Roy berlutut hormat kepada pangeran, "Yang Mulia para pengawal sudah memperketat kamar Dewi," dan saat itu pangeran sedang mengamati kalung emas ditangannya. "Pangeran apakah dewi tidak akan curiga kepadamu karena Anda begitu mengenalnya?"
"Justru aku ingin dia mengenaliku, namun aku tidak melihat memori itu, sepertinya ia telah melupakanku." Ia menggenggam kalung tersebut dengan wajah merenung.
"Pangeran Anda tidak berencana memberitahunya?"
"Bahkan jika aku mengaku orang yang berkali-kali bertemu dan menemaninya di dunia, ia tak akan percaya. Aku hanya menambah sakit kepalanya, lebih baik aku melindunginya dan memberikannya gelar dewi supaya dekat denganku. Beruntung Maha Agung mempertemukanku dengannya di sini. Kebetulan sekali ia membawa paralayang, dan pasti ratu dan pengikutnya sudah tahu itu. Ia pasti mencoba melakukan sesuatu. Mereka pasti akan menyangkutkannya dengan pepatah buku tua itu. Aku tak bisa mengelak bahwa rencanaku bisa membawa boomerang untuk nya. Roy aku ingin kau melakukan sesuatu."
"Sepertinya paralayang itu telah membawa petaka. Seseorang pasti telah menyelidikinya, dan mengutus orang untuk bersaksi, rencana drama kita berhasil. Saat itu juga ratu pasti akan hadir di dalam pertemuan dan memfitnah dewi. Aku ingin kau dan dewi pergi jauh . Amankan dia sampai kembali normal. Saat itu juga ratu pasti akan memberikan sanksi untukku. Dia akan mengurungku di Gua Api, dan aku akan melihat siapa dibalik semuanya."
Mendengar itu Roy melepaskan pedangnya dan membungkuk, "Yang Mulia apakah itu tidak berbahaya untuk Anda? Hukuman di gua Api itu adalah penderitaan bagi para dewa, jiwamu pasti hancur."
Pangeran tersenyum, "Kau tak perlu khawatir aku memiliki keabadian, jiwaku tak akan hancur. Aku akan melarikan diri dari sana dengan rencana rahasia, dan menghilang dari istana, saat itu juga aku akan memulai kehidupan baru dan menyelidikinya. Siapa pembunuh ibu kandungku."
"Semoga Yang Mulia Dewi Kebenaran melindungimu. Saya akan melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya."
"Aku ingin melihat rencana Yang Mulia Ratu selanjutnya, dugaanku dia akan menghapus ingatan orang-orang di istana dan berkuasa penuh, dan aku yakin ia akan menyerahkan kekuasaan kepada raja siluman."
"Yang Mulia kau ada di dalam sana? Yuhu?" percakapan yang tadinya serius buyar karena kedatangan ku. Awalnya penjaga tidak memberikan izin untuk berteriak memanggilnya namun karena status kepercayaan pangeran akhirnya mereka tunduk. Pangeran memberikanku masuk, sedangkan pengawal pangeran telah bersiaga berdiri di depannya dan berpura-pura tak terjadi apapun.
"Kita akan pergi ke balairung kan? mari kita bereskan semuanya. Oh, ya kau lihat jam ku tidak? aku kehilangannya."
Pangeran dan pengawal, kedua orang itupun saling tatap - menatap, pengawal mengambil jam di kantung bajunya lalu memberiku. "Kau tahu ini sangat berguna untukku, jadi terimakasih telah menyimpannya baik-baik."
Setelah mendapatkan kembali barangku, aku pun hendak berpisah dengan mereka, namun. "Hei kau mau ke balairung dengan kunciran tak sopan seperti itu?" ia lagi -lagi mengkritikku dengan cengiran palsuku aku menjawab IYA. Tak lama kemudian pengawal setianya menggendongku seperti menggendong karung beras sontak aku berteriak kaget. Asli Malu sekali karena ditertawakan banyak orang yang melihatku. "ROY Lepas! Apalah ini! bicara denganku baik-baik saja!"
"Diam, kau mesti berdandan lagi!"
"EEEH, TAPI INI SUDAH CANTIK TAU!"
"TIDAK!"
