Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering.
"Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya. Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!" "Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura. "Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah. "Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya. "Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya Andrew tak percaya. “Dengar ya, kamu hanya dokter, jangan ikut campur dalam urusan keluarga kami, atau kami akan membuatmu dipecat dari rumah sakit ini!” ancam George. Andrew mencibir. Ia belum pernah bertemu dengan orang tua dan sesombong pasangan di depannya. Dia, Andrew Adams, sangat dihormati di rumah sakit ini dan anggota keluarga Adams. Dia adalah pemilik rumah sakit ini. Mereka pikir mereka siapa berani memecatnya dari rumah sakitnya sendiri! “Tunggu sebentar, jangan-jangan kamu sangat dekat dengan Laura? Apa yang dia lakukan padamu? Merayumu untuk membayar kamar presidential suite ini?” Emma menatap Andrew curiga. Ia memandang Andrew dan Laura dengan jijik. Pria itu sudah tua dan botak. Laura membuka mulutnya untuk membalas, tetapi dipotong oleh Andrew. “Omong kosong! Tutup mulut kalian sebelum aku memanggil satpam untuk mengusir kalian!” bentak Andrew marah. Emma mengibaskan tangannya acuh tak acuh. “Tak apa-apa. Kalian berdua memang cocok. Putriku ini memang pelacur yang merayu pria tua untuk mendapatkan kekayaan. Sementara kamu...” ia melirik Andrew dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan. “Kamu harus menjadi pemilik rumah sakit ini, tentu kami akan mengizinkan kamu menikahi anak kami yang tak berguna ini. Tetapi sepertinya kamu hanya dokter UGD biasa. Kamu harus membayar 100 juta dolar untuk menikahi Laura!” Laura dan Andrew terdiam mendengar kata-kata Emma yang sangat menjijikkan. Bagi Andrew, uang segitu hanya uang saku untuk putranya, tetapi ia tidak terima keponakannya yang berharga dituduh merayu pria tua demi kekayaan. Orang tua angkat macam apa yang dimiliki Laura?! “Kamu pikir Laura itu siapa? Barang yang bisa kamu perdagangkan?!” seru Andrew. “Ya, dia memang barang yang akan kami jual kepada siapa pun yang membelinya dengan harga tinggi!” balas Emma mengejek. “Sudahlah, berhenti berdebat hal yang tidak berguna.” George menyela acuh tak acuh, lalu melirik jam tangannya dan menatap Laura. “Aku tidak peduli bagaimana kamu merayu seorang pria dan bercerai dari Lucian, tetapi jangan menyeret Viola dan keluarga Samson atas perselingkuhanmu. Lebih baik kamu meminta Tuan Billy memberimu tunjangan berupa warisan dan saham sebelum bercerai dari Lucian. Menyedihkan sekali menikahkanmu dengan susah payah tetapi tidak pernah mendapatkan apa pun.” Ia menatap Andrew dan mengerutkan keningnya. “Lebih baik kamu mencari seorang pria yang lebih kaya yang bisa membantu Samson Corporation daripada seorang dokter UGD.” Pasangan Samson itu berbicara tanpa memberi Laura dan Andrew kesempatan untuk membalas. “Hubungi kami setelah kamu mendapatkan warisan dan saham dari Tuan Billy. Jangan lupa untuk menyebutkan investasi pada Samson Corporation pada Tuan Billy.” Setelah mengatakan itu, George pergi dengan istrinya, meninggalkan Laura dan Andrew yang tercengang. “Seorang dokter UGD? Itu sebuah penghinaan! Aku pemilik rumah sakit ini! Lagi pula, apa yang salah dengan dokter UGD? Mereka tetap menyelamatkan orang dan lebih mulia daripada lintah pecinta uang seperti kalian!” gerutu Andrew marah setelah kepergian George dan Emma. “Dokter Adams, aku minta maaf atas kata-kata kasar orang tuaku,” kata Laura meminta maaf padanya dengan suara yang sangat tenang dan tulus. “Untuk apa kamu meminta maaf atas nama mereka? Mereka yang seharusnya minta