"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak selamat malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.
Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter. "Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku." "Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia." Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu. "Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura. Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus. Amelia telah menderita leukemia selama enam bulan. Laura melakukan segala cara agar putrinya sembuh, tetapi tidak ada seorang pun yang memiliki donor yang cocok untuk putrinya, termasuk orang tuanya. "Mama, Papa mana? Amel mau lihat Papa." Bibirnya yang pucat dan kering berbisik lirih. Air mata Laura kembali mengalir mendengar permohonan putrinya untuk bertemu ayah yang tidak pernah peduli padanya, bahkan sejak dia dirawat di rumah sakit. Suaminya, Lucian Wilson, tidak sekalipun menjenguk Amelia. "Papamu masih kerja, Sayang." "Amel mau bertemu Papa. Mama, Amel mau peluk Papa. Papa tak pernah peluk Amel." Laura tak bisa menahan tangisnya dan mencium punggung tangan mungil Amelia. Karena permintaan putrinya, yang mungkin untuk terakhir kalinya, Laura akan mewujudkannya apa pun yang diinginkan putrinya. "Sabar, Sayang. Mama akan bawa Papa kemari." Laura tergesa-gesa keluar dari kamar rawat itu agar putrinya tidak melihatnya menangis dan patah hati. Dia mengirim SMS dan menelepon suaminya sambil menjauh dari kamar rawat Amelia, tetapi tidak ada yang membalas SMS atau mengangkat teleponnya. Dia menelepon beberapa kali dengan putus asa. Lucian tetap tidak mengangkat teleponnya. Seorang wanita di depannya berbicara sambil menunjuk ke layar TV di atas dinding ruang administrasi. "Eh, lihat itu, Viola, aktris terkenal itu. Dia ketahuan oleh paparazzi berbelanja dengan perut besar. Rumor itu benar, Viola sedang hamil delapan bulan." "Ya, perut besarnya kelihatan sekali. Sepertinya dia akan segera melahirkan." "Viola mengakui bahwa dia sudah lama menikah dengan Lucian Wilson, CEO Wilson Group, dan merahasiakan pernikahannya. Lucian juga mengakui bahwa dia sedang menunggu kelahiran anak pertama dengan Viola. Astaga, siapa yang menduga Viola menikah dengan Lucian Wilson? Pria paling tampan dan kaya di negara ini. Mereka sangat serasi dan cocok. Viola adalah wanita paling cantik di negara kita." Wajah Laura pucat menatap ke arah layar TV dengan air mata mengalir dan tersenyum getir melihat suaminya tengah memeluk Viola, adik perempuannya yang hamil delapan bulan, keluar dari sebuah butik mewah. Pria itu perhatian membukakan pintu mobil untuk Viola dan tersenyum mencium keningnya. Istrinya? Anak pertamanya? Padahal Laura adalah istrinya yang sesungguhnya, dan Amelia adalah putri pertama Lucian. Viola adalah adik Laura dan berselingkuh dengan suaminya. Viola sangat dicintai oleh orang tuanya dan keluarga Samson. Tiga tahun yang lalu, Keluarga Samson dan Wilson melakukan perjodohan antara Lucian dan Viola, tetapi tiba-tiba, Lucian mengalami kecelakaan, koma, dan buta. Viola tidak mau menikah dengan orang buta, tetapi keluarga Samson tidak mau membatalkan perjodohan kerjasama dengan Wilson Group. Mereka memaksa putri angkat mereka, Laura, untuk menggantikan Viola. Laura yang menemani dan merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta selama satu tahun. Namun, begitu Lucian mendapatkan kembali kesehatannya dan matanya bisa melihat, Lucian justru jatuh cinta pada Viola. Entah apa yang dilakukan Viola hingga membuat Lucian mencintainya, saat Laura yang merawatnya selama satu tahun ketika dia lumpuh dan buta. Lucian bahkan ingin menceraikan Laura agar bisa menikah dengan Viola. Keluarga Samson pun mendukung agar Laura bercerai dari Lucian dan memaksanya mengembalikan posisi istri dan Nyonya Wilson kepada Viola. Laura hanya anak angkat keluarga Samson yang diperlakukan dengan buruk dalam keluarganya dan harus mengalah serta melakukan