijaksana dan baik hati. Sekarang ikuti aku dan pergi ke ruangannya." "Galak sekali,"aku mengelus keningku dan tak selang berapa menit kemudian ia telah membawaku ke dalam ruangan misterius sendirian. Ia juga meninggalkanku bersama gulungan kayu. Di sana ada lelaki tampan duduk tanpa menghiraukanku. Aku melihat sekeliling kamarnya sambil me

  • Pasangan Berbeda   7.2 Ingatan Roy

    Roy berlutut hormat kepada pangeran, "Yang Mulia para pengawal sudah memperketat kamar Dewi," dan saat itu pangeran sedang mengamati kalung emas ditangannya. "Pangeran apakah dewi tidak akan curiga kepadamu karena Anda begitu mengenalnya?" "Justru aku ingin dia mengenaliku, namun aku tidak melihat memori itu, sepertinya ia telah melupakanku." Ia menggenggam kalung tersebut dengan wajah merenung. "Pangeran Anda tidak berencana memberitahunya?" "Bahkan jika aku mengaku orang yang berkali-kali bertemu dan menemaninya di dunia, ia tak akan percaya. Aku hanya menambah sakit kepalanya, lebih baik aku melindunginya dan memberikannya gelar dewi supaya dekat denganku. Beruntung Maha Agung mempertemukanku dengannya di sini. Kebetulan sekali ia membawa paralayang, dan pasti ratu dan pengikutnya sudah tahu itu. Ia pasti mencoba melakukan sesuatu. Mereka pasti akan menya

Bab terbaru

  • Pasangan Berbeda   14. Payung Teduh

    Ruoran melihat tuannya yang sambil bercucuran air mata yang sembari jongkok dan menggigit kipasnya. Ia berlagak seperti kartun melankolis yang ditinggal kekasih. Ia kadang-kadang memeluk kakinya atau bersandar pada dinding gelembung, ia layaknya kehilangan harapan. Xiao Bai mulai tampak berakting aneh. Beruntungnya ia tidak berada di perkotaan yang ramai sehingga tak perlu mendapati rasa malu yang besar. Cukup Roy dan Ruoran saja tau keanehan nya. Haripun semakin sore, gelembung mereka tumpangi pelan - pelan bergerak mengikuti arus air. Kini posisi Roy dan Ruoran duduk tenang bersila sambil memperhatikan tuannya. "Apakah dia sedang bersandiwara lagi?" tanya Ruoran kepada Roy."Aku tidak pernah melihatnya seperti ini." Roy menggelengkan kepala membalas Ruoran."Mungkin dia punya rahasia lain seperti kepribadian ganda." Tuturnya kembali dan alis kanannya mengernyit menatap Roy."Mustahil, aku sudah bersamanya sejak lama. Ini baru pertama kali kulihat keanehannya."Balas Roy membe

  • Pasangan Berbeda   13. Sisi kasihan Ruyi

    Anak kecil itu menguap merasa dirinya telah selesai membalaskan luka yang tersimpan lama di benaknya. Pergelangannya dipenuhi darah sambil mencuci kedua tangannya, bau anyirpun mulai merebak di pencucian piring. Tadinya, sebuah baskom yang jernih berisi air kini berubah kental dan keruh entah sudah berapa banyak korban yang dibunuhnya. Kali ini tangan kecilnya pun mengambil sebilah pisau besar memotong bagian irisan daging menjadi kecil-kecil. Ia tak bersuara sama sekali dan serius, namun kedatangan seseorang telah mengalihkan sebentar, yang tak lain adalah seorang wanita setengah muda, ia mengikat celemeknya dan menghampiri anak kecil itu. "Ruyi apa yang sedang kau lakukan, aku memanggilmu daritadi dan kau tidak menyahutku sama sekali. " Suaranya lembut dan ringan. "Potong daging ikan bu." Jawab Ruyi tanpa menjelaskan lagi. Wanita itu melihat irisan daging kecil lalu alisnya menyatu. "Ruyi... ini kurang pas, bisakah kamu memotongnya dengan benar. Kau tidak dapat jatah mak

  • Pasangan Berbeda   12. Jealous Men.

