Share

7 Aku Bahagia bisa Melihatmu lagi

Alfonso langsung tersenyum di dalam kesakitannya karena kakinya dipatahkan oleh Thomas tadi. "Aku tidak akan memberi ampun kepada kalian!"

Lewat telepon, Alfonso langsung memberi perintah-perintah pada anak buahnya untuk mengeksekusi  rencana-rencananya untuk menangkap dan kalau perlu membunuh Daniel dan anak buahnya.

**

Sementara itu, Wilona nampak khawatir. "Kak, aku mencemaskan kamu, kak."

"Kenapa begitu?" tanya Daniel sambil mengusap rambut Wilona. Ini selalu dilakukan Daniel sejak dulu, setiap kali Wilona mencemaskan sesuatu.

Di masa lalu, sebenarnya kecemasan Wilona ini bukan berarti Wilona yang berada dalam keadaan terancam bahaya tetapi Wilona cemas karena Daniel yang terancam bahaya.

Saat Wilona tahu akan ada penganiayaan kepada Daniel, maka Wilona cepat-cepat menemui Daniel meminta Daniel untuk menjauh. Itu juga sempat dilakukan Wilona di saat penganiayaan terakhir yang akhirnya membuat Daniel menghilang.

Hanya saja kecemasan Wilona selalu dihadapi Daniel dengan tenang. Dia hanya mengusap rambut Wilona, dan sekarang ini, itu terjadi lagi.

"Kak, kenapa kamu seperti ini lagi?" tanya Wilona sambil menatap Daniel dengan mata indahnya.

"Seperti ini apa maksudmu?"

"Kamu selalu bersikap tenang seperti saat ini, saat aku mencemaskan kakak. Itu terjadi dulu dan sekarang ini, terjadi lagi. Saat aku khawatir akan keselamatan kakak sekarang ini karena kakak dan teman-teman kakak berani berbuat gaduh bahkan hingga memancing pertikaian dengan kepala polisi di kota ini."

"Aku harus melakukan itu, Wilona. Aku tidak mau kamu menikah dengan orang sebejat Richard. Aku sudah melihat daftar kejahatannya dan aku tidak rela gadis sebaik kamu menjadi istrinya."

"Aku juga pernah diberitahu oleh teman-temanku tentang kelakuan bejat Richard tapi aku tidak berdaya, kak. Mama dan papa menghendaki aku menikah dengan Richard, aku tidak berdaya. Aku sempat berharap kakak datang untuk menyelamatkan aku tapi kakak tidak datang."

Daniel tersenyum dan mengusap rambut Wilona. "Aku kan datang sekarang.  Maafkan aku. Aku menyesal, harusnya aku datang sejak awal. Aku pikir hal seburuk ini tidak akan terjadi padamu, aku pikir mama dan papamu akan menjagamu tapi ternyata itu tidak terjadi. Untung saja aku datang sebelum semuanya terlambat."

"Aku memang mengharapkan kakak datang tapi aku juga tidak berharap kakak mendapatkan kesulitan seperti ini. Aku pikir, kakak cuma akan menyelamatkan aku dari keluargaku tapi ternyata kamu malah menyelamatkan aku dan harus bertikai dengan kepala polisi kota ini. Uh, nampaknya hidup kakak tidak akan tenang. Kakak akan dipenjara. Dan itu karena aku. Huhuhu."

"Orang baik akan selalu dilindungi. Itu kan yang pernah kamu katakan kepadaku, Wilona. Itu juga yang membuat aku berhasil selamat dari penindasan yang kualami 3 tahun yang lalu."

"Penindasan dari kakak-kakakku, kan?"

"Iya, Wilona. Dari mereka."

"Maafkan aku, kak."

Daniel tertawa. "Kamu tidak salah apa-apa, Wilona. Yang salah itu kakak-kakakmu dan bukan kamu."

"Tapi, maafkan aku yang tidak maksimal menolongmu saat itu, sementara karena aku, sekarang ini aku melibatkan kamu dalam masalah besar."

Daniel tertawa semakin kencang. "Saat itu kamu hanya gadis kecil. Waktu itu mungkin umurmu masih 14 tahun. Apa yang bisa kamu lakukan di usia seperti itu? Tidak ada kan? Jadi, sudah baik kamu berusaha membela aku dan itu adalah sesuatu yang akan aku selalu ingat. Usahamu sudah cukup bagiku, Wilona."

"Oh iya, sebenarnya apa yang terjadi kepadamu, kak? Aku pikir kakak-kakakku telah membunuhmu, kak. Dan apa yang terjadi kepadamu selama 3 tahun ini dan mengapa kamu baru muncul sekarang?"

"Aku dibuang di sebuah tempat untuk dibiarkan mati dalam keadaan terluka parah karena aku terluka berat hingga nafas tinggal satu-satu oleh penganiayaan yang dilakukan kakak-kakakmu itu."

