ROY KU HARAP KAU SEMBUNYIKAN DIA SAMPAI WAKTUNYA KEMBALI NORMAL. JANGAN PERNAH KEMBALI KE ISTANA SAMPAI AKU MEMBERITAHUMU.
YANG MULIA SEMOGA ANDA SELAMAT.
"R-o-y, hati-hati."
"Yang Mulia pangeran sadarlah, kami tidak berniat melakukan ini!" Prajurit istana menekan tombak mereka di tengah pedangnya yang menyilang.
"Kalian mulai melawanku? Bahkan ibuku juga?" Kata pangeran lantang. Sang ibunda ratu yang menepi terlihat kesal dan maju ke tengah mereka untuk menghentikan peperangan.
"Cukup!" Serangan terhenti karena suara wanita paruh baya itu. Dia mulai menampar wajah pangeran sampai suara terdengar keras dan orang di sana juga ikut takut serta cemas dengannya.
"Apa yang kau lakukan? Melindunginya? Kau pikir kau siapa? Kau tidak pernah memikirkan posisimu dan ibumu? Pangeran--"
"Roy telah memberontak dan kau ikut melindunginya? Aku tidak percaya semua ini. Inikah yang kau rencanakan?" Ratu sangat murka.
"Sekarang. Ini hasil yang kau terima kau dikhianati oleh pengawal dan dewi mu sendiri. Bahkan kau tidak bisa lari dari hukumanmu. Aku sudah melakukan tugas sebagai ibu ratu untuk melindungimu dan kau membayarnya dengan perlawanan." Ratu memanas dan mulai memijat kepalanya sehingga pengawal dan kasim harus membopongnya karena ia tak sanggup berdiri.
"Kurung dia di dalam gua api. Jangan biarkan dia keluar selamanya."
"Yang Mulia. Pangeran tidak benar-benar melakukannya tolong beri kelonggaran untuknya. Dia hanya..."
"Pak Han! Kau ingin dihukum juga?"
"Ti-tidak Yang Mulia,"
"Dengar, aku tidak ingin berita ini tersebar ke klan iblis."Katanya dan segera melakukan penghapusan memori, dengan kekuatan Yang Mulia Ratu Cheon ia berhasil menghilangkan ingatan semua yang ada di sana. Semua saksi tiba-tiba terkapar pingsan dan tidak ingat siapa pangeran dewa itu.
Roy membawaku entah ke mana, siang dan malam kami berlari tujuh hari dan tujuh malam ku lalui bersama Roy. Bahkan aku lupa makan dan minum begitu juga dengan Roy. Ah, tetapi dia dewa dan makhluk seperti itu tidak butuh hal itu, namun aku........
BUTUH SEMUA! BRRAAAK!!! Roy berdiri tegak sambil terkejut mendengar suara itu dan tiba-tiba merasa lebih ringan dari sebelumnya. Ia pun akhirnya menoleh.
Aku jatuh dari punggungnya dan momen ini sungguh memalukan karena seluruh badanku mendarat tengkurap di atas lumpur. "Roy! aku seperti kotoran ini!" Roy menghampiriku dan berubah wujud lelaki manusia tampan, lalu mengangkat tubuhku di kedua lengannya. "Kau tidak apa-apa, dewi?"
"Kau!"tiba-tiba lapar dan hausku hilang karena emosi ku, badanku bergetar dan ikut memanas.
" KAU MAKHLUK TAK PUNYA PERASAAN DAN PEMAHAMAN. SEHARUSNYA KAU BERHENTI DAN CARI PENGINAPAN DAN MAKANAN, MINUMAN, PAKAIAN DAN HIBURAN BUKANNYA BERLARI BERHARI-HARI DAN TAK TAU DIRI BERTANYA KEPADAKU APAKAH AKU BAIK- BAIK SAJA? AKU LAPAR AKU HAUS AKU MAU MANDIIIIIII."
Roy menatapku datar yang melihatku telah cemberut. Ia menurunkanku. "Maaf dewi aku lupa kau membutuhkan itu. Maaf juga karena aku terlalu takut ketahuan dan lupa kau membutuhkan itu."
"ROY, mari cari tempat istirahat pandanganku berkunang-kunang." Aku membungkuk merasa perutku melilit dan berusaha duduk namun gagal karena terlalu menyakitkan. Roy menangkap lenganku dan mengendong ke punggungnya.
