"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda."
"Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya." "Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal." "Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam." Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening. Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar. Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di dadanya. Sebaliknya, dia merasakan tubuhnya sangat demam. "Mama ...." Suara kecil di sebelahnya menarik perhatiannya, dan dia menoleh. Wajah mungil dan menggemaskan Amelia muncul. Suara gadis kecil itu sudah lama tidak didengarnya. Tunggu, bagaimana dia bisa mendengar? "Mama, minum air ...." Gadis kecil itu menyodorkan gelas berisi air dengan tangan mungilnya. "Amel ...." bisiknya penuh kebingungan menerima air minum dari putrinya dan menyesap sedikit. Dia merasakan tenggorokannya lega setelah minum, dan tidak dehidrasi lagi. Dia melirik putrinya yang menatapnya dengan wajah polos. Mengapa Amel ada di sini? Apa akhirnya Amel tidak bisa menahan kankernya dan meninggal bersamanya? Amel tampak sedikit lebih kecil, dengan rambut lebat di kepalanya dan tubuhnya berisi. Amel dalam ingatannya adalah gadis kecil yang sangat kurus dengan rambut dicukur botak. "Mama ...." Amel meraih tangan Laura dan berkata dengan suara kekanak-kanakan yang tampak dewasa. "Amel akan selalu ada untuk Mama. Tidak apa-apa Papa tidak mau datang, ada Amel di sini sama Mama.” Ucapan anak kecil itu menghangatkan hati Laura, dan dia merasa familiar. Menatap putrinya yang sehat dan gemuk, tanpa tanda-tanda dia menderita sakit kanker, sebuah kesadaran menghantam Laura: dia kembali ke satu tahun yang lalu! Satu tahun yang lalu, sebelum Amelia menderita leukemia, Laura bertengkar hebat dengan Viola di perayaan ulang tahun ibu mertuanya yang menyebabkan keduanya jatuh ke kolam. Mereka bertengkar karena Viola memprovokasinya dengan foto-foto dia berhubungan intim dengan Lucian. Keduanya jatuh ke kolam, dan Lucian lebih memilih menyelamatkan Viola, sementara Laura tenggelam karena tidak bisa berenang. Untungnya, ada pelayan laki-laki yang menariknya keluar dari kolam. Laura menderita demam yang sangat tinggi, tetapi tidak ada satu pun anggota keluarga Wilson atau Lucian yang peduli padanya. Kakek Billy sedang melakukan pengobatan di Singapura, sehingga tidak ada yang membelanya saat seluruh keluarga Wilson menuduhnya menyakiti Viola. Karena sakit hati dan tak bisa membela diri, Laura menderita demam yang sangat parah. Putri satu-satunya yang peduli memberinya segelas air minum dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya berjuang untuk tetap hidup. Namun, tidak ada satupun orang yang peduli atau mengirimnya ke rumah sakit. Akhirnya, Laura menderita infeksi yang menyebabkan pendengarannya hilang dan menjadi tunarungu. Karena dia tuli, Laura dihina oleh mertuanya, dan Lucian semakin jauh darinya. Genangan air mata memenuhi mata Laura. Dia masih mendengar suara samar-samar langkah kaki pelayan di luar kamarnya dan suara putrinya yang sehat. Dia kembali ke masa lalu! Tuhan telah memberinya kesempatan untuk mengubah hidupnya. Mengingat rasa sakit ditusuk oleh pisau ke jantungnya, Laura menggigil. "Mama, jangan menangis. Amel sedih melihat Mama menangis." Amel menatapnya sedih dan menghapus air mata di wajah Laura dengan tangan mungilnya. Laura terbatuk hebat, air matanya mengalir menatap putrinya. "Amel ...." Dia memaksa diri bangun dan sangat ingin menarik putrinya ke pelukannya, tetapi karena dia sakit, dia takut menularkan penyakitnya kepada Amel. Dia takut Amel akan