KREET! barusan aku menggeser pintu pelan-pelan namun suaranya malah semakin kasar. Rumah bibi ini memang perlu direnovasi, setelah beberapa jam tinggal di rumah perempuan itu, malam ini waktunya kami pergi ke pasar hantu. Roy sudah bersiap dengan wajah yang tampan itu dan aku segera menghampirinya. Ia melihatku dari atas sampai bawah. "Ada apa Roy? apa penyamaranku sebagai pria gagal?" Kataku.
"Dadamu nona kau perlu sembunyikan."
"Ah, ayolah menjadi pria tidak semudah menyembunyikan fakta." Aku menyerah soal ini, kemudian Roy mengambil luarannya lalu memakaikan kepadaku.
"Jubah ini bisa menutupi postur mu. Ini semacam manipulasi penglihatan. Jangan melepaskannya saat kau di sana."
Aku mengangguk dan memeluknya, kau tahu? badan Roy sesaat menjadi tegang. "Eh, anak kecil itu bagaimana?" aku mendongak ke atas melihat muka nya. Roypun menunjuk pintu dan akupun menoleh. Baru saja, "TARAA!!! Lihat aku tampan kan? aku bukan anak kecil lagi!" Ia berputar memperlihatkan diri.
Aku melepaskan pelukanku."Kau punya trik juga ya bocah kecil!" Aku mengacunginya jempol. "Sunguh pria dewasa. Aku akan memanggilmu Ruoran."
Setelah lama berdandan kamipun berpamitan dengan bibi, aku memegang kipas sambil berjalan petenteng ke pasar hantu. Di kedua sisiku di temani Roy dan Ruoran yang menyamar. Aku melihati sekitar pasar hantu di sana banyak sekali toko-toko aneh kau tahu apa yang aneh? Ya, bagaimana tidak aneh. Semua bahan dagangan di sana dari potongan iblis kecil dan manusia, bahkan suvenir dan makanan di sini dari organ mereka. Aku yakin kalian akan mual, makanya tak kudeskripsikan secara detail. Aku memegang erat Roy. "Roy apa kamu tidak mual?"
Ruoran pun berbisik, "Di sini tempatnya hal aneh, aku pernah melihatnya langsung."
"Kau pernah dikurung dan hampir dijual di sana?" Kataku dan Ruoran mengangguk kecil.
"Tetapi kalau perempuan kau bisa dijadikan mainan," Sambung Ruoran berbisik lagi.
"Maksudmu," Ruoran memberi petunjuk melalui gerakan mata, ia menunjuk ke sebelah sana tepat di seberang kami. Perempuan manusia dijadikan alat jual sex dan juga makanan mereka , mereka dikurung di dalam kurungan besar dan tak berdaya juga tak bisa menolak ataupun lari karena lidah mereka dipotong sementara kaki mereka sudah hancur. Aku pun merinding melihatnya. "Ayo kita pergi dari sini, di sini menyeramkan." Namun belum saat kakiku melangkah ke depan tiba-tiba Roy menarikku.
"Kita akan ke sana."
"Hah, Roy kau gila, kenapa ke sana."
Anak kecil itu menaikkan kedua alisnya seakan ada suatu rahasia yang ingin diungkapkan Roy, ia mengambil kipasku.
Aku mengikuti mereka, dan melihat para pria siluman berbincang sambil mengantri, terlihat ekspresi cabul mereka yang berusaha meraih perempuan di sana. Aku berdoa semoga teman-temanku yang perempuan bukan bagian mereka. Ya, benar setelah aku melihat satu persatu. Omong-omong aku telah berpisah dari Roy dan Ruoran, saat ini aku berada di ujung, dan di sampingku ada pria iblis, gendut, dan berhidung pesek, dan jelek berusaha berbincang denganku. "Eh, bung kau ini mau pilih yang mana? kalau aku pasti yang paling bawah paha mereka keliatan lezat dan harum." Aku melihatnya saat ini ia nampak berliuran sepanjang jalan menatap wanita itu. Jujur aku sangat jijik dengan iblis ini. "EEEH!" Ia menarik bahuku.
"Kau mau kemana, kita belum selesai bicara." Ia menatapku dari atas sampai bawah." Ngomong-ngomong kau cantik daripada perempuan yah. Hm.. sayangnya kau pria. Tampangmu ini sepertinya kelas atas, pasti bawahan raja sungai yah? katanya orang-orang di sana tampan dan berwibawa. Aku iri andai saja aku bisa bertukar denganmu."