"Biarkan aku membawamu seperti layaknya manusia. Aku akan membawamu ke penginapan dan memberimu makan." Sekarang dia berubah menjadi manusia sikapnya seperti gentlemen. Namun, tetap saja rasa pekanya terlalu terlambat. Aku sudah maag begini ia baru sadar. Sepertinya aku bukan maag lagi, tetapi asam lambungku sudah naik ke atas, dan. "HOOOEK." Aku memuntahkan isi perutku ke samping dan Roy lagi-lagi terkejut. Dia menurunkanku dan membaringkan ku di bawah pohon. Aku meringkuk sambil memegangi perut. "Dewi kau sakit?"
Aku menengok dan menatapnya kesal. Ku rasa bersamanya pilihan yang tidak tepat dia orang yang tidak punya akal dan perasaan, dan konyol saja aku mati di tangannya karena terkena GERD (penyakit lambung). Mungkin besok aku hanya tinggal nama di atas papan kematian yang bertuliskan Miranda Papylova RIP.
"Dewi kau semakin pucat." Pangeran kau salah besar menitipkanku kepadanya. "Dewi... kau di sini saja tunggu aku sebentar."
Dia mau lakukan apa lagi? Aku merasakan bayangan lelaki itu tidak ada di belakangku. " Roy... kau mau apa? Roy?"
"-kau tidak membiarkanku sendiri kan?" Aku menengok ke belakang dan benar saja dia menghilang. Miris!! Aku sendirian lagi. Aku Miranda seperti benda yang dicampakkan pemiliknya, tiba-tiba angin sepoi-sepoi mulai menampar rambut dan wajahku lalu memuliskan kata di dahiku.
TERCAMPAKKAN
***
Di Gua Api, Yang Mulia pangeran dibawa ke dalam oleh prajurit istana. Tiba-tiba saja kehadiran pengawal ratu yang bernama Laoyi berhasil menghipnotis penglihatan semua yang ada di sana sehingga mendadak saja mereka pingsan. Laoyi mengambil kesempatan itu membuat kesepakatan dan berbicara padanya.
"Pangeran," ia melepaskan rantai borgol dan pangeranpun terkejut.
"Laoyi apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau melanggar Yang Mulia Ratu."
"Pangeran Yang Mulia ratu mengutusku untuk membebaskanmu. Kau harus lari dari sini dan pergi jauh jangan kembali ke istana."
"Lalu bagaimana dengan hukumannya?"
Laoyi berlutut, "hamba siap menerima titah ratu menggantikan Anda."
"Tidak, siksaan di sini begitu berbahaya. Kau ikut saja bersamaku. Aku akan melindungimu atau ... aku tetap di sini dan menerima hukumanku."
"Yang Mulia Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, ini sudah termasuk tugas yang paling mulia untuk saya. Saya akan tetap menggantikan Anda. Anda harus bebas dari tempat ini."
"Tetapi..." belum sempat ia menyanggah si pengawal itu memotongnya.
"Yang Mulia! Tolong ringankan pekerjaan saya. Saya mohon dengarkanlah perintah ratu."
"Tetapi ini tidak masuk akal. Aku berbuat salah melanggar ibunda ratu, dan aku memang harus menebusnya. Bukankah ini kemauannya?"
"Yang Mulia ratu menyayangi Anda... pangeran. Ia menginginkan Anda aman, sehingga mengutusku kemari." Pangeran terdiam dan akhirnya memutuskan untuk menerima perintahnya.
"Apakah aku salah paham dengannya?" Pangeran berpikir sejenak dan bergumam.
"Yang Mulia?" Ia melihat pengawal Laoyi yang berlutut dan menyuruhnya bangun.
"Pengawal Laoyi apakah Anda memiliki wasiat untuk menggantikan tugasmu? Aku tidak enak jika kau terus mengorbankan diri demi tugas berbahaya ini."
Ia tersenyum, " Anda sungguh berlapang hati Yang Mulia. Hamba hanya ingin Anda merawat anak manusia yang saya sembunyikan. Dia ada bumi selatan. Saya memberi namanya Zingce, ia tumbuh dewasa dan cantik. Saya yakin dia sangat menunggu kehadiran saya namun karena tugas, saya tidak bisa menemuinya. Saya harap Anda menggantikan kehadiran saya dan memberikan kehidupan dan pernikahan yang layak. Saya tidak mungkin bertemu lagi dengannya." Ia mengambil sebuah kotak kalung.
