"Perdana menteri, dengan adanya kesaksian dari mata-mata ini sebaiknya kalian kembali berembuk jangan coba-coba mengambil keputusan sendiri. Ingat! Parlemen itu terdiri dari banyak orang, kamu jangan mengambil keputusan sendiri tanpa rapat antar sesama kalian! Ingat itu!" kata Shichenko sambil menatap tajam kearah Gerga."Iya, jenderal. Aku akan segera mengajak para anggota parlemen untuk berembuk." Setelah berkata seperti itu, Gerga kembali membalikkan tubuhnya untuk melakukan rapat dengan anggota parlemen.Saat parlemen melakukan rapat, anggota Dewan Militer nampak tersenyum-senyum, mereka masih sangat bangga dengan kata-kata dari Mordo tadi tentang ketakutan dari para petinggi militer Krimea akan kebangkitan militer Hawking dibawah pimpinan Jendral Besar Raven yang mengguncang dunia itu.Sementara Mordo masih menunggu di tengah panggung, ada 1 buah kursi yang dibawa oleh staf di gedung ini kepada Mordo yang sebelumnya berdiri untuk duduk di tengah panggung menantikan hasil rapat da
"Kamu dimana?" tanya Wilona lirih."Aku di Krimea. Aku beberapa kali menelponmu tapi handphone-mu selalu tidak aktif," jawab Jenderal Besar Raven."Mereka sempat merampas handphoneku, Daniel. Tetapi untunglah, saat ini, mereka kembali membolehkan aku memegang handphoneku.""Syukurlah. Aku minta maaf padamu, Wilona.""Untuk apa?""Karena aku gagal menolongmu hingga kamu jatuh ke tangan Pangeran Darius.""Aku tidak menyalahkanmu, Daniel. Aku yakin kalau kamu sudah berusaha sekuatnya untuk menolongku, tapi, keadaan berkehendak lain.""Sekarang ini aku berada di Krimea. Kamu ada di mana, Wilona?"Aku di istana Keluarganya Darius, Daniel, tetapi syukurlah, sampai saat ini, dia tidak mengapa-apakan diriku.""Baguslah. Dia memang pernah berjanji kepadaku kalau dia tidak akan menyentuhmu hingga dia menikahimu dan itu akan dia dilakukan dalam 1 minggu ini.""Yah. Itulah yang dia katakan kepadaku. Dia bilang, dia ingin menikahiku dalam satu minggu ini. Tetapi aku berjanji kepada diriku sendiri
"APA YANG KAMU INGINKAN? PERGI?!!" teriak Wilona sambil menyambar sebuah asbak di atas meja, asbak yang terbuat dari kaca. Asbak itu langsung dia pegang dengan kedua tangannya dan siap untuk diayunkan kepada Darius yang berusaha mendekatinya.Darius tersenyum dan berkata, "jangan khawatir, sayangku. Aku tidak akan pernah tega menyakitimu. Lagipula, aku menghormatimu. Karena itu, aku baru akan melakukannya saat kita sudah resmi menikah.""Lalu kenapa kamu mendekatiku?""Aku mendekatimu ini, hanya untuk supaya aku bisa melihat wajahmu dengan jelas sebelum aku meninggalkan kamu karena aku selalu merindukan wajahmu. Wajah cantik jelita yang selalu membuatku terpesona."Setelah berkata seperti itu, Darius membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar meninggalkan Wilona sendirian.Wilona langsung menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Dia sangat lega karena Darius belum melakukan kekerasan atau belum berusaha mencoba untuk melakukan pelecehan kepadanya.**Di tempat lain, Jenderal Besar Raven m
"Aku tidak ingin merusak masa depan prajuritku sendiri, perdana menteri. Aku yang mengajari mereka untuk mempertahankan negara ini, karena itu, mereka tidak perlu ikut denganku karena aku akan pergi ke perang yang mustahil aku menangkan.""Hahaha. Baguslah kalau kau mengerti.""Kalau aku mau, aku bisa mengajak 80 persen prajurit disini untuk mengikutiku tapi, aku tidak bisa melakukannya, aku tidak ingin membiarkan mereka melawan konstitusi negara ini, apalagi, harus ada yang menjaga negeri ini dari tangan pengkhianat yang bisa menghancurkan negeri yang kami cintai ini." Jenderal Besar Raven menatap tajam ke arah Gerga.Untuk sejenak, Gerga memalingkan wajahnya setelah itu dia berbalik dan berkata, "baguslah, jenderal, kalau kamu tidak mengajak mengajak bekas anak buahmu untuk mengikutimu. Aku bilang bekas, karena saat kamu tetap pada rencanamu untuk berperang menghadapi Krimea, maka otomatis kamu sudah dipecat dari militer negeri ini. Ingat itu, jenderal," kata Gerga sambil kembali me