Aku menutup mulutku dengan lengan bajuku, "EKHM! E-Ge. Apakah aku sangat tampan sampai kau memuji para bawahan siluman sungai satu bangsa denganku?"
"Eh, tentu tapi kau lebih feminim, eh kau bukan dari sana ya?"
"Tidak, maksudku aku memang dari sana namun aku penasaran saja tentang sudut pandang kalian. Hahahaha,"
"Bangsamu hebat setiap tahun menikahi wanita cantik yang dipersembahkan oleh desa perempuan. Aku merasa iri namun juga tak sepenuhnya iri karena ada rumor bangsamu pasti hancur oleh senjata..." Aku merasa lelah berbincang dengannya walau keliatannya dia cabul tetapi ia lumayan ramah informasi. Kupingku yang lelah tadi seketika bangun mendengar kata senjata.
"EEH, saudaraku lupakan omonganku yang tadi ya!" Iapun bergegas kabur namun kutarik bajunya. "Eh tadi kau bilang senjata..."
"Ampun aku bukan bermaksud mengajak perkelahian denganmu."
"Senjata apa namanya?"
Iblis gendut itu tercengang mengiranya aku akan memukulinya habis-habisan seperti bangsa iblis yang ia bicarakan tadi karena menyebutkan senjata yang akan membinasakan bangsaku. Dahinya pun berkeringat dan wajahnya pucat.
"EH, tenang aku tak akan memukulimu, aku hanya penasaran barangkali aku bisa membawanya pulang dan melapor ke atasanku sehingga hidup kalian dan bangsaku akan aman. Bisa kan kau beritahu aku? nanti aku beri kamu reward loh!"
"Itu, PISAU TAK BERUJUNG!" Tiba-tiba pria itu lari menghilang dari hadapanku dengan sangat cepat bahkan tak sampai aku berkedip sosoknya sudah kosong.
"EH Anu... aku belum berterimakasih!" dan aku menaikkan kedua bahuku.
(Bersambung)
Petenteng: angkuh Ge: saudara laki-laki Reward: Hadiah Bung: kata slank (panggilan terhadap suadara pria)
Sejak tadi aku kehilangan mereka bahkan siluman liuran tadi rela meninggalkanku, ini sudah berapa kalinya aku sendirian lagi dan mereka lebih suka tak mengajakku. Aku berjalan tanpa tujuan sambil gemetaran menahan nyeri perut, kadang-kadang berjongkok dan berdiri lagi sampai nyeri itu tenang. Sungguh siapa yang tak akan ngedumel? Siapa yang tidak kesal? janjinya mau menjagaku malahan yang terjadi malah sebaliknya, mau tak mau perjalanan ini dipenuhi dumel-dumelan kesal sebelum sampai menemukan mereka aku terkena sial lagi. Kata Ruoran pasar hantu selalu ada tiap pertengahan bulan penuh, biasanya mereka menjual dan kadang berburu manusia. Kali ini pria mabuk menabrakku lalu lari seperti melihat hantu. "Oh!" keluhku yang telah duduk di tanah, sialnya tak ada yang membantu sementara orang-orang yang berlalu - lalangpun lebih sibuk dengan egonya, ini lebih parah dari orang-orang yan
Pertama kali alat retinaku menangkap kebohongan seseorang terlebih lagi peristiwa itu merupakan sebuah kesepakatan bersama. Di sana aku bukan bagian dari pembuat kesepakatan namun tujuan alat ini adalah memberitahukan semua hal yang tersembunyi. Aku merasa heran siapa yang pintar menaruh chip kebohongan di saat aku lengah padahal aku mudah kecewa. Aku berpendapat Alex tidak sepintar itu membuatku kecewa barangkali ini kerjaan Kak Tim. Seolah-olah berpikir menemukan siapa pembuat alat kebohongan ini tanpa menyadari kedatangan pangeran yang tiba-tiba telah menungguku angkat bicara. Sosok tersebut menimbulkan sejumlah peristiwa terpisah antara Roy dengannya. Luar biasa benda ini mengungkap rahasia paling menggelegar di dunia dan Alex jadi pemenangnya. Xiao Bai putra maha raja langit ke- 33 saat itu masih remaja meminta pengawalnya untuk mendatangi kamarnya tengah malam,