"Berikan ini padanya. Katakan saya meminta maaf meninggalkannya sangat lama."
Pangeran mengambil kotak tersebut setelah itu pengawal menyuruh pangeran segera pergi dari sana. Saat itu, pangeran pergi mencari Zingce dan mencari kami sementara itu Yang Mulia ratu telah berhasil menyembunyikan pangeran dari dunia dewa. Kini Xiao Bai bisa mencari kami.
Aku memeluk perutku dan Roy datang membawa ayam bakar, air dan daun. Namun, sebelumnya aku telah diceburkannya ke dalam air sungai karena seluruh tubuhku terkena lumpur. Saat itu aku sudah tak berdaya memarahinya dan hanya bertahan dengan marahku.
Ia mencucinya di dalam batok kelapa. Aku tidak tahu daun itu untuk apa? dia mencuci daun itu hingga bersih lalu membuat api melalui ranting yang ia bawa tadi. Dalam kondisi seperti ini aku merasa aneh karena tubuh AI ku ini mulai kembali tidak stabil. Aku bahkan juga tidak seperti manusia. Di dalam perut ini terdapat organ penting yang seharusnya bisa kompromi, dan entah mengapa malah memberontak lagi di momen segenting ini, haruskah aku bersyukur kalau tiba-tiba saja muntah lagi?
Roy menggoyangkan paha ayamnya di depan wajahku. "Roy, aku pusing dan mual!" Ia memijat leherku.
"Mana yang sakit?" Aku menunjuk perutku.
"Perutmu sakit?" Ia menyentuh perutku lalu aku menepisnya. "Itu geli!"
"Dewi makanlah." Lalu menyodorkannya. Aku melihat paha ayam itu awalnya sekilas terlihat lezat, aku juga ingin makan tetapi perutku sudah tak baik.
"Roy aku pusing!"
Ia panik akhirnya meminta maaf kepadaku. Aku tak tahu kenapa meminta maaf. Akupun tak menggubrisnya sama sekali namun setelah itu, dia meremas-remas daun itu lalu memasukkanya ke dalam air hangat. " Minum ini!" Aku menggeser air tersebut dengan tanganku.
Roy yang tampak ragu melihatku lagi, ia tidak tahu harus berbuat apa ekspresinya telah menunjukkannya. Namun, aku sudah kunjung pucat mungkin aku akan pingsan sungguhan. Roy tiba-tiba mengangkat kepalaku dan memberiku cairan.
"Hmmmm...."
Ia memasukkan cairan tersebut lewat mulutnya ke mulutku, benar-benar kurang ajar. Aku memukuli dadanya namun si Roy tetap mendorongnya sampai air tersebut masuk ke dalam tenggorokanku, setelah itu aku batuk dan merajuk padanya.
"Maaf aku terlalu lancang, aku tak ada cara lain kau terlihat lemas dan tak bertenaga. Jadi aku hanya punya cara ini." Aku meliriknya kesal.
Lalu aku membuang muka, "kau sering melakukan itu saat wanita sekarat?"
Ia mendekat ke bahuku sambil menyesal. Aku meliriknya. "Maafkan aku!" Wajahnya memerah.
"Jangan-jangan?" Sekarang aku yang mendekatinya untuk melihat wajahnya yang malu-malu itu.
"Dewi kalau ingin menghukumku. Hukum saja aku sekarang!" Katanya berdiri menahan malunya.
Aku mendongak, "Heish! Lupakan semuanya. Kita berdamai saja!"Rasa mualku perlahan hilang bersama nyeri di dalam perutku, pertolongan darurat Roy telah berhasil walaupun agak sedikit tidak baik caranya. Kamipun berdamai.
Ia memberikan ku ayam yang lainnya. " Dewi!!" dan kenapa aku malah merasa lapar seperti manusia yang lapar pada umumnya. Aku mengambil potongan paha ayam yang Roy berikan kepadaku. Pelan-pelan aku melahapnya dan meminum sebotol air dari tempat minum bambu.
"Makanlah ini dan perutmu akan baikan lagi?"
"Apa ini? Kau memberikanku daun liar?"