    Xiaobai tiba-tiba melompat seperti orang cacingan, bergerak dan berpindah semaunya dan sesekali berteriak kecil sehingga kedua orang yang sedang tenang meminum teh menjadi ikut tak karuan, mereka berdua seakan bingung dan cemas takut si tuannya menjadi gila sendirian. Segelintir perasaan tidak mengenakkan di dalam hatinya sedang membakar perasaannya bahkan tak peduli lagi dianggap aneh oleh orang sekelilingnya. Xiaobai kembali duduk dan menuang tehnya sembarangan namun fokus perhatiannya bergerak jauh diambang batas pikiran. Ruoran yang dari tadi tengah memperhatikan kelakuannya akhirnya pun bersuara karena tak tahan. "Tuan pangeran air tehnya sudah penuh." Ruoran memberi seruan kepada tuannya yang melamun sambil mengisi gelas teh. "Tu-an...." Panggilan Ruoran terpotong oleh suara Roy. Ia memberi mimik ekspresi untuk tidak mengganggu tuannya. Sebagai pengawal yang patuh dan cukup mengerti pikiran Xiobai, mereka tak berani mengganggunya. Sinyal otak Xioabai bekerja lebih ce

  • Pasangan Berbeda   11. Siapa kamu?

    Aku pikir hidup ku sudah berakhir dan telah berada di akhirat, tetapi ini tidak adil untukku. Aku tidak dapat bertemu dengan keluargaku sebelum ajal menjemputku. Aku tidak tahu juga kapan aku dibangunkan kembali oleh malaikat, setidaknya ada perkembangan jalan cerita dari semua ini. Tak ada harapan lagi yang ku inginkan, tiba-tiba sebuah tetesan cairan jatuh tepat di depan hidungku. Terlepas dari itu semua, aku terpaksa membuka mataku. Tidak ada yang berbeda dari dunia dengan akhirat. Aku melihat tubuhku yang tergulung kain, siapa yang telah menggulungku seperti ini. Aku seperti sedang tidak bermimpi. Aku mencoba melepas paksa kain selimut yang menggulungku. " Sulit terlepas," bodoh saja kataku, tali pada kain ini tak akan terlepas tanpa ada gesekan benda tajam. Aku mendengar suara orang melangkah dan membuka pintu, dan ku kembalikan ke posisi semula. Aku tahu dua orang itu adalah pria. Terdengar dari suaranya yang mengebas.

  • Pasangan Berbeda   10. Kita akan bertemu lagi

    Perhiasan, gincu dan makhota merah ala pernikahan tradisional negeri China telah terpasang rapi dengan baik. Pernikahan adalah impian dan hari baik yang diinginkan oleh setiap wanita lajang. Hari ini aku tengah berada di dalam kotak tandu sendirian. Aku mengintip dari jendela untuk melihat keluar, ternyata seperti bibi bilang kemarin hari ini aku di antar oleh beberapa perempuan berbadan besar yang mengangkat tanduku dan sisanya mereka itu anggota kepunyaan Xiaobai sendiri, tak lagi ku hitung jumlahnya. Ku perhatikan sesekali tandu ini bergoyang-goyang akibat menginjak batu besar yang acapkali membuat mahkotaku berbenturan dengan langit tandu. Ketika goncangan semakin keras barulah suara bibi terdengar seperti membentak kelompoknya. Hari ini aku gugup padahal ini bukan pernihakan atas dasar cinta. Aku meneliti langit tandu tak lagi bergoyang lagi dan ini mungkin sudah waktunya. Sebelum aku dikirim kemari dan berada di dalam tandu. Kelompok bibi melaku

  • Pasangan Berbeda   XXX. Siapa pencetus buku kuno?