"Aku tahu kamu siapa?" potongku. "Eh" pangeran tiba-tiba diam. "Jadi kamu tahu siapa aku?" Diamnya pun berubah menjadi senang. "Si konyol," kataku karena ia masih senang diatas penderitaan orang lain, "Kau itu pencari keuntungan, kau merekrutku untuk keuntungan pribadi. Aku tahu kamu ingin jadi raja yang bijaksana dan diakui oleh negara suatu saat nanti kan? Jadi kamu berusaha rekrut aku dan buat perjanjian denganku dengan alasan bisa beri aku perlindungan dan membantu mencari keluargaku yang hilang. Kamu memberikan harapan dan masa depan yang indah tetapi yang aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Contohnya seperti yang lalu. Kau membuat rencana tetapi gagal namun sebenarnya itu usahamu kan. Aku tahu licikmu dan bagaimanapun aku tidak akan marah lagi, karena itu jadi tujuan dan takdirmu dan setelah peristiwa ini kalau aku berhasil mengumpulkan teman-temanku aku minta perjanjian itu
"Pangeran, kau berniat membunuhku ya? Berapa lapis pakaian yang kau perintahkan kepada bibi?" Aku menyoroti perhatiannya yang kali ini sedang berencana balas dendam. Tetapi itu tak akan berguna kepadaku, baju ini tak akan mempan pada perangkat besi di tubuhku. Sedari tadi kamar ku sudah dipenuhi oleh tiga orang yang telah mengunjungiku rasa kepo yang mereka miliki tentang pernikahan palsu ini lebih besar dari dugaanku. Untuk pangeran buat apa memasuki ke kamar perempuan, toh urat malunya sudah tak ada sekarang. "Aku ingin lihat bagaimana caramu berdandan, Aku ingat terakhir kali kamu menguncir rambutmu seperti buntut Roy. Kali ini bersikaplah feminim, wkwkwk" Dia sengaja, lalu aku melemparinya sepatu nyaris mengenai pucuk kepalanya. "Jangan buang waktu kalau tidak suka!" Bibi tersenyum sambil membawa perlengkapan pernikahan, "melihat pertengkar
Anda pasti berpikir buku ini tidak menarik, ceritanya terlalu kompleks. Benar, memang seperti ini alurnya. Tidak ada yang tahu siapa pemeran utama, konflik apa dan siapa pencetus semua ini? Penulis akan beritahu. Xiao Bai putra anak raja langit ke-33 memiliki leluhur bernama dewi kebenaran (Zhenli Nushen) atau Zhenxiang. Dewi kebenaran merupakan perempuan pertama yang menjabat penguasa tinggi. Tersebar berbagai informasi bahwa ia orang yang berasal dari masa depan, orang berhati dingin, tetapi bijak dikalangan manusia. Meninggal di usia 2000 tahun, meninggalkan wasiat yang tertulis di dalam buku kuno. Buku yang berisi semua ajaran sihir, kebijakan, dan keinginannya. Bahkan terhubung dengan masa depan. Xiao Bai yang terlampau mengidamkan kebijakan dan ingin melihat dunia secara luas berharap mempelajari buku kuno, sayangnya buku tersebut tersisa lembaran tentang akan ada