"Aku tahu kalau kalian ingin sekali mengikuti aku ke medan perang. Aku tahu kalau kalian ingin sekali menghadapi musuh kita bersama-sama. Aku tahu kalau kalian ingin berada di bawah pimpinanku untuk terakhir kalinya tetapi aku bukan pergi ke medan perang di mana ada kesempatan untuk menang tapi aku pergi ke medan perang di mana kesempatan untuk menang sama sekali tidak ada."Setelah itu, Jenderal Besar Raven terdiam sambil menatap satu-satu ke arah sekitar 300 orang anggota pasukan Klan Naga Api yang memiliki keluarga.Jenderal Besar Raven juga meminta 3000 prajurit dan perwira yang mengikutinya untuk mengaku.Kalau di antara mereka ada yang sudah berkeluarga, maka mereka harus bergabung dengan anggota klan Naga Api yang sudah berkeluarga.Setelah menghela nafas, Jenderal Besar Raven kembali melanjutkan kata-katanya, "Karena kalian memiliki keluarga, aku tidak akan ijinkan kalian untuk mengikutiku. Tapi, masih ada harapan bagi kalian untuk nanti membantu kami.""Bagaimana caranya, je
"Mereka adalah pasukan khusus negara Krimea. Jumlah mereka 8000 orang, kita tidak boleh memandang remeh mereka," kata Jenderal Besar Raven sambil menatap ke arah depan.Dia menatap ke arah pasukan Krimea yang menunggu mereka di perbatasan ibukota Krimea ."Siap, jenderal. Kami menunggu petunjukmu, jenderal." Vigo sangat tenang karena Vigo tahu, dimana ada Jenderal Besar Raven, maka kemenangan akan bisa diraih. Apalagi lawan yang mereka hadapi di depan nanti sana itu, tidaklah terlalu banyak.Sejenak Jenderal Besar Raven mengedarkan pandangannya ke samping kiri dan dia melihat di samping kiri, di sana ada sebuah bukit kecil dan pepohonan dan di atas bukit kecil itu ada tertancap dua buah bendera yaitu bendera Krimea dan juga bendera Kerajaan Krimea."Bilang kepada mobil-mobil yang lain untuk jalan berjejer sambil bersiaga hingga menuju ke arah perbatasan ibukota. Aku akan segera berlari di belakang mobil-mobil yang berjajar untuk naik ke bukit itu, setelah turun dari bukit itu, aku aka
"Jebakan? Jebakan bagaimana maksudmu?" tanya Jenderal Besar Raven."Aku melihat lewat drone-ku kalau mereka menggali parit dengan cepat. Parit untuk mereka bersembunyi. Parit-parit itu berada di sisi kiri dan sisi kanan sementara teman mereka yang lain nampaknya akan berjaga di tengah, menunggu di satu lokasi sebagai pemancing bagi kalian saat berhadapan dengan mereka sementara orang-orang di parit itu yang kemungkinan akan menghabisi kalian dari sayap kanan dan kiri," jawab Mathias."Jadi berapa jumlah mereka yang berada di parit-parit?""Orang-orang yang sedang bersembunyi di parit-parit itu kemungkinan ada sekitar 2500 orang sementara 7 ribuan orang lainnya yang menunggu kalian di mobil-mobil untuk berhadapan face-to-face dengan kalian.""Oke, tunjukkan padaku lokasinya. Lokasi parit-parit itu.""Oke, bro."Setelah menunggu beberapa saat, Jenderal Besar Raven berhasil mendapatkan lokasi tepatnya di mana parit-parit itu berada. Setelah mempelajari lokasinya, Jenderal Besar Raven mul
Baru saja Vigo berhasil menembak sekitar 7 musuh, tiba-tiba Vigo mulai menjadi sasaran tembakan dari hampir semua pasukan musuh yang berada di belakang Jenderal Besar Raven itu sehingga Vigo harus jumpalitan beberapa kali dan masuk ke semak belukar agar supaya terhindar dari tembakan-tembakan musuh.Untunglah, di saat yang berbahaya bagi Jenderal Besar Raven itu, anak buahnya yang sudah datang dengan mobil-mobil mereka, langsung menembak dengan gencar ke arah belakang Jenderal Besar Raven untuk melindungi Jenderal Besar Raven dari serangan-serangan sehingga Jenderal Besar Raven bisa tetap fokus menembak ke arah sasaran yang sejak tadi dia tembak.Karena lawannya terbagi fokusnya, Vigo kembali bangkit berdiri dari balik semak belukar dan menembak ke arah pasukan musuh sehingga saat ini pasukan musuh yang berada di belakang Jenderal Besar Raven ini ditembak dari dua arah, dari depan dan dari arah belakang.Bahkan belakangan teman-teman Jenderal Besar Raven sudah masuk ke dalam parit sup