apa pun untuk Viola. Jika bukan karena Kakek Billy yang memukul dan mengancam Lucian bahwa dia tidak akan mendapatkan Wilson Group jika dia menceraikan Laura, mungkin dia sudah lama bercerai. Namun, pria itu semakin membenci Laura dan bahkan berselingkuh terang-terangan dengan Viola, serta tidak menyukai putri mereka, Amelia. Orang tua Lucian juga tidak menyukai Laura karena dia hanyalah anak angkat di keluarga Samson dan tidak mendapatkan warisan Samson Corporation. Mereka hanya menyukai Viola karena dia akan mewarisi Samson Corporation dan merupakan putri kandung satu-satunya di keluarga Samson. Laura mendesah putus asa saat meninggalkan rumah sakit. Dia harus bertemu Lucian dan memohon agar pria itu mau bertemu dengan Amelia. Ketika dia tiba di rumahnya, dia hanya melihat Viola yang hamil besar dan mengenakan gaun tidurnya. "Apa yang kamu lakukan di rumahku?!" Tak peduli bagaimana Lucian berselingkuh dengan Viola, mereka tak pernah menunjukkan perselingkuhan mereka di rumah ini, rumah yang diberikan Kakek Billy untuk Laura. "Oh, mulai sekarang aku akan tinggal di sini dan menjadi istri Lucian. Rumah ini sudah diberikan padaku oleh Lucian," balas Viola dengan senyum jahat. Laura membaca gerakan bibirnya dan tercengang. "Lucian memberikan rumah ini padamu? Tidak mungkin! Rumah ini atas namaku dan diberikan oleh Kakek Billy. Dan aku dan Lucian bahkan belum bercerai! Keluar dari rumahku!" "Kalau aku tidak mau, apa yang akan kamu lakukan padaku? Lagipula, jika bukan karena aku dan orang tuaku, bagaimana mungkin yatim piatu sepertimu bisa masuk dalam keluarga kaya dan menikah dengan Lucian! Kamu hanya anak angkat dan orang tuli!" Viola mencibir, lalu mencengkram rahangnya dengan kasar. "Lucian tidak pernah menyukaimu, apalagi mencintaimu. Kamu yatim piatu dan tuli. Kamu hanya penggantiku merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta. Namun, orang yang disukai Lucian tetap aku. Sebaiknya kamu sadar diri dan enyah dari kehidupan kami. Lucian dan aku akan segera menikah." Laura menatapnya dengan mata berkaca-kaca, membaca semua penghinaan Viola padanya. "Pada awalnya, kamu yang menolak menikah dengan Lucian. Mengapa kamu mengganggu kami dan merebut Lucian dariku?" "Ah, kamu sangat menjengkelkan. Lagipula, Lucian akan segera menceraikanmu karena Kakek Billy sudah meninggal dan aku mengandung anak laki-laki pertamanya." Laura melirik saat Viola mengelus perut besarnya dengan bangga dan menatapnya dengan tatapan provokatif. Matanya memerah menahan air mata, tak bisa menemukan kata-kata untuk membalas ucapan Viola. "Oh, ya, Lucian juga mengakui bayi kami adalah satu-satunya anaknya, bukan anak perempuan penyakitan seperti Amelia! Anakmu juga akan segera mati. Kasihan ..." Viola tertawa senang melihat wajah terpuruk Laura. Ekspresi Laura berubah ganas. Tidak ada seorang ibu pun yang mau anaknya dihina di depannya. Didorong oleh amarah, dia meraih kerah gaun tidurnya yang dikenakan Viola. "Jangan berani menghina putriku! Lepaskan gaunku dan keluar dari rumahku!" Mata Viola melebar dan tersenyum licik ketika dia meraih tangan Laura, lalu tiba-tiba membuat tampak seolah Laura yang mendorongnya. Viola jatuh terduduk di lantai. "Akh! Kakak, mengapa kamu mendorongku? Aku sedang mengandung anak Lucian!" Suara Viola berseru kesakitan sambil memegang perutnya. "Laura!" Tiba-tiba lengannya ditarik dengan kasar dari belakang, dan sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, menyebabkan Laura jatuh ke lantai."Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat. Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang? Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu. Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu ke