Perhiasan, gincu dan makhota merah ala pernikahan tradisional negeri China telah terpasang rapi dengan baik. Pernikahan adalah impian dan hari baik yang diinginkan oleh setiap wanita lajang. Hari ini aku tengah berada di dalam kotak tandu sendirian. Aku mengintip dari jendela untuk melihat keluar, ternyata seperti bibi bilang kemarin hari ini aku di antar oleh beberapa perempuan berbadan besar yang mengangkat tanduku dan sisanya mereka itu anggota kepunyaan Xiaobai sendiri, tak lagi ku hitung jumlahnya. Ku perhatikan sesekali tandu ini bergoyang-goyang akibat menginjak batu besar yang acapkali membuat mahkotaku berbenturan dengan langit tandu. Ketika goncangan semakin keras barulah suara bibi terdengar seperti membentak kelompoknya. Hari ini aku gugup padahal ini bukan pernihakan atas dasar cinta. Aku meneliti langit tandu tak lagi bergoyang lagi dan ini mungkin sudah waktunya. Sebelum aku dikirim kemari dan berada di dalam tandu. Kelompok bibi melaku
Aku pikir hidup ku sudah berakhir dan telah berada di akhirat, tetapi ini tidak adil untukku. Aku tidak dapat bertemu dengan keluargaku sebelum ajal menjemputku. Aku tidak tahu juga kapan aku dibangunkan kembali oleh malaikat, setidaknya ada perkembangan jalan cerita dari semua ini. Tak ada harapan lagi yang ku inginkan, tiba-tiba sebuah tetesan cairan jatuh tepat di depan hidungku. Terlepas dari itu semua, aku terpaksa membuka mataku. Tidak ada yang berbeda dari dunia dengan akhirat. Aku melihat tubuhku yang tergulung kain, siapa yang telah menggulungku seperti ini. Aku seperti sedang tidak bermimpi. Aku mencoba melepas paksa kain selimut yang menggulungku. " Sulit terlepas," bodoh saja kataku, tali pada kain ini tak akan terlepas tanpa ada gesekan benda tajam. Aku mendengar suara orang melangkah dan membuka pintu, dan ku kembalikan ke posisi semula. Aku tahu dua orang itu adalah pria. Terdengar dari suaranya yang mengebas.
Xiaobai tiba-tiba melompat seperti orang cacingan, bergerak dan berpindah semaunya dan sesekali berteriak kecil sehingga kedua orang yang sedang tenang meminum teh menjadi ikut tak karuan, mereka berdua seakan bingung dan cemas takut si tuannya menjadi gila sendirian. Segelintir perasaan tidak mengenakkan di dalam hatinya sedang membakar perasaannya bahkan tak peduli lagi dianggap aneh oleh orang sekelilingnya. Xiaobai kembali duduk dan menuang tehnya sembarangan namun fokus perhatiannya bergerak jauh diambang batas pikiran. Ruoran yang dari tadi tengah memperhatikan kelakuannya akhirnya pun bersuara karena tak tahan. "Tuan pangeran air tehnya sudah penuh." Ruoran memberi seruan kepada tuannya yang melamun sambil mengisi gelas teh. "Tu-an...." Panggilan Ruoran terpotong oleh suara Roy. Ia memberi mimik ekspresi untuk tidak mengganggu tuannya. Sebagai pengawal yang patuh dan cukup mengerti pikiran Xiobai, mereka tak berani mengganggunya. Sinyal otak Xioabai bekerja lebih ce
Ruoran melihat tuannya yang sambil bercucuran air mata yang sembari jongkok dan menggigit kipasnya. Ia berlagak seperti kartun melankolis yang ditinggal kekasih. Ia kadang-kadang memeluk kakinya atau bersandar pada dinding gelembung, ia layaknya kehilangan harapan. Xiao Bai mulai tampak berakting aneh. Beruntungnya ia tidak berada di perkotaan yang ramai sehingga tak perlu mendapati rasa malu yang besar. Cukup Roy dan Ruoran saja tau keanehan nya. Haripun semakin sore, gelembung mereka tumpangi pelan - pelan bergerak mengikuti arus air. Kini posisi Roy dan Ruoran duduk tenang bersila sambil memperhatikan tuannya. "Apakah dia sedang bersandiwara lagi?" tanya Ruoran kepada Roy."Aku tidak pernah melihatnya seperti ini." Roy menggelengkan kepala membalas Ruoran."Mungkin dia punya rahasia lain seperti kepribadian ganda." Tuturnya kembali dan alis kanannya mengernyit menatap Roy."Mustahil, aku sudah bersamanya sejak lama. Ini baru pertama kali kulihat keanehannya."Balas Roy membe
