"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak bisa melewati malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.
Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter. "Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku." "Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia." Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu. "Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura. Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus. Amelia telah menderita leukemia selama enam bulan. Laura melakukan segala cara agar putrinya sembuh, tetapi tidak ada seorang pun yang memiliki donor yang cocok untuk putrinya, termasuk orang tuanya. "Mama, Papa mana? Amel mau lihat Papa." Bibirnya yang pucat dan kering berbisik lirih. Air mata Laura kembali mengalir mendengar permohonan putrinya untuk bertemu ayah yang tidak pernah peduli padanya, bahkan sejak dia dirawat di rumah sakit. Suaminya, Lucian Wilson, tidak sekalipun menjenguk Amelia. "Papamu masih kerja, Sayang." "Amel mau bertemu Papa. Mama, Amel mau peluk Papa. Papa tak pernah peluk Amel." Laura tak bisa menahan tangisnya dan mencium punggung tangan mungil Amelia. Karena permintaan putrinya, yang mungkin untuk terakhir kalinya, Laura akan mewujudkannya apa pun yang diinginkan putrinya. "Sabar, Sayang. Mama akan bawa Papa kemari." Laura tergesa-gesa keluar dari kamar rawat itu agar putrinya tidak melihatnya menangis dan patah hati. Dia mengirim SMS dan menelepon suaminya sambil menjauh dari kamar rawat Amelia, tetapi tidak ada yang membalas SMS atau mengangkat teleponnya. Dia menelepon beberapa kali dengan putus asa. Lucian tetap tidak mengangkat teleponnya. Seorang wanita di depannya berbicara sambil menunjuk ke layar TV di atas dinding ruang administrasi. "Eh, lihat itu, Viola, aktris terkenal itu. Dia ketahuan oleh paparazzi berbelanja dengan perut besar. Rumor itu benar, Viola sedang hamil delapan bulan." "Ya, perut besarnya kelihatan sekali. Sepertinya dia akan segera melahirkan." "Viola mengakui bahwa dia sudah lama menikah dengan Lucian Wilson, CEO Wilson Group, dan merahasiakan pernikahannya. Lucian juga mengakui bahwa dia sedang menunggu kelahiran anak pertama dengan Viola. Astaga, siapa yang menduga Viola menikah dengan Lucian Wilson? Pria paling tampan dan kaya di negara ini. Mereka sangat serasi dan cocok. Viola adalah wanita paling cantik di negara kita." Wajah Laura pucat menatap ke arah layar TV dengan air mata mengalir dan tersenyum getir melihat suaminya tengah memeluk Viola, adik perempuannya yang hamil delapan bulan, keluar dari sebuah butik mewah. Pria itu perhatian membukakan pintu mobil untuk Viola dan tersenyum mencium keningnya. Istrinya? Anak pertamanya? Padahal Laura adalah istrinya yang sesungguhnya, dan Amelia adalah putri pertama Lucian. Viola adalah adik Laura dan berselingkuh dengan suaminya. Viola sangat dicintai oleh orang tuanya dan keluarga Samson. Tiga tahun yang lalu, Keluarga Samson dan Wilson melakukan perjodohan antara Lucian dan Viola, tetapi tiba-tiba, Lucian mengalami kecelakaan, koma, dan buta. Viola tidak mau menikah dengan orang buta, tetapi keluarga Samson tidak mau membatalkan perjodohan kerjasama dengan Wilson Group. Mereka memaksa putri angkat mereka, Laura, untuk menggantikan Viola. Laura yang menemani dan merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta selama satu tahun. Namun, begitu Lucian mendapatkan kembali kesehatannya dan matanya bisa melihat, Lucian justru jatuh cinta pada Viola. Entah apa yang dilakukan Viola hingga membuat Lucian mencintainya, saat Laura yang merawatnya selama satu tahun ketika dia lumpuh dan buta. Lucian bahkan ingin menceraikan Laura agar bisa menikah dengan Viola. Keluarga Samson pun mendukung agar Laura bercerai dari Lucian dan memaksanya mengembalikan posisi istri dan Nyonya Wilson kepada Viola. Laura hanya anak angkat keluarga Samson yang diperlakukan dengan buruk dalam keluarganya dan harus mengalah serta melakukan apa pun untuk Viola. Jika bukan karena Kakek Billy yang memukul dan mengancam Lucian bahwa dia tidak akan mendapatkan