Khawatir? "Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Ada kemarahan di hatinya. Ponselnya berdering, Lucian melirik melihat nama Viola di layar ponselnya. Dia menghela nafas, tidak merasa antusias. Tanpa menjawab panggilan telepon Viola, dia kembali ke kantornya. Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya dengan ekspresi khawatir. "Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?" Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa." Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?" Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi." Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Laura mengatur kata-kata saat menatap putri
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering. "Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya. Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!" "Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura. "Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah. "Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya. "Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya
Wanita itu menangis dan memeluknya erat hingga Laura hampir kehabisan napas. "Anakku, ini sungguh kamu? Ibu sangat merindukanmu dan mencarimu selama dua puluh tahun."Laura tertegun. Air matanya pun ikut luruh mendengar kata-kata wanita yang mengaku sebagai ibunya. Kerinduan yang aneh membuncah di dadanya, seolah-olah sebagian dari dirinya mengenali wanita itu. Tangannya membalas pelukan itu, dan ia berbisik lirih, "Ibu...."Tangisan wanita itu semakin keras. "Gadis manisku, kamu sudah tumbuh sebesar ini ...." Para pria dewasa di sekitarnya berusaha menahan air mata, tetapi mata mereka berkaca-kaca."Laura, ini ayah...." Allen membungkuk, ikut memeluk Laura dan istrinya erat. Air matanya tak terbendung.Wajah Laura tersipu. Ia tak pernah diperlakukan seperti anak kecil, usianya kini 23 tahun dan ia seorang ibu muda. Namun, orang-orang ini memperlakukannya seperti gadis kecil mereka.Apakah dia benar-benar putri mereka yang hilang? Ia bertanya-tanya dalam hati. Tapi mengapa di
Laura tercengang. "Ini sangat berharga. Aku takut akan menghilangkannya," bisiknya. "Jangan khawatir, sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kamu adalah putri kami yang berharga," kata Willy dengan nada memanjakan. Laura tersenyum hangat dan mau tak mau menerima hadiah itu. "Omong-omong, di mana cucu kami? Andrew bilang kami sudah menjadi kakek," kata Allen antusias. "Cucu? Kita punya cucu?!" Willy terkejut dan berbinar. "Kamu sudah menikah dan punya anak?" Dean terkejut. "Wow, Laura, kakak pertamamu bahkan belum menikah, begitu pula dengan kakak kembarmu, tapi kamu sudah mendahului kami," kata Sean menggoda. Semua anggota keluarga Adams menatapnya. Laura meringis. Ia menikah muda karena paksaan keluarga Samson dan tak punya pilihan untuk menolak. "Apa itu masalah?" Ia khawatir keluarga kandungnya akan menolak Amelia. "Tentu tidak, sayang. Kakakmu bicara omong kosong. Mereka hanya iri karena mereka jomblo akut," kata Willy menenangkan, lalu memukul kepala Sean. “Jangan ucapkan k
Viola panik dan cemas, air mata mengalir di pipinya saat dia menatap Laura. Kebencian memenuhi dadanya. Entah bagaimana, Laura telah memikat Lucian dan mengubah pria itu.“Baik, lakukan tes DNA. Aku akan membuktikan padamu bahwa anak ini adalah milikmu,” serunya pada Lucian.“Tidak perlu tes DNA.” Laura, yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara.Semua orang di ruang tamu menatapnya.“Aku percaya Viola hamil anak Lucian. Lagipula, aku tidak peduli apakah dia hamil anak Lucian atau tidak.”Lucian menatapnya dengan ekspresi gelap di wajahnya. “Laura, apa maksudmu?”“Lucian, aku sudah muak dengan semua drama perselingkuhan ini. Karena kamu begitu mencintai Viola, kamu bisa bersamanya. Aku nggak akan menghalangi kalian,” balas Laura dengan wajah tanpa ekspresi.Setelah mengatakan itu, dia menghadap Kakek Billy. “Kakek Billy, maaf telah mengecewakanmu. Aku sungguh nggak ingin mempertahankan pernikahan yang rusak ini. Aku akan segera mengurus perceraian kami. Selamat tinggal.”Tanpa menungg