"Itu daun herbal yang ku temui di dalam hutan bisa membuatmu lebih nyaman." Aku terdiam dan berhenti mengunyah. Ingat daun yang ia masukkan ke dalam mulutku. Akupun memerah lagi.
"Soal tadi aku terlalu lancang, aku minta maaf. Pangeran sangat mempercayaiku aku takut dia mencemaskanmu." Sekarang apakah dia mengakui kesalahannya? Ia terlihat merasa bersalah. Dia lalu membuat api unggun untukku dan berusaha memberikanku selimut dari anyaman daun. Setelah kusadari anyaman itu yang membuatnya lama datang menemuiku. Ternyata ia pandai menganyam di tempat lain. Lelaki ini! Aku mengigit daging ayamku lagi.
"Roy..." aku panggil namanya dan ia melihat mataku. Jujur saja aku sempat kagum. Roy itu sebenarnya lebih tampan dari pangeran dewa. Matanya sipit, tajam dan menawan hidungnya mancung, rahangnya tegas dan bibirnya tidak terlalu tebal dan sexy. Kulitnya tan tetapi tidak sawo matang. Ia tipe yang diidamkan oleh semua wanita di duniaku. Rambutnya hitam dan panjang tetapi wajahnya seperti aktor drama korea. Ia mirip Hyunbin versi muda.
"Sejak kapan kamu bisa berubah seperti ini?" Aku tiba-tiba bertanya ke sini.
"Maksud yang mulia dewi?"aku mulai tersadar pertanyaanku bisa saja terlalu jauh.
"Ah, itu kau berubah menjadi manusia? Apa semua dewa juga bisa melakukan itu?"
"Semua dewa bisa melakukan hal ini, tetapi kami tidak bisa berubah menjadi apapun, kecuali penguasa para dewa."
"Wow, aku baru dengar tentang itu, ceritakan padaku bagaimana dengan negeri para dewa itu. Apakah dewa juga ada putri duyung?"
"Maksudmu penguasa laut?"
"Ya, sejenis itu."
"Putri penguasa laut sangat cantik dan dia sedikit angkuh. Ia punya ekor seperti ikan."
"Jadi kau pernah bertemu dengannya ya?" Roy menatapku lagi.
"Oh, aku bertanya yang tidak seperlunya ya maaf aku lebih baik diam saja?" Aku sambil menggosok-gosok tanganku karena baju yang ku pakai ini telah menipis karena sering tersangkut di ranting dan rumput berduri sehingga ada robekan di sana- sini tetapi tidak seksi. Ini masih tertutup dari atas sampai bawah, hanya saja terlihat seperti gelandangan.
Roy melepaskan baju luarannya dan menyelimuti tubuhku. "Roy tidak perlu begini." Ia mengikatkan pita bajunya ke leherku.
"Yang Mulia tetap menginginkanmu dalam keadaan aman."
Aku jadi merasa tidak enak menolak terus dan akhirnya mengiyakan perintahnya
(Bersambung)
Aku terlalu lama menatap api unggun apalagi tidak ada pembicaraan lanjutan. Roy bahkan lebih sibuk menggosok kayu daripada mengajakku mengobrol lebih lanjut, jari-jarinya bahkan sangat cepat demi menciptakan api. Lambat laun udara di malam ini lebih dingin daripada sebelumnya mungkin efek dari cahaya api yang meredup, itu sebabnya panas semakin menghilang di dekatku. Aku masih memperhatikan tangannya yang berusaha keras menciptakan api. Jika saja pemantik api selalu dikantongku, saat ini juga aku merupakan orang yang paling beruntung karena selalu membawanya, bagaimanapun situasi segenting ini pemantik sangat dibutuhkan setelah ponsel daripada mengharapkan keajaiban dari tangan nya. Ku harap aku tidak mati kedinginan. Hosh!!! Aku tak kuat dengan kedinginan dan kutepuk-tepuk wajahku berkali-kali sambil menggulung diri sendiri alhasil buntalan acak dari baju Roy telah membentukku seperti kepompong. Roy mendengar suara keributan dari bajuku. Ia m
Setelah perjalanan tak tahu arah aku memanggil namanya. "Roy?" Saat tertentu ia tak menjawabku namun tak membuatku kehabisan akal lalu kutarik ekornya, dan tiba-tiba ia pun menjadi berwajah ketus, kali ini apakah ia akan marah? Tanganku bergetar tak karuan khawatir jika dewa setengah kuda ini menjadi tidak terkontrol karena merasa diusik olehku, meskipun ia adalah dewa namun sifat hewan nya pasti tersembunyi di dalamnya, Ia tiba-tiba berhenti setelah berlari kencang mendadak kami berdua terdorong ke depan dan kamipun berusaha berpengangan di punggungnya. Entah ada apa dengannya, terlihat ketus dan sering ngerem mendadak. "Kakak ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" pertanyaan itu mewakili jalan pikiranku. "Kita sepertinya salah arah." Kata Roy. Aku berkedip-kedip memahami maknanya lalu menyahut percakapan mereka. "Salah arah?
