Suara keras yang terdengar ini, bukan lah berasal dari kaca jendela pecah tempat Silvia masuk tadi yang saat ini sedang diawasi Gerry dan bukan juga berasal dari tangga yang sedari tadi sedang diawasi oleh Silvia, tapi berasal dari pintu yang berada di sisi berbeda dari tangga maupun dari kaca jendela yang pecah.Pintu itu terbuka dan walaupun agak terlambat, tapi Silvia langsung menembak ke arah pintu itu. Seorang amak buahnya Johnny yang masuk dari pintu itu, langsung menjadi sasaran tembakannya Silvia, tapi, di saat bersamaan Gerry berteriak karena melihat seseorang yang memegang senjata api, muncul dari jendela kaca yang pecah.Silvia mendengar teriakan Gerry itu sehingga dia langsung menembak ke jendela kaca itu dan sukses menembak musuh yang muncul dari sana tapi, di saat yang hampir bersamaan, Silvia berteriak kesakitan karena lengannya sudah ditembak oleh anak buahnya Johnny lainnya yang muncul lewat tangga.Walaupun tertembak di lengan kanannya hingga senjata apinya yang dia
"Karena kamu adalah jaminan kami supaya Master Wing tetap bekerja untuk kami," jawab Johnny dari balik tembok."Percaya padaku kalau Master Wing kan tetap kerja untuk kalian," kata Lidya."Aku tidak bodoh. Aku tidak akan melepaskan kamu pergi. Mereka boleh pergi. Tapi kamu tidak. Ini keputusan terakhirku dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.""Baiklah." Setelah itu, Lidya mendekati Silvia."Aku tidak akan pergi tanpa kamu, Nona Lidya," tegas Silvia tanpa menatap Lidya. Karena Silvia masih sedang mengawasi tangga.Silvia sudah mendengar pembicaraan antara Lidya dan Johnny tadi. Karena itu, Silvia yang tidak setuju kalau dirinya harus pergi meninggalkan Lidya, langsung bicara mengungkapkan penolakannya."Tapi lukamu parah, Silvia. Kamu bisa kehabisan darah.""Apa sebelumnya Nona Lidya pernah melihat orang yang terluka karena terkena peluru?""Belum, sih.""Nah. Nona tidak tahu, kan? Luka ini tidak seberapa, nona. Darahku tidak keluar banyak, apalagi sekarang ini, lukanya sudah berhenti men
Lidya ketakutan. Dia teringat akan percakapan dia dengan Ken tadi lewat email. Ini berarti entah bagaimana caranya tapi percakapan yang dia lakukan dengan Ken, telah berhasil disadap oleh Johnny di luar sana.“A … aku.” Lidya tergagap. “Tapi, Master Wing berjanji untuk tetap terus membantu perusahaanmu. Itu kan yang penting di sini. Iya kan?”“Ya. Itu memang yang paling penting. Tapi, aku tidak suka dengan orang yang bermain gila, berusaha untuk menjebakku. Aku paling tidak suka hal itu. Apalagi saat aku sudah berjanji padamu untuk melepaskan kamu setelah Master Wing banyak membantu kami.” Tatapan Johnny terlihat marah ke arah Lidya sehingga Lidya mulai ketakutan.“Maafkan aku. Maafkan aku.”Johnny tertawa dingin kemudian dia berkata, “karena itu, aku putuskan untuk tidak mengikuti janjiku itu.”“Come on, Johnny. Aku sudah membantumu membujuk Master Wing untuk menolongmu yang sedang susah karena perusahaan-perusahaanmu bermasalah. Terus, dari pihak kamu yang lebih dulu bermasalah. Dia
Lidya berteriak histeris saat dia melihat Silvia ditembak berkali-kali hingga tembakan kedua membuat Silvia jatuh dari kapal. Lidya yang sebelumnya tajut untuk bergerak, kini menjadi kalap, dia menyerang Johnny sambil menyambar walkie talkie yang berada di atas meja.Walkie talkie ini sempat ditemukan Lidya di lemari dan hendak Lidya pakai untuk menghubungi polisi tapi karena kehabisan daya, maka, Lidya tidak jadi memakainya dan dia biarkan di dekat laptop. Kini, dia meraih benda ini untuk dia hantamkan ke wajah Johnny.Anak buahnya Johnny yang baru saja kocar-kacir setelah ditembak Silvia tadi, masih sedang memperhatikan teman mereka yang tertembak sehingga mereka lengah, sehingga dengan mudah Lidya berhasil mendekati Johnny.Johnny juga masih memperhatikan pintu, memperhatikan Silvia yang baru terjatuh sehingga dia tidak memperhatikan kedatangan Lidya.Hanya satu orang yang memperhatikan aksi Lidya dan dia adalah Gerry. Gerry juga memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan diri. B