maaf!” kata Andrew, menatapnya khawatir. “Kamu tidak apa-apa? Jangan dengarkan kata-kata mereka yang menyebalkan. Kamu bukan orang yang seperti itu.” “Aku tidak apa-apa. Orang tuaku memang selalu seperti itu. Aku sudah terbiasa.” Perasaan Andrew semakin buruk mendengar ucapan Laura tentang orang tua angkatnya. Ia meraih pundaknya lembut, “Jangan sedih, kamu memiliki orang tua kandung yang menyayangimu. Keluarga Adams seribu kali lebih baik daripada keluarga angkatmu.” Tepat setelah ia mengatakan itu, pintu kamar Laura terbuka dengan suara keras dan sekelompok orang masuk. “Laura! Gadis manisku!” seru seorang wanita. Mata Laura membelalak ketika seorang wanita setengah baya yang masih cantik berlari memeluknya.Wanita itu menangis dan memeluknya erat hingga Laura hampir kehabisan napas. "Anakku, ini sungguh kamu? Ibu sangat merindukanmu dan mencarimu selama dua puluh tahun."Laura tertegun. Air matanya pun ikut luruh mendengar kata-kata wanita yang mengaku sebagai ibunya. Kerinduan yang aneh membuncah di dadanya, seolah-olah sebagian dari dirinya mengenali wanita itu. Tangannya membalas pelukan itu, dan ia berbisik lirih, "Ibu...."Tangisan wanita itu semakin keras. "Gadis manisku, kamu sudah tumbuh sebesar ini ...." Para pria dewasa di sekitarnya berusaha menahan air mata, tetapi mata mereka berkaca-kaca."Laura, ini ayah...." Allen membungkuk, ikut memeluk Laura dan istrinya erat. Air matanya tak terbendung.Wajah Laura tersipu. Ia tak pernah diperlakukan seperti anak kecil, usianya kini 23 tahun dan ia seorang ibu muda. Namun, orang-orang ini memperlakukannya seperti gadis kecil mereka.Apakah dia benar-benar putri mereka yang hilang? Ia bertanya-tanya dalam hati. Tapi mengapa di
Laura tercengang. "Ini sangat berharga. Aku takut akan menghilangkannya," bisiknya. "Jangan khawatir, sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kamu adalah putri kami yang berharga," kata Willy dengan nada memanjakan. Laura tersenyum hangat dan mau tak mau menerima hadiah itu. "Omong-omong, di mana cucu kami? Andrew bilang kami sudah menjadi kakek," kata Allen antusias. "Cucu? Kita punya cucu?!" Willy terkejut dan berbinar. "Kamu sudah menikah dan punya anak?" Dean terkejut. "Wow, Laura, kakak pertamamu bahkan belum menikah, begitu pula dengan kakak kembarmu, tapi kamu sudah mendahului kami," kata Sean menggoda. Semua anggota keluarga Adams menatapnya. Laura meringis. Ia menikah muda karena paksaan keluarga Samson dan tak punya pilihan untuk menolak. "Apa itu masalah?" Ia khawatir keluarga kandungnya akan menolak Amelia. "Tentu tidak, sayang. Kakakmu bicara omong kosong. Mereka hanya iri karena mereka jomblo akut," kata Willy menenangkan, lalu memukul kepala Sean. “Jangan ucapkan k
Keluarga Adams mengajak Laura untuk tinggal bersama mereka dan membantu mengurus perceraiannya. Sebelum Laura memutuskan, Kakek Billy menelepon dan memberitahunya tentang kepulangannya. Laura terkejut karena Kakek Billy kembali dari Singapura lebih awal daripada di kehidupan sebelumnya. Ia khawatir Kakek Billy menunda perawatannya untuk kembali. Di kehidupan sebelumnya, karena masalah yang dihadapi Laura, Kakek Billy menunda operasi jantung dan pulang. Ia sangat marah pada Lucian karena Laura hampir meninggal dan menjadi tunarungu. Keluarga Samson dan Wilson tak lepas dari kemarahannya; Viola dimasukkan dalam daftar hitam industri hiburan, dan Lucian mendapat hukuman cambuk dari kakeknya. Karena masalah itu, mereka semua membenci Laura. Namun, tiga bulan kemudian, Kakek Billy meninggal karena tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Laura sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian Kakek Billy. Jadi, ia menerima tawaran Kakek Billy dan menjemputnya sendiri di bandara.