Wilson Group jika dia menceraikan Laura, mungkin dia sudah lama bercerai. Namun, pria itu semakin membenci Laura dan bahkan berselingkuh terang-terangan dengan Viola, serta tidak menyukai putri mereka, Amelia. Orang tua Lucian juga tidak menyukai Laura karena dia hanyalah anak angkat di keluarga Samson dan tidak mendapatkan warisan Samson Corporation. Mereka hanya menyukai Viola karena dia akan mewarisi Samson Corporation dan merupakan putri kandung satu-satunya di keluarga Samson. Laura mendesah putus asa saat meninggalkan rumah sakit. Dia harus bertemu Lucian dan memohon agar pria itu mau bertemu dengan Amelia. Ketika dia tiba di rumahnya, dia hanya melihat Viola yang hamil besar dan mengenakan gaun tidurnya. "Apa yang kamu lakukan di rumahku?!" Tak peduli bagaimana Lucian berselingkuh dengan Viola, mereka tak pernah menunjukkan perselingkuhan mereka di rumah ini, rumah yang diberikan Kakek Billy untuk Laura. "Oh, mulai sekarang aku akan tinggal di sini dan menjadi istri Lucian. Rumah ini sudah diberikan padaku oleh Lucian," balas Viola dengan senyum jahat. Laura membaca gerakan bibirnya dan tercengang. "Lucian memberikan rumah ini padamu? Tidak mungkin! Rumah ini atas namaku dan diberikan oleh Kakek Billy. Dan aku dan Lucian bahkan belum bercerai! Keluar dari rumahku!" "Kalau aku tidak mau, apa yang akan kamu lakukan padaku? Lagipula, jika bukan karena aku dan orang tuaku, bagaimana mungkin yatim piatu sepertimu bisa masuk dalam keluarga kaya dan menikah dengan Lucian! Kamu hanya anak angkat dan orang tuli!" Viola mencibir, lalu mencengkram rahangnya dengan kasar. "Lucian tidak pernah menyukaimu, apalagi mencintaimu. Kamu yatim piatu dan tuli. Kamu hanya penggantiku merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta. Namun, orang yang disukai Lucian tetap aku. Sebaiknya kamu sadar diri dan enyah dari kehidupan kami. Lucian dan aku akan segera menikah." Laura menatapnya dengan mata berkaca-kaca, membaca semua penghinaan Viola padanya. "Pada awalnya, kamu yang menolak menikah dengan Lucian. Mengapa kamu mengganggu kami dan merebut Lucian dariku?" "Ah, kamu sangat menjengkelkan. Lagipula, Lucian akan segera menceraikanmu karena Kakek Billy sudah meninggal dan aku mengandung anak laki-laki pertamanya." Laura melirik saat Viola mengelus perut besarnya dengan bangga dan menatapnya dengan tatapan provokatif. Matanya memerah menahan air mata, tak bisa menemukan kata-kata untuk membalas ucapan Viola. "Oh, ya, Lucian juga mengakui bayi kami adalah satu-satunya anaknya, bukan anak perempuan penyakitan seperti Amelia! Anakmu juga akan segera mati. Kasihan ..." Viola tertawa senang melihat wajah terpuruk Laura. Ekspresi Laura berubah ganas. Tidak ada seorang ibu pun yang mau anaknya dihina di depannya. Didorong oleh amarah, dia meraih kerah gaun tidurnya yang dikenakan Viola. "Jangan berani menghina putriku! Lepaskan gaunku dan keluar dari rumahku!" Mata Viola melebar dan tersenyum licik ketika dia meraih tangan Laura, lalu tiba-tiba membuat tampak seolah Laura yang mendorongnya. Viola jatuh terduduk di lantai. "Akh! Kakak, mengapa kamu mendorongku? Aku sedang mengandung anak Lucian!" Suara Viola berseru kesakitan sambil memegang perutnya. "Laura!" Tiba-tiba lengannya ditarik dengan kasar dari belakang, dan sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, menyebabkan Laura jatuh ke lantai."Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang?Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu.Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang?Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu.Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan
"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak bisa melewati malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter."Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku.""Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia."Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu."Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura.Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus.Amelia telah menderita