Fang menyeringai dan karena dia tahu kalau waktunya mungkin tidak banyak, dia langsung menerkam Lidya.Gerry langsung berontak, berusaha melepaskan diri dari ikatannya tapi, tidak bisa. Sejak beberapa waktu yang lalu, Gerry sudah dipasang lakban di mulutnya karena dia sempat mengancam akan membunuh Johnny, karena itu, saat akhirnya Lidya benar-benar berada dalam keadaan terancam bahaya seperti ini, dia tidak bisa berteriak.Gerry cuma bisa berontak, tubuhnya berusaha lepas dari ikatan. Tangannya yang diborgol ke belakang membuat dia tidak bisa melepaskan diri. Tali yang mengikat borgol membuat Gerry tidak bisa mendekati posisi Lidya yang sedang terancam bahaya.Fang berusaha membuka baju Lidya. Lidya melawan dengan cara mengambil laptop untuk dia pukulkan ke arah Fang.Kepala plontos milik Fang dipukul oleh Lidya dengan laptop. Sayangnya laptop ini cukup berat bagi Lidya dan Fang sempat menggeser kepalanya sehingga pukulan laptop itu tidak cukup menyakitkan bagi Fang.Tapi, pukulan in
Kurt agak curiga melihat sikap Lee Lien Chieh kepadanya. Tapi, dia menjawab juga pertanyaan Alvin. “Ehm … Megumi … dia … ada di ruangannya, sang kaisar.”“Aku bukan tanya dia dimana. Aku tanya bagaimana permainannya. Begitu?” tanya Alvin lagi sambil melotot.“Permainan? Aku tidak mengerti, sang kaisar.” Kurt menatap bengong ke arah Alvin sementara Lee Lien Chieh tertawa semakin kencang.“Bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu untuk mengejar Ken, hah?” Alvin mendelik ke arah Kurt.“Aku … aku … aku segera mencarinya, sang kaisar.” Kurt membalikkan tubuhnya untuk menuju ke arah pintu.“TIDAK PERLU! Aku sudah bicara dengan Ken. Sekarang kamu dengarkan rekaman suara ini.” Alvin memberi isyarat kepada Lee Lien Chieh untuk memberikan handphone milik Romel kepada Kurt.Kurt mulai mendengarkan rekaman suara itu dan wajahnya berubah-rubah saat mendengar rekaman suara yang kebanyakan memperdengarkan suaranya Joune itu.Kurt mengerling ke arah Lee Lien Chieh yang kembali tertawa padanya.
Suara keras yang terdengar ini, bukan lah berasal dari kaca jendela pecah tempat Silvia masuk tadi yang saat ini sedang diawasi Gerry dan bukan juga berasal dari tangga yang sedari tadi sedang diawasi oleh Silvia, tapi berasal dari pintu yang berada di sisi berbeda dari tangga maupun dari kaca jendela yang pecah.Pintu itu terbuka dan walaupun agak terlambat, tapi Silvia langsung menembak ke arah pintu itu. Seorang amak buahnya Johnny yang masuk dari pintu itu, langsung menjadi sasaran tembakannya Silvia, tapi, di saat bersamaan Gerry berteriak karena melihat seseorang yang memegang senjata api, muncul dari jendela kaca yang pecah.Silvia mendengar teriakan Gerry itu sehingga dia langsung menembak ke jendela kaca itu dan sukses menembak musuh yang muncul dari sana tapi, di saat yang hampir bersamaan, Silvia berteriak kesakitan karena lengannya sudah ditembak oleh anak buahnya Johnny lainnya yang muncul lewat tangga.Walaupun tertembak di lengan kanannya hingga senjata apinya yang dia
"Karena kamu adalah jaminan kami supaya Master Wing tetap bekerja untuk kami," jawab Johnny dari balik tembok."Percaya padaku kalau Master Wing kan tetap kerja untuk kalian," kata Lidya."Aku tidak bodoh. Aku tidak akan melepaskan kamu pergi. Mereka boleh pergi. Tapi kamu tidak. Ini keputusan terakhirku dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.""Baiklah." Setelah itu, Lidya mendekati Silvia."Aku tidak akan pergi tanpa kamu, Nona Lidya," tegas Silvia tanpa menatap Lidya. Karena Silvia masih sedang mengawasi tangga.Silvia sudah mendengar pembicaraan antara Lidya dan Johnny tadi. Karena itu, Silvia yang tidak setuju kalau dirinya harus pergi meninggalkan Lidya, langsung bicara mengungkapkan penolakannya."Tapi lukamu parah, Silvia. Kamu bisa kehabisan darah.""Apa sebelumnya Nona Lidya pernah melihat orang yang terluka karena terkena peluru?""Belum, sih.""Nah. Nona tidak tahu, kan? Luka ini tidak seberapa, nona. Darahku tidak keluar banyak, apalagi sekarang ini, lukanya sudah berhenti men