Wajah Lucian tampak semakin dingin, tidak suka diperlakukan kasar di depan umum, apalagi di depan Laura dan putrinya. Tetapi ia tidak mengatakan apapun agar tidak membuat kakeknya semakin marah. Laura menatap wajah Kakek Billy cemas melihatnya marah. Ia tidak akan melupakan kematian Kakek Billy di kehidupan sebelumnya karena tekanan darah tinggi dan serangan jantung. Hal yang ingin ia lakukan setelah terlahir kembali adalah mencegah kematian Kakek Billy dan membujuknya untuk menjalani operasi. Kakek Billy baru berusia 70 tahun dan masih memiliki beberapa tahun lagi untuk hidup. Di kehidupan sebelumnya, penyakit Kakek Billy bertambah parah karena ia mencemaskan Laura dan menunda operasinya."Kakek, jangan marah... Kamu bisa menderita tekanan darah tinggi."Wajah marah Kakek Billy menjadi rileks karena perhatian Laura."semua karena bocah ini selalu membuatku marah," gerutunya menatap Lucian tajam."Kakek, mengapa kamu buru-buru pulang? Kamu harus menjalani operasi jantung, jangan
"Kakek!" desis Lucian.Kakek Billy tampak akan memukulnya lagi, tetapi Viola berteriak dan menahan tongkatnya."Kakek, tolong jangan pukul Lucian lagi. Pukul saja aku!" Dia berpura-pura terisak dan berdiri di depan Lucian."Apa yang kamu lakukan? Jangan ikut campur di sini!" Lucian menarik Viola, melindunginya dari amukan Kakek Billy.Kakek Billy berdecak kesal dan berkata, "Lucian, kamu harus mengakhiri hubunganmu dengan wanita ini. Dia tidak layak untukmu! Kamu harus minta maaf pada Laura selagi dia masih mau memaafkanmu.""Kakek, aku mencintai Lucian, mengapa aku tak layak bersamanya? Dibandingkan Laura, latar belakangku lebih baik dan paman dan Bibi menyukaiku, mengapa kamu harus memisahkan kami? Lucian adalah cucumu, kamu seharusnya memikirkan kebahagiaannya." Viola berkata menuntut dan tidak puas.Kakek Billy mencibir, "Laura seratus kali lebih baik daripada kamu. Laura bersedia menikah dengan Lucian saat ia lumpuh dan buta. Kamu yang menolak perjodohan itu karena kondisi Lucian
Meski panik, Viola berpura-pura polos dan tidak mengerti. "Foto apa?""Foto kita tidur bersama. Kamu menyebarkan foto itu pada Laura di pesta ulang tahun Ibu, karena itu kalian bertengkar?""Aku tidak mungkin melakukan itu. Aku seorang aktris, bagaimana mungkin aku menyebarkan hubungan intim kita," ujarnya pura-pura tersinggung, lalu melanjutkan kalimatnya menatap Lucian dengan cemberut sedih. "Apa itu yang dikatakan Kakak tentangku? Lucian, apa kamu percaya pada Kak Laura dibandingkan aku?""Sebaiknya kamu tidak melakukan itu." Lucian tidak mengakui ia percaya Laura, tetapi menegur Viola. "Jika ini sampai tersebar, reputasi Wilson Group akan hancur dan Kakek tidak akan membiarkan aku memimpin Wilson Group."Ia berbalik pergi meninggalkan Viola yang menggertakkan gigi di belakangnya."Laura, apa yang sudah kamu lakukan pada Lucian-ku, dasar jalang!" Andai Laura ada di depannya, ia akan memukul wanita sialan itu!.."Ayah, Ibu...." Laura menyapa Seline dan Philip sopan di ruang tam
Semua orang terkejut dengan kata-kata Laura, kecuali Lucian. Dia menatap wanita itu tajam.Kakek Billy terlihat khawatir. “Laura, Lucian memang bersalah padamu dan dia sudah meminta maaf. Jika kamu masih tidak senang, biarkan dia berlutut padamu.”“Ayah, mengapa kamu memaksa Lucian sampai sejauh itu? Memangnya siapa Laura? Dia hanya anak angkat dan beruntung menikah dengan Lucian,” Seline kesal karena putranya dipaksa berlutut pada wanita yang dia remehkan.“Lucian, apa kamu akan berlutut atau tidak?” Kakek Billy mengabaikan protes Seline dan menatap Lucian tajam.“Ayah, Lucian hanya berselingkuh sekali. Ini bukan masalah besar. Semua pria di keluarga kaya melakukannya. Jika Lucian berselingkuh, pasti ada yang salah dari Laura!”“Diam! Ini pasti ajaranmu yang membuat Lucian menjadi orang yang tidak bermoral!” Kakek Billy membentak, membuat Seline terdiam dengan ekspresi kesal.Lucian mengepalkan tangannya, tidak mengalihkan pandangannya dari Laura.“Kakak, ini semua salahku! Aku akan