“Kamu mabuk berat dan tidak ingat apa yang kamu lakukan. Kamu meneleponku untuk datang karena kamu merindukanku. Karena itu, aku mendatangimu di kamar hotel dan kamu... kamu menciumku dan meniduriku. Kamu berjanji akan menikahiku,” ujarnya, suaranya melemah di akhir kalimatnya.Lucian mengatupkan bibirnya dengan ekspresi keras wajahnya. Dia hanya mengingat terbangun di kamar hotel dengan Viola di sisinya saat dia berkunjung ke Korea.Laura menatap Viola dengan jijik, tidak ingin mendengar apa yang mereka lakukan di kamar hotel. Dia membiarkan semua drama itu berlangsung tanpa ada niat untuk mengatakan apa pun.Dia tidak akan menangis atau memohon seperti di kehidupan sebelumnya.“Lucian Wilson! Kamu binatang!” George meraung marah, mencengkeram kemeja Lucian. “Kamu sudah memperkosa putriku! Jika kamu nggak mau bertanggung jawab, aku akan menghancurkanmu dan menuntut keluarga Wilson!”“Oh, bagaimana kamu akan menuntut keluarga Wilson-ku...?” Tiba-tiba suara berat menyela. Semua orang
Laura berbalik memandang mereka dengan wajah tanpa ekspresi, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Lucian dengan cepat melepaskan pelukan Viola. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya dengan nada dingin. Viola tersenyum lembut sambil mengelus perutnya. “Lucian, aku hamil. Kita akan punya anak laki-laki.” Lucian terkejut, menatapnya tak percaya. “Bagaimana bisa? Aku nggak—” “Lucian, tiga bulan yang lalu kamu mengunjungiku di Korea. Kamu bilang kamu merindukanku dan kita….” Viola terdiam, wajahnya memerah malu menatap semua orang, terutama Laura. Semua orang bisa menebak kata-kata yang tak terlontar dari bibir Viola. “Kak Laura, maafkan aku. Aku dan Lucian saling mencintai, karena itu kami melakukannya. Aku… aku hanya nggak menyangka akan hamil. Tolong biarkan aku bersama demi anak ini….” “Viola, omong kosong apa yang kamu ucapkan?” desis Lucian, mencengkeram tangannya. “Anak itu pasti bukan milikku….” “Lucian!” Philip bangkit dari sofa dengan marah sambil menunjuk wajahnya. “Kamu
Cassie langsung menutup mulutnya, tersadar dengan mulutnya yang sangat longgar. Dia menampar mulutnya pelan dan menatap Laura cemas. “Laura, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membongkar identitasmu karena Windy sangat menyebalkan menuduhmu.”“Sudahlah ....” Laura berdiri dari kursinya dengan ekspresi dingin di wajahnya dan menatap Mia. “Mia, tolong bantu aku meminta izin pada dosen.” Dia menyimpan buku-bukunya ke dalam tasnya dan keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun.“Hah, dia pasti malu karena berbohong mengaku-ngaku sebagai istri Tuan Wilson. Teman-teman, dia tidak mungkin jadi istri Tuan Wilson. Dia hanya pelacur yang merayu pacar Viola.”Cassie tidak tahan dan menampar Windy. “Windy, apa kamu akan diam jika dipukul?”“Cassie, apa urusannya dengan kamu! Aku tidak menghina kamu!” bentak Windy sambil mengusap pipinya yang ditampar Cassie.“Aku hanya menyadarkanmu! Jika kamu menyebar fitnah dan mencemarkan nama Laura, kamu akan dituntut atas pencemaran nama baik! Apa kamu tidak be
“Nggak, kenapa kamu bertanya padaku?” “Jangan bohong!” Windy menggebrak mejanya dengan marah sambil menunjuk wajah Laura. “Amy ditangkap oleh sekelompok orang dan diperkosa. Kamu kan pelaku yang menyuruh orang-orang itu memperkosa Amy. Laura, kamu sangat keji!” Beberapa orang terkesiap mendengar ucapan Windy dan memandang Laura. “Serius? Laura menyewa sekelompok orang untuk memperkosa Amy? Itu sangat jahat sekali.” “Amy mungkin mengganggunya, tapi dia tidak perlu sampai menghancurkan hidup Amy.” “Aku pikir dia terlihat baik, ternyata dia sangat keji.” “Bagaimana dia bisa menghancurkan hidup teman sekelas kita begitu saja?” Mahasiswa di kelas itu berbisik-bisik memandang Laura dengan tatapan menghakimi. Laura tetap terlihat tenang. “Mengapa aku harus melakukan itu padanya? Apa aku pernah mengganggunya?” “Karena ... karena pacar Amy hanya memberimu pelajaran. Tapi kamu membalasnya dengan kejam sampai menyewa orang untuk memperkosa Amy! Kamu menghancurkan hidup Amy!” “Windy,