Wanita itu memberikan ku pakaian dan membagi menjadi dua kamar, anak kecil tidur bersamaku karena kami sama-sama perempuan sedangkan Roy menempati kamar di sisi kiri wanita baya itu. Ia menempati kamar bekas suaminya, setelah bermenit membicarakan rupa siluman dan perjanjian mereka aku memahami masalahnya. Siluman itu menagih janji pengiriman perempuan untuk diperistrikan namun di sini perempuan cantik yang sehat sudah tak ada lagi. Aku tahu bagaimana ketakutan mereka saat ini jika siluman itu tiba-tiba mendatangkan angin besar atau tsunami karena mengingkari janji , tetapi alasan mereka tak buat aku percaya sepenuhnya karena tak ada detail yang diceritakan oleh mereka tentang perjanjian itu. Di sini lagi-lagi aku mengambil kesempatan menguliknya. "Oh iya Bi boleh tanya sesuatu? Sejak tadi aku penasaran apakah ini? tidak melanggar privasi?" "Jangan sungkan nona tanyakan saja!" Ia meletakkan be
"Tuan. Roy tetapi dia belum menanda tangani gulungan itu." "Berikan gulungan itu biarkan dia menandatangani di ruangan pangeran. Supaya dia tahu rasanya." Firasatku seperti tidak enak saat si Roy ini membicarakan pangeran tersebut. "Eh, apakah pangeran itu akan memakanku?" Aku berbisik kepada kasim yang berada dibelakangku ketika Roy sibuk mengikat dan menarik pergelangan tanganku layaknya tahanan. Si kasim pun menggeleng-geleng dan aku pun terkejut karena Roy langsung mengetuk dahiku. "Omong kosong macam apa yang kau katakan. Pangeran adalah orang yang bijaksana dan baik hati. Sekarang ikuti aku dan pergi ke ruangannya." "Galak sekali,"aku mengelus keningku dan tak selang berapa menit kemudian ia telah membawaku ke dalam ruangan misterius sendirian. Ia juga meninggalkanku bersama gulungan kayu. Di sana ada lelaki tampan duduk tanpa menghiraukanku. Aku melihat sekeliling kamarnya sambil me
Roy berlutut hormat kepada pangeran, "Yang Mulia para pengawal sudah memperketat kamar Dewi," dan saat itu pangeran sedang mengamati kalung emas ditangannya. "Pangeran apakah dewi tidak akan curiga kepadamu karena Anda begitu mengenalnya?" "Justru aku ingin dia mengenaliku, namun aku tidak melihat memori itu, sepertinya ia telah melupakanku." Ia menggenggam kalung tersebut dengan wajah merenung. "Pangeran Anda tidak berencana memberitahunya?" "Bahkan jika aku mengaku orang yang berkali-kali bertemu dan menemaninya di dunia, ia tak akan percaya. Aku hanya menambah sakit kepalanya, lebih baik aku melindunginya dan memberikannya gelar dewi supaya dekat denganku. Beruntung Maha Agung mempertemukanku dengannya di sini. Kebetulan sekali ia membawa paralayang, dan pasti ratu dan pengikutnya sudah tahu itu. Ia pasti mencoba melakukan sesuatu. Mereka pasti akan menya
