"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"
Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu. "Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya. Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga." Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi. Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara. Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya. Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya. Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan? Willy meneteskan air mata dan bergegas keluar tanpa peduli dengan martabatnya, hanya mengenakan jubah mandi. "Pergi, pergi, pergi ke ibukota! Siapkan jet pribadi untuk terbang ke Capital!" Supir keluarga Adams terkejut melihat Nyonya Adams, yang selalu dingin dan anggun, menjadi heboh dan kehilangan keanggunannya. "B-baik, Nyonya," meski bingung dan heran, sopir itu tetap menuruti keinginan Willy. Willy ingat dia memiliki tiga putra yang ada di Capital dan segera menelepon mereka. Dia memarahi ketiga putranya karena tidak mengetahui bahwa adik perempuan satu-satunya mereka ternyata berada di Capital. Dua puluh tahun yang lalu, keluarga Adams yang paling bergengsi di Capital berlibur di kota Fors dan kehilangan putri mereka yang berharga. Karena rasa bersalah, Willy tidak ingin meninggalkan kota Fors sampai mereka menemukan putri mereka. Siapa yang menduga bahwa putri mereka ditemukan di Capital? Ketiga putranya merupakan pengusaha elit paling muda dan tampan. Mereka sangat gembira mendengar akhirnya menemukan adik perempuan mereka. Mereka harus menahan omelan keji ibu mereka karena adik perempuan ditemukan tepat di wilayah kekuasaan mereka. "Ibu, Capital City dihuni jutaan manusia. Bagaimana kami bisa menemukan Laura di tengah jutaan orang?” "Cukup alasan kalian, cepat jemput ibu di Capital. Ibu sedang menuju ke bandara. Jangan dulu menemui adik kalian. Ibu harus yang pertama bertemu dengannya." "Ya, ya, ya, Bu. Aku akan mengirim sekretarisku menjemputmu. Akhirnya kamu kembali ke Capital." Willy mendengus dan menghapus air mata di sudut matanya setelah mengakhiri panggilan telepon. Dia mengambil tisu untuk membersihkan air matanya. Dia akhirnya sadar masih mengenakan jubah putih dari spa kecantikan dan wajahnya belum dibersihkan dari masker hijau. Dia bisa menakuti bayinya dengan penampilannya yang seperti ini. "Astaga, bagaimana penampilanku bisa mengerikan. Pak John, tolong berhenti di butik. Aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Jangan sampai aku menakuti putriku dengan penampilanku." "Baik, Nyonya." . . Laura bangun setelah beberapa jam tertidur. Ketika dia membuka mata, dia merasa pusing dan sekelilingnya dipenuhi dengan warna putih yang menyilaukan. Namun, tangannya tidak menangkap suara dan sangat sunyi. Jantungnya berdegup kencang meraba-raba telinganya dan hatinya mencelos. Dia masih menderita kehilangan pendengarannya. Dipenuhi kekecewaan, Laura tidak lupa dengan putrinya. Dia bangun dan mencari putrinya. "Amel ...." "Jangan khawatir, anakmu ada di sini." Sebuah suara di sebelahnya berkata. Jantung Laura berdegup kencang mendengar suara itu. Ternyata, dia belum tuli. Laura menoleh ke samping dan melihat seorang dokter tampak berusia empat puluhan tahun duduk di kursi di sebelah ranjangnya dengan Amel yang berusia dua tahun duduk di paha kanannya. Dokter itu tengah memberi makan bubur bayi pada putrinya. "Mama ...." Amelia menatapnya sambil tersenyum. Suaranya sangat manis dan menggemaskan. Sudah lama sekali Laura tidak mendengar suara putrinya hingga dia ingin menangis. Dia belum tuli! Laura terus mengulang kata-kata itu dalam benaknya. "Amel ...." Laura memandangnya dengan suara serak lalu menatap waspada pada dokter botak yang memangku putrinya. Dokter itu botak dan tinggi. Dia tampak aneh menggendong putrinya. "Jangan menatapku seperti itu. Aku bukan orang aneh. Hanya saja kamu sudah tertidur seharian dan tidak ada yang merawat putrimu. Jadi, aku memberinya makan. Aku takut anak ini akan jatuh sakit karena dia terus menangis saat kamu sakit dan tidak makan," kata Andrew menenangkan, melihat tatapan waspada di mata Laura. Apa dia terlihat seperti pria aneh? Andrew mengakui rambutnya botak karena mengalami kerontokan, tetapi wajahnya cukup ramah dan tampan di usia empat puluh tahun. Dia tidak terlihat mencurigakan atau seperti penculik anak! Dia harus mengenakan wig agar tidak menakuti keponakannya dan cucunya. Memandang antara Laura dan anak di pangkuannya, Andrew mendesah kagum. Amelia sangat mirip dengan Laura yang berusia tiga tahun saat hilang karena diculik. "Ah, terima kasih, Dokter." Laura tersenyum lega. "Apa kamu merasa haus? Lapar?" Andrew bertanya dengan penuh perhatian, mengambil segelas air untuk Laura. "Uhm, terima kasih, Dokter ...." Laura menerima gelas dari dokter itu dengan ekspresi bingung melihat perhatiannya. Dia menatap ke sekeliling, melihat dirinya dirawat di kamar VIP yang