Menggigit bibir bawahnya, Laura berusaha menahan agar matanya tak berkaca-kaca di depan Lucian dan menggertakkan gigi. "Aku tidak berusaha menarik perhatianmu, aku sungguh-sungguh ingin bercerai!" Lucian mencengkram lehernya. "Aku memperingatkanmu, jangan menguji kesabaranku. Aku sudah mengatakan padamu, akulah yang akan mengajukan gugatan cerai. Aku yang akan menceraikanmu, apa kamu mengerti? Kamu tidak akan mengajukan gugatan cerai kecuali aku yang mengizinkanmu.” Laura memejamkan mata, berusaha menahan amarahnya. “Kamu tidak berhak mengaturku! Aku tidak bertahan dengan bajingan sepertimu.” Dia mendorong Lucian dengan sekuat tenaga. Lucian menekannya ke dinding, berbisik dengan suara mengancam di tangannya. “Kita tidak bercerai. Kamu yang lebih dulu menghianatiku.” Dia menarik napas dalam-dalam ketika aroma manis wanita membuainya, membangkitkan kenangan lama. saat dia tidak bisa melihat, hanya aroma wanita yang selalu memenuhi kegelapan hidupnya dan malam-malam intim yang merek
Viola panik dan cemas, air mata mengalir di pipinya saat dia menatap Laura. Kebencian memenuhi dadanya. Entah bagaimana, Laura telah memikat Lucian dan mengubah pria itu.“Baik, lakukan tes DNA. Aku akan membuktikan padamu bahwa anak ini adalah milikmu,” serunya pada Lucian.“Tidak perlu tes DNA.” Laura, yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara.Semua orang di ruang tamu menatapnya.“Aku percaya Viola hamil anak Lucian. Lagipula, aku tidak peduli apakah dia hamil anak Lucian atau tidak.”Lucian menatapnya dengan ekspresi gelap di wajahnya. “Laura, apa maksudmu?”“Lucian, aku sudah muak dengan semua drama perselingkuhan ini. Karena kamu begitu mencintai Viola, kamu bisa bersamanya. Aku nggak akan menghalangi kalian,” balas Laura dengan wajah tanpa ekspresi.Setelah mengatakan itu, dia menghadap Kakek Billy. “Kakek Billy, maaf telah mengecewakanmu. Aku sungguh nggak ingin mempertahankan pernikahan yang rusak ini. Aku akan segera mengurus perceraian kami. Selamat tinggal.”Tanpa menungg
“Kamu mabuk berat dan tidak ingat apa yang kamu lakukan. Kamu meneleponku untuk datang karena kamu merindukanku. Karena itu, aku mendatangimu di kamar hotel dan kamu... kamu menciumku dan meniduriku. Kamu berjanji akan menikahiku,” ujarnya, suaranya melemah di akhir kalimatnya.Lucian mengatupkan bibirnya dengan ekspresi keras wajahnya. Dia hanya mengingat terbangun di kamar hotel dengan Viola di sisinya saat dia berkunjung ke Korea.Laura menatap Viola dengan jijik, tidak ingin mendengar apa yang mereka lakukan di kamar hotel. Dia membiarkan semua drama itu berlangsung tanpa ada niat untuk mengatakan apa pun.Dia tidak akan menangis atau memohon seperti di kehidupan sebelumnya.“Lucian Wilson! Kamu binatang!” George meraung marah, mencengkeram kemeja Lucian. “Kamu sudah memperkosa putriku! Jika kamu nggak mau bertanggung jawab, aku akan menghancurkanmu dan menuntut keluarga Wilson!”“Oh, bagaimana kamu akan menuntut keluarga Wilson-ku...?” Tiba-tiba suara berat menyela. Semua orang