menderita kanker leukemia, dan dia tidak ingin menambah penyakit lain padanya. "Sayang, tolong ambilkan ponsel mama di meja." Laura meminta sambil terbatuk. Karena Tuhan memberinya kesempatan kembali ke masa lalu, sebelum dia menjadi tuli dan putrinya masih sehat, Laura harus menyelamatkan dirinya dari demam tinggi ini agar tidak kehilangan pendengaran dan mencari donor sumsum tulang untuk putrinya lebih awal. Di masa itu, tidak ada pendonor yang cocok untuk menyembuhkan kanker leukemia yang diderita Amel. Lucian tidak pernah peduli pada Amel, apalagi mencarikan donor sumsum tulang untuk putri mereka karena saat itu Viola sedang hamil anaknya. Dalam kehidupan ini, dia akan menyelamatkan dirinya dan putrinya. "Ini ponsel Mama." Amel menyerahkan ponselnya pada Laura. Laura tersenyum penuh terima kasih dan sangat ingin mencium putrinya, tetapi dia menahan diri sampai dia sembuh. Laura dengan cepat menghubungi pihak rumah sakit dan ambulans. Dia berada di rumahnya sendiri dan tidak ada pelayan yang peduli ketika melihat Laura keluar dari kamarnya dengan susah payah di tengah demam tinggi. Laura tidak peduli dengan mereka. Di masa itu, setelah Kakek Billy kembali dan mengetahui kondisinya, para pelayan itu akan dipecat tanpa mendapat gaji karena tidak membawa Laura ke rumah sakit. Laura akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan dokter menyembuhkan demamnya sebelum dia mengalami infeksi penyebab dia menjadi tuli. .... Di ruang direktur, seorang dokter botak berusia empat puluh tahun, Andrew Adams, terkejut melihat hasil laporan DNA di tangannya. "Cocok? Pasien ini benar-benar keponakanku!" Awalnya, dia melihat seorang pasien wanita yang mengalami demam tinggi. Kemiripan wanita itu dengan kakak iparnya sangat luar biasa, hingga Andrew diam-diam melakukan tes DNA. Dia tak membayangkan hasilnya akan sangat cocok. Andrew sangat tidak sabar dan menelepon kakaknya, Allen Adams, yang sedang makan malam dengan pejabat dan presiden negara. Allen tak menjawab telepon dari adiknya, tetapi karena Andrew terus menelepon, akhirnya dia menjawab telepon adiknya dengan kasar. "Aku sedang makan malam dengan tamu penting. Jika kamu mempermainkanku, aku akan menghancurkan rumah sakitmu." Andrew menyeringai sambil tertawa terbahak-bahak, "Kakak, jika kamu mendengar berita ini dariku, aku yakin kamu akan membangun sepuluh rumah sakit baru untukku." Allen mengerutkan kening, sangat tidak sabar menghadapi watak Andrew yang selalu main-main. "Jangan bertele-tele. Kamu tahu aku sedang makan malam dengan Presiden Negara. Jangan membuang waktuku." "Hahaha, Allen, datanglah ke rumah sakitku di Capital City dengan istrimu. Aku yakin kamu akan terkejut. Aku menemukan Laura, putrimu yang hilang selama dua puluh tahun. Dia sakit dan dirawat di rumah sakitku. Oh ya, jangan terkejut karena kamu sudah menjadi kakek." Andrew kemudian menutup panggilan dengan puas, sementara Allen langsung berteriak heboh di tengah pertemuannya."Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang?Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu.Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan
Khawatir? Aku mengkhawatirkan wanita itu? "Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Dia meninggalkan kamar rawat Laura setelah mendapat panggilan telepon dari kekasihnya. Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya dengan ekspresi khawatir. "Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?" Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa." Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?" Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi." Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Laura mengatur kata-kata saat menatap putrinya. "Amel, kalau Mama dan Papa berpisah, Amel mau tetap bersama Mama?" "Apa itu pisah, Mama?" "Pis