Lidya ketakutan. Dia teringat akan percakapan dia dengan Ken tadi lewat email. Ini berarti entah bagaimana caranya tapi percakapan yang dia lakukan dengan Ken, telah berhasil disadap oleh Johnny di luar sana.“A … aku.” Lidya tergagap. “Tapi, Master Wing berjanji untuk tetap terus membantu perusahaanmu. Itu kan yang penting di sini. Iya kan?”“Ya. Itu memang yang paling penting. Tapi, aku tidak suka dengan orang yang bermain gila, berusaha untuk menjebakku. Aku paling tidak suka hal itu. Apalagi saat aku sudah berjanji padamu untuk melepaskan kamu setelah Master Wing banyak membantu kami.” Tatapan Johnny terlihat marah ke arah Lidya sehingga Lidya mulai ketakutan.“Maafkan aku. Maafkan aku.”Johnny tertawa dingin kemudian dia berkata, “karena itu, aku putuskan untuk tidak mengikuti janjiku itu.”“Come on, Johnny. Aku sudah membantumu membujuk Master Wing untuk menolongmu yang sedang susah karena perusahaan-perusahaanmu bermasalah. Terus, dari pihak kamu yang lebih dulu bermasalah. Dia
Lidya berteriak histeris saat dia melihat Silvia ditembak berkali-kali hingga tembakan kedua membuat Silvia jatuh dari kapal. Lidya yang sebelumnya tajut untuk bergerak, kini menjadi kalap, dia menyerang Johnny sambil menyambar walkie talkie yang berada di atas meja.Walkie talkie ini sempat ditemukan Lidya di lemari dan hendak Lidya pakai untuk menghubungi polisi tapi karena kehabisan daya, maka, Lidya tidak jadi memakainya dan dia biarkan di dekat laptop. Kini, dia meraih benda ini untuk dia hantamkan ke wajah Johnny.Anak buahnya Johnny yang baru saja kocar-kacir setelah ditembak Silvia tadi, masih sedang memperhatikan teman mereka yang tertembak sehingga mereka lengah, sehingga dengan mudah Lidya berhasil mendekati Johnny.Johnny juga masih memperhatikan pintu, memperhatikan Silvia yang baru terjatuh sehingga dia tidak memperhatikan kedatangan Lidya.Hanya satu orang yang memperhatikan aksi Lidya dan dia adalah Gerry. Gerry juga memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan diri. B
Lidya semakin tidak berdaya, cekikan di lehernya sangat kuat. Dua tangannya berusaha mencakar tangan kuat Johnny ini, tapi seiring cekikan Johnny semakin kuat, kesadaran Lidya semakin hilang.Tiba-tiba terdengar suara keras. Pintu keluar terbuka dan seseorang masuk dari sana. Johnny sangat kaget. Dia terpaksa menghentikan aksinya, dia meninggalkan Lidya sambil berteriak-teriak meminta bantuan.Setelah Johnny melepaskan cekikan di leher Lidya, barulah Lidya bisa bernafas. Lidya terbatuk-batuk saat akhirnya dia berhasil menghirup oksigen kembali.Johnny segera menuju pintu yang tembus dengan bagian dalam kapal, memanggil anak buahnya sambil mencari senjata. Ada dua buah pintu di kapal ini. Yang pertama adalah pintu yang langsung terarah ke luar, ke geladak kapal dan yang kedua adalah pintu yang tembus ke bagian dalam kapal.Orang yang baru masuk datang mendekati ranjang dan sempat terpaku dalam kesedihan saat melihat Lidya. “Lidya, kamu tidak apa-apa?”Lidya masih terbatuk-batuk tapi di
Saat Ken kembali menghadapi ancaman tembakan lawan, sebenarnya Ken sudah siap untuk melakukan cara yang sama seperti sebelumnya. Ken sudah siap untuk menepis peluru yang datang dengan tongkat bisbol di tangannya.Ken sudah siap untuk mementalkan peluru yang datang supaya kejadian seperti sebelumnya bisa terjadi lagi, dimana peluru-peluru itu akan memantul yang pada akhirnya akan kembali mengenai si penembak.Tapi, gerakan Lidya yang tiba-tiba melompat ke arah Ken, justru membuat rencana Ken menjadi kacau. Ken tidak bisa melakukan gerakan memutar tongkat bisbol untuk mementalkan peluru, karen agerakan itu membutuhkan tenaga kuat yang nantinya tenaga itu akan bisa mengenai tubuh Lidya sendiri yang sedang mendatangi Ken dan Ken tidak mau mencelakai Lidya.Karena itu, Ken terpaksa melempar tongkat bisbolnya ke depan dengan asal-asalan, menghentikan aliran tenaga dalamnya agar supaya tidak mengenai Lidya dan melompat untul menyambut tubuh Lidya.Ken langsung menutup tubuh Lidya dengan tubu