Sejak tadi aku kehilangan mereka bahkan siluman liuran tadi rela meninggalkanku, ini sudah berapa kalinya aku sendirian lagi dan mereka lebih suka tak mengajakku. Aku berjalan tanpa tujuan sambil gemetaran menahan nyeri perut, kadang-kadang berjongkok dan berdiri lagi sampai nyeri itu tenang. Sungguh siapa yang tak akan ngedumel? Siapa yang tidak kesal? janjinya mau menjagaku malahan yang terjadi malah sebaliknya, mau tak mau perjalanan ini dipenuhi dumel-dumelan kesal sebelum sampai menemukan mereka aku terkena sial lagi. Kata Ruoran pasar hantu selalu ada tiap pertengahan bulan penuh, biasanya mereka menjual dan kadang berburu manusia. Kali ini pria mabuk menabrakku lalu lari seperti melihat hantu. "Oh!" keluhku yang telah duduk di tanah, sialnya tak ada yang membantu sementara orang-orang yang berlalu - lalangpun lebih sibuk dengan egonya, ini lebih parah dari orang-orang yan
Pertama kali alat retinaku menangkap kebohongan seseorang terlebih lagi peristiwa itu merupakan sebuah kesepakatan bersama. Di sana aku bukan bagian dari pembuat kesepakatan namun tujuan alat ini adalah memberitahukan semua hal yang tersembunyi. Aku merasa heran siapa yang pintar menaruh chip kebohongan di saat aku lengah padahal aku mudah kecewa. Aku berpendapat Alex tidak sepintar itu membuatku kecewa barangkali ini kerjaan Kak Tim. Seolah-olah berpikir menemukan siapa pembuat alat kebohongan ini tanpa menyadari kedatangan pangeran yang tiba-tiba telah menungguku angkat bicara. Sosok tersebut menimbulkan sejumlah peristiwa terpisah antara Roy dengannya. Luar biasa benda ini mengungkap rahasia paling menggelegar di dunia dan Alex jadi pemenangnya. Xiao Bai putra maha raja langit ke- 33 saat itu masih remaja meminta pengawalnya untuk mendatangi kamarnya tengah malam,
"Aku tahu kamu siapa?" potongku. "Eh" pangeran tiba-tiba diam. "Jadi kamu tahu siapa aku?" Diamnya pun berubah menjadi senang. "Si konyol," kataku karena ia masih senang diatas penderitaan orang lain, "Kau itu pencari keuntungan, kau merekrutku untuk keuntungan pribadi. Aku tahu kamu ingin jadi raja yang bijaksana dan diakui oleh negara suatu saat nanti kan? Jadi kamu berusaha rekrut aku dan buat perjanjian denganku dengan alasan bisa beri aku perlindungan dan membantu mencari keluargaku yang hilang. Kamu memberikan harapan dan masa depan yang indah tetapi yang aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Contohnya seperti yang lalu. Kau membuat rencana tetapi gagal namun sebenarnya itu usahamu kan. Aku tahu licikmu dan bagaimanapun aku tidak akan marah lagi, karena itu jadi tujuan dan takdirmu dan setelah peristiwa ini kalau aku berhasil mengumpulkan teman-temanku aku minta perjanjian itu
Ruoran melihat tuannya yang sambil bercucuran air mata yang sembari jongkok dan menggigit kipasnya. Ia berlagak seperti kartun melankolis yang ditinggal kekasih. Ia kadang-kadang memeluk kakinya atau bersandar pada dinding gelembung, ia layaknya kehilangan harapan. Xiao Bai mulai tampak berakting aneh. Beruntungnya ia tidak berada di perkotaan yang ramai sehingga tak perlu mendapati rasa malu yang besar. Cukup Roy dan Ruoran saja tau keanehan nya. Haripun semakin sore, gelembung mereka tumpangi pelan - pelan bergerak mengikuti arus air. Kini posisi Roy dan Ruoran duduk tenang bersila sambil memperhatikan tuannya. "Apakah dia sedang bersandiwara lagi?" tanya Ruoran kepada Roy."Aku tidak pernah melihatnya seperti ini." Roy menggelengkan kepala membalas Ruoran."Mungkin dia punya rahasia lain seperti kepribadian ganda." Tuturnya kembali dan alis kanannya mengernyit menatap Roy."Mustahil, aku sudah bersamanya sejak lama. Ini baru pertama kali kulihat keanehannya."Balas Roy membe