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering. "Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya. Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!" "Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura. "Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah. "Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya. "Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya
Wanita itu menangis dan memeluknya erat hingga Laura hampir kehabisan napas. "Anakku, ini sungguh kamu? Ibu sangat merindukanmu dan mencarimu selama dua puluh tahun."Laura tertegun. Air matanya pun ikut luruh mendengar kata-kata wanita yang mengaku sebagai ibunya. Kerinduan yang aneh membuncah di dadanya, seolah-olah sebagian dari dirinya mengenali wanita itu. Tangannya membalas pelukan itu, dan ia berbisik lirih, "Ibu...."Tangisan wanita itu semakin keras. "Gadis manisku, kamu sudah tumbuh sebesar ini ...." Para pria dewasa di sekitarnya berusaha menahan air mata, tetapi mata mereka berkaca-kaca."Laura, ini ayah...." Allen membungkuk, ikut memeluk Laura dan istrinya erat. Air matanya tak terbendung.Wajah Laura tersipu. Ia tak pernah diperlakukan seperti anak kecil, usianya kini 23 tahun dan ia seorang ibu muda. Namun, orang-orang ini memperlakukannya seperti gadis kecil mereka.Apakah dia benar-benar putri mereka yang hilang? Ia bertanya-tanya dalam hati. Tapi mengapa di
Laura tercengang. "Ini sangat berharga. Aku takut akan menghilangkannya," bisiknya. "Jangan khawatir, sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kamu adalah putri kami yang berharga," kata Willy dengan nada memanjakan. Laura tersenyum hangat dan mau tak mau menerima hadiah itu. "Omong-omong, di mana cucu kami? Andrew bilang kami sudah menjadi kakek," kata Allen antusias. "Cucu? Kita punya cucu?!" Willy terkejut dan berbinar. "Kamu sudah menikah dan punya anak?" Dean terkejut. "Wow, Laura, kakak pertamamu bahkan belum menikah, begitu pula dengan kakak kembarmu, tapi kamu sudah mendahului kami," kata Sean menggoda. Semua anggota keluarga Adams menatapnya. Laura meringis. Ia menikah muda karena paksaan keluarga Samson dan tak punya pilihan untuk menolak. "Apa itu masalah?" Ia khawatir keluarga kandungnya akan menolak Amelia. "Tentu tidak, sayang. Kakakmu bicara omong kosong. Mereka hanya iri karena mereka jomblo akut," kata Willy menenangkan, lalu memukul kepala Sean. “Jangan ucapkan k
Keluarga Adams mengajak Laura untuk tinggal bersama mereka dan membantu mengurus perceraiannya. Sebelum Laura memutuskan, Kakek Billy menelepon dan memberitahunya tentang kepulangannya. Laura terkejut karena Kakek Billy kembali dari Singapura lebih awal daripada di kehidupan sebelumnya. Ia khawatir Kakek Billy menunda perawatannya untuk kembali. Di kehidupan sebelumnya, karena masalah yang dihadapi Laura, Kakek Billy menunda operasi jantung dan pulang. Ia sangat marah pada Lucian karena Laura hampir meninggal dan menjadi tunarungu. Keluarga Samson dan Wilson tak lepas dari kemarahannya; Viola dimasukkan dalam daftar hitam industri hiburan, dan Lucian mendapat hukuman cambuk dari kakeknya. Karena masalah itu, mereka semua membenci Laura. Namun, tiga bulan kemudian, Kakek Billy meninggal karena tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Laura sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian Kakek Billy. Jadi, ia menerima tawaran Kakek Billy dan menjemputnya sendiri di bandara.