Lidya semakin tidak berdaya, cekikan di lehernya sangat kuat. Dua tangannya berusaha mencakar tangan kuat Johnny ini, tapi seiring cekikan Johnny semakin kuat, kesadaran Lidya semakin hilang.Tiba-tiba terdengar suara keras. Pintu keluar terbuka dan seseorang masuk dari sana. Johnny sangat kaget. Dia terpaksa menghentikan aksinya, dia meninggalkan Lidya sambil berteriak-teriak meminta bantuan.Setelah Johnny melepaskan cekikan di leher Lidya, barulah Lidya bisa bernafas. Lidya terbatuk-batuk saat akhirnya dia berhasil menghirup oksigen kembali.Johnny segera menuju pintu yang tembus dengan bagian dalam kapal, memanggil anak buahnya sambil mencari senjata. Ada dua buah pintu di kapal ini. Yang pertama adalah pintu yang langsung terarah ke luar, ke geladak kapal dan yang kedua adalah pintu yang tembus ke bagian dalam kapal.Orang yang baru masuk datang mendekati ranjang dan sempat terpaku dalam kesedihan saat melihat Lidya. “Lidya, kamu tidak apa-apa?”Lidya masih terbatuk-batuk tapi di
Saat Ken kembali menghadapi ancaman tembakan lawan, sebenarnya Ken sudah siap untuk melakukan cara yang sama seperti sebelumnya. Ken sudah siap untuk menepis peluru yang datang dengan tongkat bisbol di tangannya.Ken sudah siap untuk mementalkan peluru yang datang supaya kejadian seperti sebelumnya bisa terjadi lagi, dimana peluru-peluru itu akan memantul yang pada akhirnya akan kembali mengenai si penembak.Tapi, gerakan Lidya yang tiba-tiba melompat ke arah Ken, justru membuat rencana Ken menjadi kacau. Ken tidak bisa melakukan gerakan memutar tongkat bisbol untuk mementalkan peluru, karen agerakan itu membutuhkan tenaga kuat yang nantinya tenaga itu akan bisa mengenai tubuh Lidya sendiri yang sedang mendatangi Ken dan Ken tidak mau mencelakai Lidya.Karena itu, Ken terpaksa melempar tongkat bisbolnya ke depan dengan asal-asalan, menghentikan aliran tenaga dalamnya agar supaya tidak mengenai Lidya dan melompat untul menyambut tubuh Lidya.Ken langsung menutup tubuh Lidya dengan tubu
"Tiga.“ Jari ketiga dari anak buahnya Johnny yang sedang datang mendekati dengan berdiri sudah terangkat sebagai tanda kalau mereka bertiga akan segera menyerang Ken.Tapi, mereka tidak tahu kalau Ken sudah bersiap sejak tadi. Ken yang sebelumnya sempat tidak bisa menggunakan kekuatannya, kini sudah kembali bisa menggunakan kekuatannya.Ken sudah tahu gerakan ketiga orang yang mendatanginya ini dan dia sudah bersiap untuk menghadapi mereka.Saat ke tiga anak buahnya Johnny ini baru saja hendak maju mendekati posisinya Ken untuk menembak Ken, dengan cepat telah merampas senjata api di tangan anak buahnya Johnny yang datang dengan cara berjongkok.Setelah itu, dengan cepatnya, Ken gunakan senjata api itu untuk menembak ke 3 arah. Ken melakukan 3 tembakan beruntun sepersekian detik lebih cepat dari gerakan lawan. Tidak ada satu pun dari 3 orang itu yang berhasil menembak karena mereka sudah duluan tertembak karena kalah cepat oleh kecepatan gerakan yang dilakukan Ken tadi.Setelah itu, K
Saat ini, Ken hanya membawa satu buah senjata api yang dia ambil dari salah satu anak buahnya Johnny yang tadi dia bunuh. Ken memegang senjata apinya yang terisi penuh oleh peluru ini dan mulai mendengar suara nafas setiap musuh di atas sana.Ada 4 orang yang berada di atas. Dari hembusan nafas mereka, Ken sudah tahu dimana saja posisi mereka dan dia tahu kalau sedikit saja kepalanya terlihat menaiki tangga, maka dia akan segera menjadi sasaran empuk 4 orang itu.Ken tidak takut, tapi, Ken lebih memilih untuk tidak terkena tembakan lawan. Karena itu, Ken mulai mengatur strategi terbaik untuk menghabisi musuh tanpa perlu terkena tembakan lawan.Saat ini, Ken masih berada di anak tangga ketiga dari tangga menuju ke lantai atas. Bagian atas dari tangga ini terbuka. Kalau dia naik dua anak tangga lagi, maka, kepala Ken akan terlihat oleh mereka yang berada di atas dan pastinya akan langsung menjadi sasaran tembakan lawan dan Ken tidak mau hal itu terjadi.Karena itu, Ken mulai fokus denga