Anak kecil itu menguap merasa dirinya telah selesai membalaskan luka yang tersimpan lama di benaknya. Pergelangannya dipenuhi darah sambil mencuci kedua tangannya, bau anyirpun mulai merebak di pencucian piring. Tadinya, sebuah baskom yang jernih berisi air kini berubah kental dan keruh entah sudah berapa banyak korban yang dibunuhnya. Kali ini tangan kecilnya pun mengambil sebilah pisau besar memotong bagian irisan daging menjadi kecil-kecil. Ia tak bersuara sama sekali dan serius, namun kedatangan seseorang telah mengalihkan sebentar, yang tak lain adalah seorang wanita setengah muda, ia mengikat celemeknya dan menghampiri anak kecil itu. "Ruyi apa yang sedang kau lakukan, aku memanggilmu daritadi dan kau tidak menyahutku sama sekali. " Suaranya lembut dan ringan. "Potong daging ikan bu." Jawab Ruyi tanpa menjelaskan lagi. Wanita itu melihat irisan daging kecil lalu alisnya menyatu. "Ruyi... ini kurang pas, bisakah kamu memotongnya dengan benar. Kau tidak dapat jatah mak
Xiaobai tiba-tiba melompat seperti orang cacingan, bergerak dan berpindah semaunya dan sesekali berteriak kecil sehingga kedua orang yang sedang tenang meminum teh menjadi ikut tak karuan, mereka berdua seakan bingung dan cemas takut si tuannya menjadi gila sendirian. Segelintir perasaan tidak mengenakkan di dalam hatinya sedang membakar perasaannya bahkan tak peduli lagi dianggap aneh oleh orang sekelilingnya. Xiaobai kembali duduk dan menuang tehnya sembarangan namun fokus perhatiannya bergerak jauh diambang batas pikiran. Ruoran yang dari tadi tengah memperhatikan kelakuannya akhirnya pun bersuara karena tak tahan. "Tuan pangeran air tehnya sudah penuh." Ruoran memberi seruan kepada tuannya yang melamun sambil mengisi gelas teh. "Tu-an...." Panggilan Ruoran terpotong oleh suara Roy. Ia memberi mimik ekspresi untuk tidak mengganggu tuannya. Sebagai pengawal yang patuh dan cukup mengerti pikiran Xiobai, mereka tak berani mengganggunya. Sinyal otak Xioabai bekerja lebih ce
Aku pikir hidup ku sudah berakhir dan telah berada di akhirat, tetapi ini tidak adil untukku. Aku tidak dapat bertemu dengan keluargaku sebelum ajal menjemputku. Aku tidak tahu juga kapan aku dibangunkan kembali oleh malaikat, setidaknya ada perkembangan jalan cerita dari semua ini. Tak ada harapan lagi yang ku inginkan, tiba-tiba sebuah tetesan cairan jatuh tepat di depan hidungku. Terlepas dari itu semua, aku terpaksa membuka mataku. Tidak ada yang berbeda dari dunia dengan akhirat. Aku melihat tubuhku yang tergulung kain, siapa yang telah menggulungku seperti ini. Aku seperti sedang tidak bermimpi. Aku mencoba melepas paksa kain selimut yang menggulungku. " Sulit terlepas," bodoh saja kataku, tali pada kain ini tak akan terlepas tanpa ada gesekan benda tajam. Aku mendengar suara orang melangkah dan membuka pintu, dan ku kembalikan ke posisi semula. Aku tahu dua orang itu adalah pria. Terdengar dari suaranya yang mengebas.