Anak kecil itu menguap merasa dirinya telah selesai membalaskan luka yang tersimpan lama di benaknya. Pergelangannya dipenuhi darah sambil mencuci kedua tangannya, bau anyirpun mulai merebak di pencucian piring. Tadinya, sebuah baskom yang jernih berisi air kini berubah kental dan keruh entah sudah berapa banyak korban yang dibunuhnya. Kali ini tangan kecilnya pun mengambil sebilah pisau besar memotong bagian irisan daging menjadi kecil-kecil. Ia tak bersuara sama sekali dan serius, namun kedatangan seseorang telah mengalihkan sebentar, yang tak lain adalah seorang wanita setengah muda, ia mengikat celemeknya dan menghampiri anak kecil itu. "Ruyi apa yang sedang kau lakukan, aku memanggilmu daritadi dan kau tidak menyahutku sama sekali. " Suaranya lembut dan ringan. "Potong daging ikan bu." Jawab Ruyi tanpa menjelaskan lagi. Wanita itu melihat irisan daging kecil lalu alisnya menyatu. "Ruyi... ini kurang pas, bisakah kamu memotongnya dengan benar. Kau tidak dapat jatah mak
Xiaobai tiba-tiba melompat seperti orang cacingan, bergerak dan berpindah semaunya dan sesekali berteriak kecil sehingga kedua orang yang sedang tenang meminum teh menjadi ikut tak karuan, mereka berdua seakan bingung dan cemas takut si tuannya menjadi gila sendirian. Segelintir perasaan tidak mengenakkan di dalam hatinya sedang membakar perasaannya bahkan tak peduli lagi dianggap aneh oleh orang sekelilingnya. Xiaobai kembali duduk dan menuang tehnya sembarangan namun fokus perhatiannya bergerak jauh diambang batas pikiran. Ruoran yang dari tadi tengah memperhatikan kelakuannya akhirnya pun bersuara karena tak tahan. "Tuan pangeran air tehnya sudah penuh." Ruoran memberi seruan kepada tuannya yang melamun sambil mengisi gelas teh. "Tu-an...." Panggilan Ruoran terpotong oleh suara Roy. Ia memberi mimik ekspresi untuk tidak mengganggu tuannya. Sebagai pengawal yang patuh dan cukup mengerti pikiran Xiobai, mereka tak berani mengganggunya. Sinyal otak Xioabai bekerja lebih ce
Aku pikir hidup ku sudah berakhir dan telah berada di akhirat, tetapi ini tidak adil untukku. Aku tidak dapat bertemu dengan keluargaku sebelum ajal menjemputku. Aku tidak tahu juga kapan aku dibangunkan kembali oleh malaikat, setidaknya ada perkembangan jalan cerita dari semua ini. Tak ada harapan lagi yang ku inginkan, tiba-tiba sebuah tetesan cairan jatuh tepat di depan hidungku. Terlepas dari itu semua, aku terpaksa membuka mataku. Tidak ada yang berbeda dari dunia dengan akhirat. Aku melihat tubuhku yang tergulung kain, siapa yang telah menggulungku seperti ini. Aku seperti sedang tidak bermimpi. Aku mencoba melepas paksa kain selimut yang menggulungku. " Sulit terlepas," bodoh saja kataku, tali pada kain ini tak akan terlepas tanpa ada gesekan benda tajam. Aku mendengar suara orang melangkah dan membuka pintu, dan ku kembalikan ke posisi semula. Aku tahu dua orang itu adalah pria. Terdengar dari suaranya yang mengebas.