mewah. Apa Lucian atau keluarganya telah memindahkannya ke kamar VIP? pikirnya penuh harap. "Uhm, Dokter ... apakah keluargaku dan suamiku datang berkunjung?" "Suamimu? Tidak ada yang datang menjengukmu." Wajah Andrew cemberut. Dia tidak pernah melihat anggota keluarga atau suami Laura menjenguknya sejak dia dirawat di rumah sakit. Menurut perawat dan petugas ambulans, Laura lah yang menelepon mereka saat dia sakit, bukan suaminya atau anggota keluarganya. Hanya putri kecilnya yang berusia dua tahun yang menemaninya ke rumah sakit. Kondisi Laura saat itu sangat kritis. Jika tidak segera ditangani, dia mungkin menjadi tunarungu, bahkan yang lebih mengerikan adalah kematian. Ini menunjukkan ketidakpedulian suami Laura padanya! Tunggu sampai dia menyelidiki latar belakang Laura dan suaminya, dia akan memberi pelajaran kepada orang-orang itu atas pengabaian mereka terhadap Laura! "Ah, begitu ya," ekspresi Laura tampak kecewa. Andrew merasa iba karena keponakannya yang berharga sangat tidak dihargai oleh suami dan keluarganya. Jadi, dia tidak menahan diri dan membocorkan identitasnya. "Uhm, Laura .... aku Andrew Adams, pamanmu. Aku adik dari ayah kandungmu." "Hah?!" Laura membelalak tak percaya mendengar pengakuan pria itu. Dia yakin salah dengar atau pendengarannya tidak berfungsi lagi. Gugup dan khawatir membuat Laura syok, Andrew buru-buru menenangkannya. "Jangan panik. Ayah, ibu, dan kakak-kakakmu akan segera datang. Mereka akan senang bertemu denganmu. Mereka sangat mencintaimu."Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang?Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu.Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan
Khawatir? Aku mengkhawatirkan wanita itu?"Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Dia meninggalkan kamar rawat Laura setelah mendapat panggilan telepon dari kekasihnya.Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya ekspresi khawatir."Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?"Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa."Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?"Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi."Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya.Laura mengatur kata-kata saat menatap putrinya. "Amel, kalau Mama dan Papa berpisah, Amel mau tetap bersama Mama?""Apa itu pisah, Mama?""Pisah itu... Mama da
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering."Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya.Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!""Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura."Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah."Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya."Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya Andrew
"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak bisa melewati malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter."Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku.""Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia."Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu."Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura.Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus.Amelia telah menderita
"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering."Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya.Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!""Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura."Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah."Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya."Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya Andrew
Khawatir? Aku mengkhawatirkan wanita itu?"Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Dia meninggalkan kamar rawat Laura setelah mendapat panggilan telepon dari kekasihnya.Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya ekspresi khawatir."Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?"Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa."Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?"Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi."Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya.Laura mengatur kata-kata saat menatap putrinya. "Amel, kalau Mama dan Papa berpisah, Amel mau tetap bersama Mama?""Apa itu pisah, Mama?""Pisah itu... Mama da
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang?Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu.Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan
"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak bisa melewati malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter."Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku.""Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia."Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu."Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura.Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus.Amelia telah menderita