Wajah Lucian tampak semakin dingin, tidak suka diperlakukan kasar di depan umum, apalagi di depan Laura dan putrinya. Tetapi ia tidak mengatakan apapun agar tidak membuat kakeknya semakin marah. Laura menatap wajah Kakek Billy cemas melihatnya marah. Ia tidak akan melupakan kematian Kakek Billy di kehidupan sebelumnya karena tekanan darah tinggi dan serangan jantung. Hal yang ingin ia lakukan setelah terlahir kembali adalah mencegah kematian Kakek Billy dan membujuknya untuk menjalani operasi. Kakek Billy baru berusia 70 tahun dan masih memiliki beberapa tahun lagi untuk hidup. Di kehidupan sebelumnya, penyakit Kakek Billy bertambah parah karena ia mencemaskan Laura dan menunda operasinya."Kakek, jangan marah... Kamu bisa menderita tekanan darah tinggi."Wajah marah Kakek Billy menjadi rileks karena perhatian Laura."semua karena bocah ini selalu membuatku marah," gerutunya menatap Lucian tajam."Kakek, mengapa kamu buru-buru pulang? Kamu harus menjalani operasi jantung, jangan
Wajah Laura memucat, rasa sakit mencengkeram dadanya.“Periksa kartu ATM-mu, aku sudah mentransfer lima miliar ke rekeningmu.”“Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu.”“Aku juga mencintaimu.” Lucian mengakhiri panggilan telepon dan berbalik. Dia tertegun melihat Laura berdiri di belakangnya.Laura menatapnya dengan mata memerah dan menamparnya. “Dasar bajingan!”Lucian mengusap pipinya yang terasa perih dan menatap Laura dengan tenang.“Kamu memanfaatkan aku untuk mendapatkan Wilson Group? Jangan harap bisa memanfaatkan aku. Aku akan mengatakan sendiri pada Kakek bahwa aku akan menceraikanmu.”Lucian menatapnya tanpa ekspresi, sudut bibirnya terangkat dalam seringai. “Silakan saja katakan pada Kakek. Dan aku akan menyebarkan ini pada semua orang di ibu kota,” desisnya, mengangkat sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya ke depan wajah Laura.Laura mengerutkan kening, merasa akrab dengan dokumen itu.“Tes DNA?”“Ya, ini bukti bahwa Amelia bukan putri kandungku,” desis Lucian, menata
Dia tiba-tiba membungkuk, menggendong Laura ke pundaknya, dan berjalan ke tempat tidur. Laura menjerit, mencoba melepaskan diri dan memukul-mukul punggungnya. "Lucian! Lepaskan aku!" Lucian melemparkannya ke tempat tidur. Laura bergerak mundur, menjauhinya, dan hendak melarikan diri. Tetapi Lucian menarik kakinya dan membawanya kembali. Dia merangkak ke atas tubuhnya sambil melepaskan kancing kemeja. Ekspresinya tampak benar-benar gelap.Wajah Laura memucat, jantungnya berdetak kencang. Dia mencengkeram handuknya, berusaha mempertahankan handuk di tubuhnya. Dia menggeram. "Lucian, jangan berani-berani kamu menyentuhku, atau aku akan memberitahu Kakek…"Laura tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Lucian tiba-tiba mencengkram lehernya. Dia tersedak, hampir tidak bisa bernapas. Dia menatap mata biru Lucian yang sangat dingin."Ini alasan aku membencimu. Apa kamu tahu berapa banyak penderitaanku karena kasih sayang Kakek padamu?" bisiknya, menunduk dan bernapas di telinga Laura. "Setiap
"Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa pada Lucian Wilson dan membiarkannya memanfaatkan Laura?" Dean menggerutu."Tentu tidak, kita bisa memberinya pelajaran diam-diam tanpa perlu mengungkap identitas kita. Jangan berhadapan langsung dengannya, juga… Tergantung bagaimana sikap Laura terhadap Lucian dan keluarga Wilson. Dia tidak boleh berhati lemah pada mereka."Willy menghela napas, "Putriku yang malang harus terjebak dengan keluarga seperti itu. Andai saja kita menemukannya lebih awal."Keluarga Adams tidak ada yang menjawab."Untuk sekarang, jangan berkonfrontasi dengan Lucian. Biarkan Laura menanganinya. Aku percaya Laura bisa mengatasi Lucian dan tidak akan jatuh cinta lagi padanya setelah perselingkuhan Lucian." Tristan membuat keputusan untuk keluarganya."Mari hentikan sejenak liburan ini dan beri waktu pada Laura. Kita sudah bisa melihat Laura membenci Lucian, jadi dia tidak akan dimanfaatkan," lanjutnya, kemudian menatap seluruh anggota keluarganya.Willy protes mendengar k
"Kita sudah tidur satu kamar selama beberapa waktu ini, untuk apa kamu malu?""Aku tidak malu. Aku hanya khawatir kamu akan mengambil kesempatan dariku."Lucian menatapnya sambil tersenyum menarik Laura ke tubuhnya hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Dia memeluk pinggang ramping Laura erat agar menempel di tubuhnya.Laura terjatuh ke pelukannya, meletakkan tangan di dada keras Lucian untuk menopang tubuhnya.Dia merasa dada Lucian keras dan lembab. Aroma sabun segar menguar dari tubuhnya. Dia sangat wangi setelah mandi membangkitkan sesuatu dalam dirinya.Laura menggelengkan kepala spontan menarik tangannya memelototi Lucian. "Apa yang kamu lakukan?" Desisnya."Tenang saja, istriku sayang. Aku tidak akan menggigitmu. Aku yang akan tidur di ruang tamu."Laura menatapnya curiga dan tak percaya. Seseorang seperti Lucian Wilson yang beberap waktu ini menggodanya untuk memiliki anak kedua, langsung menyerah begitu saja.Tapi Lucian benar-benar melakukan kata-katanya. Dia mengambil pakai
Mereka menatap Lucian tak bisa berkata-kata. Meski mereka menganggapnya brengsek dan seorang bajingan tukang selingkuh dan tidak tahu malu, Lucian memiliki otak yang sangat tajam langsung menghubungkan mereka dengan keluarga Adams.Allen tertawa kaku. "Bagaimana kami bisa terhubung dengan keluarga Adams. Kami hanya keluarga di pinggiran, kami ... Keluarga Watson."Istri dan anak-anaknya memelototinya."Keluarga di pinggiran? Maksud kamu orang kampung?! Bagaimana kalian bisa menyewa villa di hawaai?"Ekspresi keluarga Adams semakin kesal, merasa semakin terhina."Haha, begitulah. Kami orang terkaya di kampung. Kami sudah menganggap Laura seperti keluarga kami. Jadi kamu janngan macam-macam dengannya."Namun Lucian tampak tidak terpengaruh oleh ancamannya dan memandan rendah mereka setelah tahu identitas mereka."Laura adalah istriku, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya. Sebaliknya kalian tetap orang luar tak seharusnya ikut campur."Willy menggenggam pisau bistik di tangannya er
“Mengapa kamu tidak bahagia lagi?”Willy bertanya, melihat Laura kembali ke restoran tempat mereka singgah untuk makan siang. Wajah putrinya tampak tidak senang.Dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh putrinya.Si kembar datang dan menggerutu. “Si Lucian Wilson itu sangat kurang ajar.”“Dia menyebut Laura jalang….” Sean berdeham mendapat tatapan tajam dari orang tuanya. “Pokoknya, dia sangat kurang ajar. Aku tidak merasa puas hanya dengan meninjunya saja.”“Kenapa bajingan itu selalu membuat kita tidak senang? Seharusnya Laura menceraikannya.” Willy menggerutu.“Ibu, di sini ada Amel,” sela Laura, memandang putrinya yang duduk di atas pangkuan Allen.Willy menggerutu dengan suara pelan lalu berkata dengan wajah tersenyum. “Mari makan dulu. Kita akan memberi Lucian pelajaran nanti. Dean, hubungi Tristan untuk datang sekarang. Kenapa anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya saat lagi liburan?”Keluarga Adams dengan cepat memperbaiki suasana hati mereka dan tidak memikirkan L