Perhiasan, gincu dan makhota merah ala pernikahan tradisional negeri China telah terpasang rapi dengan baik. Pernikahan adalah impian dan hari baik yang diinginkan oleh setiap wanita lajang. Hari ini aku tengah berada di dalam kotak tandu sendirian. Aku mengintip dari jendela untuk melihat keluar, ternyata seperti bibi bilang kemarin hari ini aku di antar oleh beberapa perempuan berbadan besar yang mengangkat tanduku dan sisanya mereka itu anggota kepunyaan Xiaobai sendiri, tak lagi ku hitung jumlahnya. Ku perhatikan sesekali tandu ini bergoyang-goyang akibat menginjak batu besar yang acapkali membuat mahkotaku berbenturan dengan langit tandu. Ketika goncangan semakin keras barulah suara bibi terdengar seperti membentak kelompoknya. Hari ini aku gugup padahal ini bukan pernihakan atas dasar cinta. Aku meneliti langit tandu tak lagi bergoyang lagi dan ini mungkin sudah waktunya. Sebelum aku dikirim kemari dan berada di dalam tandu. Kelompok bibi melaku
Anda pasti berpikir buku ini tidak menarik, ceritanya terlalu kompleks. Benar, memang seperti ini alurnya. Tidak ada yang tahu siapa pemeran utama, konflik apa dan siapa pencetus semua ini? Penulis akan beritahu. Xiao Bai putra anak raja langit ke-33 memiliki leluhur bernama dewi kebenaran (Zhenli Nushen) atau Zhenxiang. Dewi kebenaran merupakan perempuan pertama yang menjabat penguasa tinggi. Tersebar berbagai informasi bahwa ia orang yang berasal dari masa depan, orang berhati dingin, tetapi bijak dikalangan manusia. Meninggal di usia 2000 tahun, meninggalkan wasiat yang tertulis di dalam buku kuno. Buku yang berisi semua ajaran sihir, kebijakan, dan keinginannya. Bahkan terhubung dengan masa depan. Xiao Bai yang terlampau mengidamkan kebijakan dan ingin melihat dunia secara luas berharap mempelajari buku kuno, sayangnya buku tersebut tersisa lembaran tentang akan ada
"Pangeran, kau berniat membunuhku ya? Berapa lapis pakaian yang kau perintahkan kepada bibi?" Aku menyoroti perhatiannya yang kali ini sedang berencana balas dendam. Tetapi itu tak akan berguna kepadaku, baju ini tak akan mempan pada perangkat besi di tubuhku. Sedari tadi kamar ku sudah dipenuhi oleh tiga orang yang telah mengunjungiku rasa kepo yang mereka miliki tentang pernikahan palsu ini lebih besar dari dugaanku. Untuk pangeran buat apa memasuki ke kamar perempuan, toh urat malunya sudah tak ada sekarang. "Aku ingin lihat bagaimana caramu berdandan, Aku ingat terakhir kali kamu menguncir rambutmu seperti buntut Roy. Kali ini bersikaplah feminim, wkwkwk" Dia sengaja, lalu aku melemparinya sepatu nyaris mengenai pucuk kepalanya. "Jangan buang waktu kalau tidak suka!" Bibi tersenyum sambil membawa perlengkapan pernikahan, "melihat pertengkar
"Aku tahu kamu siapa?" potongku. "Eh" pangeran tiba-tiba diam. "Jadi kamu tahu siapa aku?" Diamnya pun berubah menjadi senang. "Si konyol," kataku karena ia masih senang diatas penderitaan orang lain, "Kau itu pencari keuntungan, kau merekrutku untuk keuntungan pribadi. Aku tahu kamu ingin jadi raja yang bijaksana dan diakui oleh negara suatu saat nanti kan? Jadi kamu berusaha rekrut aku dan buat perjanjian denganku dengan alasan bisa beri aku perlindungan dan membantu mencari keluargaku yang hilang. Kamu memberikan harapan dan masa depan yang indah tetapi yang aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Contohnya seperti yang lalu. Kau membuat rencana tetapi gagal namun sebenarnya itu usahamu kan. Aku tahu licikmu dan bagaimanapun aku tidak akan marah lagi, karena itu jadi tujuan dan takdirmu dan setelah peristiwa ini kalau aku berhasil mengumpulkan teman-temanku aku minta perjanjian itu
Pertama kali alat retinaku menangkap kebohongan seseorang terlebih lagi peristiwa itu merupakan sebuah kesepakatan bersama. Di sana aku bukan bagian dari pembuat kesepakatan namun tujuan alat ini adalah memberitahukan semua hal yang tersembunyi. Aku merasa heran siapa yang pintar menaruh chip kebohongan di saat aku lengah padahal aku mudah kecewa. Aku berpendapat Alex tidak sepintar itu membuatku kecewa barangkali ini kerjaan Kak Tim. Seolah-olah berpikir menemukan siapa pembuat alat kebohongan ini tanpa menyadari kedatangan pangeran yang tiba-tiba telah menungguku angkat bicara. Sosok tersebut menimbulkan sejumlah peristiwa terpisah antara Roy dengannya. Luar biasa benda ini mengungkap rahasia paling menggelegar di dunia dan Alex jadi pemenangnya. Xiao Bai putra maha raja langit ke- 33 saat itu masih remaja meminta pengawalnya untuk mendatangi kamarnya tengah malam,