Laura berbalik memandang mereka dengan wajah tanpa ekspresi, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Lucian dengan cepat melepaskan pelukan Viola. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya dengan nada dingin. Viola tersenyum lembut sambil mengelus perutnya. “Lucian, aku hamil. Kita akan punya anak laki-laki.” Lucian terkejut, menatapnya tak percaya. “Bagaimana bisa? Aku nggak—” “Lucian, tiga bulan yang lalu kamu mengunjungiku di Korea. Kamu bilang kamu merindukanku dan kita….” Viola terdiam, wajahnya memerah malu menatap semua orang, terutama Laura. Semua orang bisa menebak kata-kata yang tak terlontar dari bibir Viola. “Kak Laura, maafkan aku. Aku dan Lucian saling mencintai, karena itu kami melakukannya. Aku… aku hanya nggak menyangka akan hamil. Tolong biarkan aku bersama demi anak ini….” “Viola, omong kosong apa yang kamu ucapkan?” desis Lucian, mencengkeram tangannya. “Anak itu pasti bukan milikku….” “Lucian!” Philip bangkit dari sofa dengan marah sambil menunjuk wajahnya. “Kamu
Cassie langsung menutup mulutnya, tersadar dengan mulutnya yang sangat longgar. Dia menampar mulutnya pelan dan menatap Laura cemas. “Laura, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membongkar identitasmu karena Windy sangat menyebalkan menuduhmu.”“Sudahlah ....” Laura berdiri dari kursinya dengan ekspresi dingin di wajahnya dan menatap Mia. “Mia, tolong bantu aku meminta izin pada dosen.” Dia menyimpan buku-bukunya ke dalam tasnya dan keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun.“Hah, dia pasti malu karena berbohong mengaku-ngaku sebagai istri Tuan Wilson. Teman-teman, dia tidak mungkin jadi istri Tuan Wilson. Dia hanya pelacur yang merayu pacar Viola.”Cassie tidak tahan dan menampar Windy. “Windy, apa kamu akan diam jika dipukul?”“Cassie, apa urusannya dengan kamu! Aku tidak menghina kamu!” bentak Windy sambil mengusap pipinya yang ditampar Cassie.“Aku hanya menyadarkanmu! Jika kamu menyebar fitnah dan mencemarkan nama Laura, kamu akan dituntut atas pencemaran nama baik! Apa kamu tidak be
“Nggak, kenapa kamu bertanya padaku?” “Jangan bohong!” Windy menggebrak mejanya dengan marah sambil menunjuk wajah Laura. “Amy ditangkap oleh sekelompok orang dan diperkosa. Kamu kan pelaku yang menyuruh orang-orang itu memperkosa Amy. Laura, kamu sangat keji!” Beberapa orang terkesiap mendengar ucapan Windy dan memandang Laura. “Serius? Laura menyewa sekelompok orang untuk memperkosa Amy? Itu sangat jahat sekali.” “Amy mungkin mengganggunya, tapi dia tidak perlu sampai menghancurkan hidup Amy.” “Aku pikir dia terlihat baik, ternyata dia sangat keji.” “Bagaimana dia bisa menghancurkan hidup teman sekelas kita begitu saja?” Mahasiswa di kelas itu berbisik-bisik memandang Laura dengan tatapan menghakimi. Laura tetap terlihat tenang. “Mengapa aku harus melakukan itu padanya? Apa aku pernah mengganggunya?” “Karena ... karena pacar Amy hanya memberimu pelajaran. Tapi kamu membalasnya dengan kejam sampai menyewa orang untuk memperkosa Amy! Kamu menghancurkan hidup Amy!” “Windy,