"Ya Tuhan. Jahat banget kakak-kakakku itu. Itulah yang sempat aku bayangkan. Aku melihat kakak dianiaya sampai kepayahan. Lalu apa yang terjadi?"

"Untunglah ada seseorang yang datang menolongku serta memberi obat untukku. Setelah itu, aku dibawa orang itu dan dia melatih aku supaya aku tidak bisa ditindas lagi dengan semena-mena seperti sebelumnya. Setelah itu, untuk membalas budi, aku mengerjakan sesuatu untuk orang itu. Karena itulah aku belum bisa menemuimu dan baru bisa menemuimu sekarang."

"Aku mengerti, kak. Nampaknya kakak dibimbing dengan baik karena itulah sekarang kakak jauh lebih jago dari sebelumnya. Dulunya kakak tidak bisa menghadapi pengeroyokan kakak-kakakku dan para security tapi sekarang kakak bisa menghadapi mereka dengan sangat baik. Dan aku yakin doaku berhasil membuat kakak melalui semua itu."

"Kamu berdoa untukku?"

"Setiap malam sebelum tidur, aku selalu memanjatkan doa supaya kakak selamat dan supaya aku bisa lagi bertemu lagi dengan kakak tapi tidak kusangka saat kita bertemu, aku malah menjerumuskan kakak dalam kesulitan yang lebih besar daripada kesulitan yang pernah ke kakak alami dulu."

"Aku bahagia bisa melihatmu, bisa bersamamu, karena itu aku tidak peduli dengan kesulitan yang aku hadapi sekarang."

"Tapi kakak bisa terancam dipenjarakan, kak."

"Hal itu mungkin terjadi dan mungkin saja tidak terjadi. Yang jelas, aku sangat bahagia karena aku bisa bersamamu. Itu saja."

Wilona menatap Daniel dengan mata indahny. "Aku ingin selalu disampingmu, kak. Semoga kakak bisa mengatasi masalah yang terjadi ini."

"Aku akan bisa mengatasi masalah ini. Aku berjanji, Wilona."

"Jen ... eh ... Daniel. Ada sebuah telepon untukmu," kata Thomas kepada Daniel dengan tatapan tajam seakan-akan ingin menegaskan kalau orang yang menelpon ini adalah seseorang yang penting.

Daniel menggangguk. Dia meminta Juno untuk berhenti di pinggir jalan. Saat ini mobilnya sudah berada di jarak sekitar 4 kilometer dari rumahnya Wilona.

Setelah itu, Daniel keluar dari mobil untuk menelpon. Dia tidak peduli dengan teriakan Wilona yang mencemaskan nasibnya. Wilona cemas kalau para polisi akan bisa mengejar kalau mobil dihentikan seperti ini.

Daniel segera menaruh handphone di telinganya. "Iya, pak?"

"Maaf, Jenderal Besar Raven. Ini kepala polisi, jenderal besar. Apakah betul seperti kata asisten Anda kalau Anda terlibat dalam pertikaian dengan Mayjen Alfonso, anak buahku di kota Auburn?"

"Iya, pak dan aku minta supaya kamu segera menjernihkan hal ini. Aku tidak ingin militer dan kepolisian bertikai."

"Aku tidak berani, jendral besar.Pastilah anak buahku itu yang lancang kepadamu. Maafkan aku dan nanti aku akan menindak anak buahku itu, menghukum dia karena dia berani mengganggu anda, jenderal besar."

"Jangan seperti itu. Jangan sebutkan namaku. Aku datang ke kota Auburn ini dengan penyamaran. Dia tidak tahu tentang aku sampai aku bertikai dengannya jadi jangan beritahu soal aku kepadanya. Hanya saja, segera tarik dia dari kota ini karena dia bertindak sewenang-wenang kepada orang sipil saat aku menyamar sebagai orang sipil."

"Baik, jendral besar. Aku akan melakukan perintahmu. Sekarang juga aku akan menarik diri dari kota itu dan bahkan akan memecat dia karena bertindak sewenang-wenang pada warga sipil."

"Oke dan jangan katakan kepada anak buahmu itu kalau dia bertikai denganku karena aku dalam misi penyamaran, suatu misi rahasia negara. Kamu harus pegang ini."

"Baik, jenderal besar. Aku tidak akan mengungkit-ungkit nama anda, aku cuma akan menarik anak buahku itu dari segala tugasnya."

"Oke lakukan itu."

**

Di tempat lain, Alfonso sudah menelpon bawahannya, "bagaimana dengan pasukan kita? Apakah pasukan kita terus bergerak?"

"Pesawat tempur militer kita sudah menyerang kita, jenderal. Walaupun tidak mengenai mobil-mobil kita tapi merupakan ancaman bagi kita. Apa yang akan kita lakukan, jenderal?"

"Serang mereka! Aku yakin kalau pesawat militer itu bukan pesawat militer kita tetapi pesawat militer kita sedang disabotase pihak negara lain. Jadi, serang mereka!"

"Jenderal."

"Ada apa?"

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status