Tubuh Laura menegang."Mengapa kamu bertanya?""Aku curiga keluarga di sebelah tak biasa, lalu hari ini aku bertemu dengan Tristan Adams. Dia membuatku berakhir seperti ini.""Hm, aku tidak mengenal Tristan Adams, keluarga di sebelah tidak ada hubungannya dengan keluarga Adams," balas Laura menghindari tatapan Lucian dan menepis tangan Lucian."Laura...,” kata Lucian dengan kekecewaan melihat Laura pergi tanpa peduli padanya.Dia mengembuskan napas frustrasi berbaring di tempat tidur sambil menahan perasaan yang tidak nyaman di perutnya. Laura tidak kembali sampai malam dan keesokan paginya. Pelayan datang untuk melayaninya sementara istri dan putrinya bersenang-senang dengan keluarga di sebelah. Dia mendengar para pelayan berbicara bahwa mereka tidak seperti pasangan yang berbulan madu lainnya. Laura selalu cemberut ketika berada di vila ini, tapi dia selalu tersenyum dengan keluarga di sebelah. "Menurut apa yang aku dengar, Tuan Wilson telah berselingkuh hingga istrinya marah da
“Tuan Adams, kamu juga di sini?”Lucian dan Tristan tak pernah bersinggungan. Namun, ia sudah banyak mendengar tentang tiga putra elite keluarga Adams. Yang paling menonjol adalah Tristan, seorang pengusaha yang mewarisi kepemimpinan keluarga Adams.Tristan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, menatap Lucian tanpa ekspresi.“Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Wilson?”Lucian menegakkan badannya dengan sikap tenang, berhadapan dengan Tristan.“Aku menjemput istri dan anakku. Bagaimana dengan Anda, Tuan Adams? Apa … kamu berhubungan dengan keluarga ini?”“Tidak, aku hanya kebetulan lewat.”“Apakah kamu berlibur atau berbulan madu di Hawaii?” Lucian penasaran apa yang membuat seorang Tristan Adams berada di Hawaii, tempat yang terkenal liburan romantis pasangan.“Liburan keluarga dan urusan bisnis.”“Ah…” Lucian mengangguk mengerti. “Kalau begitu, lanjutkan urusan anda.” Ia hendak mengetuk pintu gerbang vila ketika Tristan memanggilnya lagi.“Tuan Wilson, sebaiknya kamu janga
Willy melirik dan mengangkat bahu. “Ketiga kakakmu disebut ‘Tiga Malaikat Tampan.’ Pesona mereka sangat menyilaukan, sampai punya klub penggemar sejak SMA. Ibu sudah terbiasa dengan cewek-cewek yang klepek-klepek karena kakak-kakakmu.”Laura mengangkat sebelah alis. “Tiga Malaikat Tampan? Apa itu tidak berlebihan?” Mungkin karena mereka kakak-kakaknya, Laura biasa saja melihat mereka. Di kehidupan sebelumnya, pria yang dianggap sangat tampan adalah Lucian, dan dia mencintainya dengan tergila-gila. Kemudian, setelah melihat kakak-kakaknya yang sangat tampan, dia merasa ketampanan Lucian jadi biasa saja di kehidupan ini dan tidak tergila-gila lagi. Atau mungkin matanya yang sudah terbiasa melihat pria-pria tampan.“Biarkan saja. Apa gunanya tampan jika belum punya pacar? Ibu pikir mereka tidak laku.” Hanya Willy sendiri yang menganggap remeh anak-anak laki-lakinya dijuluki Tiga Malaikat Tampan.“Ibu, kami mendengar itu!” seru Dean tak terima.Willy mengabaikan putranya dan mengeluh p