    Anda pasti berpikir buku ini tidak menarik, ceritanya terlalu kompleks. Benar, memang seperti ini alurnya. Tidak ada yang tahu siapa pemeran utama, konflik apa dan siapa pencetus semua ini? Penulis akan beritahu. Xiao Bai putra anak raja langit ke-33 memiliki leluhur bernama dewi kebenaran (Zhenli Nushen) atau Zhenxiang. Dewi kebenaran merupakan perempuan pertama yang menjabat penguasa tinggi. Tersebar berbagai informasi bahwa ia orang yang berasal dari masa depan, orang berhati dingin, tetapi bijak dikalangan manusia. Meninggal di usia 2000 tahun, meninggalkan wasiat yang tertulis di dalam buku kuno. Buku yang berisi semua ajaran sihir, kebijakan, dan keinginannya. Bahkan terhubung dengan masa depan. Xiao Bai yang terlampau mengidamkan kebijakan dan ingin melihat dunia secara luas berharap mempelajari buku kuno, sayangnya buku tersebut tersisa lembaran tentang akan ada

  • Pasangan Berbeda   9. Pukul tidak ya?

    "Pangeran, kau berniat membunuhku ya? Berapa lapis pakaian yang kau perintahkan kepada bibi?" Aku menyoroti perhatiannya yang kali ini sedang berencana balas dendam. Tetapi itu tak akan berguna kepadaku, baju ini tak akan mempan pada perangkat besi di tubuhku. Sedari tadi kamar ku sudah dipenuhi oleh tiga orang yang telah mengunjungiku rasa kepo yang mereka miliki tentang pernikahan palsu ini lebih besar dari dugaanku. Untuk pangeran buat apa memasuki ke kamar perempuan, toh urat malunya sudah tak ada sekarang. "Aku ingin lihat bagaimana caramu berdandan, Aku ingat terakhir kali kamu menguncir rambutmu seperti buntut Roy. Kali ini bersikaplah feminim, wkwkwk" Dia sengaja, lalu aku melemparinya sepatu nyaris mengenai pucuk kepalanya. "Jangan buang waktu kalau tidak suka!" Bibi tersenyum sambil membawa perlengkapan pernikahan, "melihat pertengkar

  • Pasangan Berbeda   8.2 Pasar Hantu

    "Aku tahu kamu siapa?" potongku. "Eh" pangeran tiba-tiba diam. "Jadi kamu tahu siapa aku?" Diamnya pun berubah menjadi senang. "Si konyol," kataku karena ia masih senang diatas penderitaan orang lain, "Kau itu pencari keuntungan, kau merekrutku untuk keuntungan pribadi. Aku tahu kamu ingin jadi raja yang bijaksana dan diakui oleh negara suatu saat nanti kan? Jadi kamu berusaha rekrut aku dan buat perjanjian denganku dengan alasan bisa beri aku perlindungan dan membantu mencari keluargaku yang hilang. Kamu memberikan harapan dan masa depan yang indah tetapi yang aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Contohnya seperti yang lalu. Kau membuat rencana tetapi gagal namun sebenarnya itu usahamu kan. Aku tahu licikmu dan bagaimanapun aku tidak akan marah lagi, karena itu jadi tujuan dan takdirmu dan setelah peristiwa ini kalau aku berhasil mengumpulkan teman-temanku aku minta perjanjian itu

  • Pasangan Berbeda   8.1 Pasar Hantu

    Pertama kali alat retinaku menangkap kebohongan seseorang terlebih lagi peristiwa itu merupakan sebuah kesepakatan bersama. Di sana aku bukan bagian dari pembuat kesepakatan namun tujuan alat ini adalah memberitahukan semua hal yang tersembunyi. Aku merasa heran siapa yang pintar menaruh chip kebohongan di saat aku lengah padahal aku mudah kecewa. Aku berpendapat Alex tidak sepintar itu membuatku kecewa barangkali ini kerjaan Kak Tim. Seolah-olah berpikir menemukan siapa pembuat alat kebohongan ini tanpa menyadari kedatangan pangeran yang tiba-tiba telah menungguku angkat bicara. Sosok tersebut menimbulkan sejumlah peristiwa terpisah antara Roy dengannya. Luar biasa benda ini mengungkap rahasia paling menggelegar di dunia dan Alex jadi pemenangnya. Xiao Bai putra maha raja langit ke- 33 saat itu masih remaja meminta pengawalnya untuk mendatangi kamarnya tengah malam,

DMCA.com Protection Status