“Chris, jangan khawatirkan aku. Lucian tidak bisa melakukan apapun padaku. Tolong, jangan berkelahi dengan Lucian lagi.” “Aku hanya tidak ingin kamu dilukai oleh suamimu.” Laura menghela napas. “Aku sungguh tidak apa-apa. Lucian tidak bisa melukaku.” Jika dipikir-pikir, selama ini Lucian tidak pernah melakukan kekerasan apapun padanya. Pria itu hanya marah dan membentak, lalu pergi dengan marah. Chris menghela napas. “Syukurlah. Ngomong-ngomong, apakah suamiku salah paham padaku? Mengapa dia tampak sangat marah? Tatapannya saat itu seperti dia akan membunuhku.” Laura mengerucutkan bibirnya. “Endahlah. Dia lagi tidak waras.” Dia kemudian mengalihkan pembicaraan ke hal-hal lain tentang kuliah Chris dan bagaimana kehidupannya di luar negeri. Mereka mengobrol cukup lama tentang kehidupan Chris di luar negeri. Laura merasa kembali berkumpul dengan teman lamanya. Keesokan harinya, Laura mendapati Lucian tidak pulang ke rumah, begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Dia harus berboh
Laura menatap tak percaya pada udara kosong. “Dia sungguh nggak waras, kan?” bisiknya pada dirinya sendiri. Lucian dalam kehidupan ini jauh lebih sulit dimengerti dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja tanpa memberinya penjelasan dan mengebut di jalan raya? Perasaan khawatir mulai merasuki hatinya. Bagaimanapun, Lucian adalah papanya Amel, bukan? Bagaimana jika dia mengalami kecelakaan karena mengebut dalam keadaan marah dan membuat putrinya menjadi yatim?“Benar-benar nggak waras,” desis Laura kesal pada dirinya sendiri, merasakan kekhawatiran semakin membesar di dadanya. Dia menggigit kuku jarinya dan menyentuh bibirnya, yang seketika mengingatkannya pada ciuman panas dan brutal Lucian tadi dalam mobil. Masih terasa mati rasa di bibirnya.Ponsel di tasnya berdering. Laura mengambil ponselnya dan melihat ibunya menelepon. “Halo, Bu….”“Laura, kamu di mana?”“Aku di rumah. Bagaimana dengan Amel?”“Dia tidur saat ini. Ibu menelepon untuk memi
Jantung Laura serasa melayang merasakan kecepatan mobil sangat tinggi. Dia ketakutan mencengkeram pegangan mobil. “Lucian Wilson! Hentikan sekarang! Apa kamu ingin membunuh kita berdua?” Lucian tidak menanggapinya dan malah meningkatkan kecepatan mobil, menyelip di antara mobil-mobil lain dan menerobos lampu merah. Laura sangat ketakutan dan buru-buru memasang sabuk pengaman. Dia belum ingin mati saat ini. Baru saja terlahir kembali, dan dia tidak ingin mati untuk kedua kalinya. “Lucian, jika kamu memiliki masalah denganku, katakan saja sekarang!” Laura berseru cemas, merasakan degupan jantungnya yang semakin kencang. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di halaman rumah mereka. Degupan jantung Laura perlahan mereda karena mereka tiba dengan selamat, tanpa kecelakaan apa pun. Saatnya melampiaskan amarahnya pada Lucian. “Lucian Wilson—” Tapi Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Lucian tiba-tiba mendekat dan menciumnya di bibir. Ciumannya tidak lembut; itu menuntut
Lucian berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat. “Laura….” Suaranya begitu dingin sehingga membuat Laura menggigil. Raut wajahnya gelap dan berbahaya. “Sedang apa kamu dengan pria ini?” desis Lucian sambil mencengkeram lengan kirinya dengan kuat. Laura merintih dan menelan ludah, gugup menghadapi kemarahan Lucian, seolah dia tertangkap basah sedang berselingkuh. Dia merasa konyol merasa takut, padahal Lucian-lah yang berselingkuh dengan adik angkatnya. Dia menepis tangan Lucian dan berkata acuh tak acuh, “Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa urusannya denganmu?” "Teman lama?" Lucian menggertakkan gigi, memelototinya dan melirik pria berkacamata dengan ganggang perak sambil mengepalkan tangan. Pria itu, yang dia lihat dua tahun lalu mengantarkan Laura ke dokter kandungan. Dia ‘ayah kandung’ Amel. Lucian sangat marah hingga ingin menghancurkan sesuatu. Beraninya pria itu muncul setelah sekian lama. Yang membuatnya lebih marah, Laura terlihat begitu senang bertemu de