“Chris, jangan khawatirkan aku. Lucian tidak bisa melakukan apapun padaku. Tolong, jangan berkelahi dengan Lucian lagi.” “Aku hanya tidak ingin kamu dilukai oleh suamimu.” Laura menghela napas. “Aku sungguh tidak apa-apa. Lucian tidak bisa melukaku.” Jika dipikir-pikir, selama ini Lucian tidak pernah melakukan kekerasan apapun padanya. Pria itu hanya marah dan membentak, lalu pergi dengan marah. Chris menghela napas. “Syukurlah. Ngomong-ngomong, apakah suamiku salah paham padaku? Mengapa dia tampak sangat marah? Tatapannya saat itu seperti dia akan membunuhku.” Laura mengerucutkan bibirnya. “Endahlah. Dia lagi tidak waras.” Dia kemudian mengalihkan pembicaraan ke hal-hal lain tentang kuliah Chris dan bagaimana kehidupannya di luar negeri. Mereka mengobrol cukup lama tentang kehidupan Chris di luar negeri. Laura merasa kembali berkumpul dengan teman lamanya. Keesokan harinya, Laura mendapati Lucian tidak pulang ke rumah, begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Dia harus berboh
Laura menatap tak percaya pada udara kosong. “Dia sungguh nggak waras, kan?” bisiknya pada dirinya sendiri. Lucian dalam kehidupan ini jauh lebih sulit dimengerti dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja tanpa memberinya penjelasan dan mengebut di jalan raya? Perasaan khawatir mulai merasuki hatinya. Bagaimanapun, Lucian adalah papanya Amel, bukan? Bagaimana jika dia mengalami kecelakaan karena mengebut dalam keadaan marah dan membuat putrinya menjadi yatim?“Benar-benar nggak waras,” desis Laura kesal pada dirinya sendiri, merasakan kekhawatiran semakin membesar di dadanya. Dia menggigit kuku jarinya dan menyentuh bibirnya, yang seketika mengingatkannya pada ciuman panas dan brutal Lucian tadi dalam mobil. Masih terasa mati rasa di bibirnya.Ponsel di tasnya berdering. Laura mengambil ponselnya dan melihat ibunya menelepon. “Halo, Bu….”“Laura, kamu di mana?”“Aku di rumah. Bagaimana dengan Amel?”“Dia tidur saat ini. Ibu menelepon untuk memi
Jantung Laura serasa melayang merasakan kecepatan mobil sangat tinggi. Dia ketakutan mencengkeram pegangan mobil. “Lucian Wilson! Hentikan sekarang! Apa kamu ingin membunuh kita berdua?” Lucian tidak menanggapinya dan malah meningkatkan kecepatan mobil, menyelip di antara mobil-mobil lain dan menerobos lampu merah. Laura sangat ketakutan dan buru-buru memasang sabuk pengaman. Dia belum ingin mati saat ini. Baru saja terlahir kembali, dan dia tidak ingin mati untuk kedua kalinya. “Lucian, jika kamu memiliki masalah denganku, katakan saja sekarang!” Laura berseru cemas, merasakan degupan jantungnya yang semakin kencang. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di halaman rumah mereka. Degupan jantung Laura perlahan mereda karena mereka tiba dengan selamat, tanpa kecelakaan apa pun. Saatnya melampiaskan amarahnya pada Lucian. “Lucian Wilson—” Tapi Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Lucian tiba-tiba mendekat dan menciumnya di bibir. Ciumannya tidak lembut; itu menuntut
Lucian berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat. “Laura….” Suaranya begitu dingin sehingga membuat Laura menggigil. Raut wajahnya gelap dan berbahaya. “Sedang apa kamu dengan pria ini?” desis Lucian sambil mencengkeram lengan kirinya dengan kuat. Laura merintih dan menelan ludah, gugup menghadapi kemarahan Lucian, seolah dia tertangkap basah sedang berselingkuh. Dia merasa konyol merasa takut, padahal Lucian-lah yang berselingkuh dengan adik angkatnya. Dia menepis tangan Lucian dan berkata acuh tak acuh, “Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa urusannya denganmu?” "Teman lama?" Lucian menggertakkan gigi, memelototinya dan melirik pria berkacamata dengan ganggang perak sambil mengepalkan tangan. Pria itu, yang dia lihat dua tahun lalu mengantarkan Laura ke dokter kandungan. Dia ‘ayah kandung’ Amel. Lucian sangat marah hingga ingin menghancurkan sesuatu. Beraninya pria itu muncul setelah sekian lama. Yang membuatnya lebih marah, Laura terlihat begitu senang bertemu de