Perhiasan, gincu dan makhota merah ala pernikahan tradisional negeri China telah terpasang rapi dengan baik. Pernikahan adalah impian dan hari baik yang diinginkan oleh setiap wanita lajang. Hari ini aku tengah berada di dalam kotak tandu sendirian. Aku mengintip dari jendela untuk melihat keluar, ternyata seperti bibi bilang kemarin hari ini aku di antar oleh beberapa perempuan berbadan besar yang mengangkat tanduku dan sisanya mereka itu anggota kepunyaan Xiaobai sendiri, tak lagi ku hitung jumlahnya. Ku perhatikan sesekali tandu ini bergoyang-goyang akibat menginjak batu besar yang acapkali membuat mahkotaku berbenturan dengan langit tandu. Ketika goncangan semakin keras barulah suara bibi terdengar seperti membentak kelompoknya. Hari ini aku gugup padahal ini bukan pernihakan atas dasar cinta. Aku meneliti langit tandu tak lagi bergoyang lagi dan ini mungkin sudah waktunya. Sebelum aku dikirim kemari dan berada di dalam tandu. Kelompok bibi melaku
Anda pasti berpikir buku ini tidak menarik, ceritanya terlalu kompleks. Benar, memang seperti ini alurnya. Tidak ada yang tahu siapa pemeran utama, konflik apa dan siapa pencetus semua ini? Penulis akan beritahu. Xiao Bai putra anak raja langit ke-33 memiliki leluhur bernama dewi kebenaran (Zhenli Nushen) atau Zhenxiang. Dewi kebenaran merupakan perempuan pertama yang menjabat penguasa tinggi. Tersebar berbagai informasi bahwa ia orang yang berasal dari masa depan, orang berhati dingin, tetapi bijak dikalangan manusia. Meninggal di usia 2000 tahun, meninggalkan wasiat yang tertulis di dalam buku kuno. Buku yang berisi semua ajaran sihir, kebijakan, dan keinginannya. Bahkan terhubung dengan masa depan. Xiao Bai yang terlampau mengidamkan kebijakan dan ingin melihat dunia secara luas berharap mempelajari buku kuno, sayangnya buku tersebut tersisa lembaran tentang akan ada
"Pangeran, kau berniat membunuhku ya? Berapa lapis pakaian yang kau perintahkan kepada bibi?" Aku menyoroti perhatiannya yang kali ini sedang berencana balas dendam. Tetapi itu tak akan berguna kepadaku, baju ini tak akan mempan pada perangkat besi di tubuhku. Sedari tadi kamar ku sudah dipenuhi oleh tiga orang yang telah mengunjungiku rasa kepo yang mereka miliki tentang pernikahan palsu ini lebih besar dari dugaanku. Untuk pangeran buat apa memasuki ke kamar perempuan, toh urat malunya sudah tak ada sekarang. "Aku ingin lihat bagaimana caramu berdandan, Aku ingat terakhir kali kamu menguncir rambutmu seperti buntut Roy. Kali ini bersikaplah feminim, wkwkwk" Dia sengaja, lalu aku melemparinya sepatu nyaris mengenai pucuk kepalanya. "Jangan buang waktu kalau tidak suka!" Bibi tersenyum sambil membawa perlengkapan pernikahan, "melihat pertengkar
"Aku tahu kamu siapa?" potongku. "Eh" pangeran tiba-tiba diam. "Jadi kamu tahu siapa aku?" Diamnya pun berubah menjadi senang. "Si konyol," kataku karena ia masih senang diatas penderitaan orang lain, "Kau itu pencari keuntungan, kau merekrutku untuk keuntungan pribadi. Aku tahu kamu ingin jadi raja yang bijaksana dan diakui oleh negara suatu saat nanti kan? Jadi kamu berusaha rekrut aku dan buat perjanjian denganku dengan alasan bisa beri aku perlindungan dan membantu mencari keluargaku yang hilang. Kamu memberikan harapan dan masa depan yang indah tetapi yang aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Contohnya seperti yang lalu. Kau membuat rencana tetapi gagal namun sebenarnya itu usahamu kan. Aku tahu licikmu dan bagaimanapun aku tidak akan marah lagi, karena itu jadi tujuan dan takdirmu dan setelah peristiwa ini kalau aku berhasil mengumpulkan teman-temanku aku minta perjanjian itu
Pertama kali alat retinaku menangkap kebohongan seseorang terlebih lagi peristiwa itu merupakan sebuah kesepakatan bersama. Di sana aku bukan bagian dari pembuat kesepakatan namun tujuan alat ini adalah memberitahukan semua hal yang tersembunyi. Aku merasa heran siapa yang pintar menaruh chip kebohongan di saat aku lengah padahal aku mudah kecewa. Aku berpendapat Alex tidak sepintar itu membuatku kecewa barangkali ini kerjaan Kak Tim. Seolah-olah berpikir menemukan siapa pembuat alat kebohongan ini tanpa menyadari kedatangan pangeran yang tiba-tiba telah menungguku angkat bicara. Sosok tersebut menimbulkan sejumlah peristiwa terpisah antara Roy dengannya. Luar biasa benda ini mengungkap rahasia paling menggelegar di dunia dan Alex jadi pemenangnya. Xiao Bai putra maha raja langit ke- 33 saat itu masih remaja meminta pengawalnya untuk mendatangi kamarnya tengah malam,