"Pangeran Darius," tanya Wilona."Iya, Pangeran Darius tiba-tiba menghubungi ayah dan dia ingin melamar kamu sebagai istrinya," jawab Frans."Ini apa hubungannya dengan penyakit Ayah? Apa hubungannya dengan pendonor yang meminta kita datang ke negeri ini apa hubungannya, ayah?" Wilona mendelik ke arah Frans dan Norma."Sebenarnya ayahmu tidak sakit, Wilona. Ayahmu hanya pura-pura sakit dan tidak ada pendonor. Yang ada hanyalah Pangeran Darius yang sebentar lagi akan menjadi suamimu," Timpal Norma sambil tersenyum simpul.Pernyataan yang memang sudah diduga oleh Wilona sejak tadi itu, tetap saja membuat Wilona terpukul. Dia tidak menyangka kalau Ayahnya akan menipunya seperti ini. "Jadi, ayah tidak sakit? Ayah sama sekali tidak sakit?""Kamu harus berbahagia, Wilona karena ayahmu tidak sakit. Apakah kamu suka ayahmu sakit, hah!" Norma mendelik ke arah Wilona."Ini bukan soal sakitnya Ayah, ibu. Tentu saja sebagai anak aku sangat senang kalau Ayahku tidak apa-apa tapi ini adalah penipua
Sebuah kilatan sinar tiba-tiba memancar ke arah Jenderal Besar Raven dan Jenderal Besar Raven langsung merasakan nafasnya berat karena terkena kilatan sinar ini.Jenderal Besar Raven langsung tahu kalau kilatan yang sedang mengancamnya saat ini berasal dari sebuah senjata yang luar biasa kuat yang tidak bisa dianggap remeh dan tidak bisa dia biarkan baju perangnya menghadapi serangan kilat ini.Karena itu, Jenderal Besar Raven segera menghindar ke samping kiri saat kilatan yang ternyata adalah sebuah pedang bersinar menerpa dirinya.Pedang bersinar adalah senjata khas dari ahli jedo yang merupakan jago-jago perang dari masa lalu dari sebuah negeri yang bernama GalacticosNegeri Galacticos itu sudah hancur karena perang saudara di antara mereka di masa ratusan tahun yang lalu. Hanya tinggal tersisa sedikit orang yang berasal dari negeri itu yang karena negerinya sudah hancur, kemudian bertualang ke berbagai negara menjadi jago-jago untuk berbagai negara dengan imbalan bayaran yang pant
Kalau sebelumnya Satria Jedo ini hanya melakukan serangan tidak dengan sepenuh tenaga sehingga saat Pedang Sinar-nya mengenai tembok maka tembok hanya mengalami garis-garis yang tidak terlalu dalam maka sekarang semuanya berbeda.Setelah Satria Jedo itu mengerahkan tenaganya lebih kuat maka tembok-tembok di sekeliling yang terkena pedang Sinar itu bisa terbelah seperti kue yang di sabet oleh pisau rotiTembok yang begitu kokoh itu, terbelah saat merasakan sabetan Pedang Sinar, hingga sepertinya tembok itu tembok itu seakan terbuat dari bahan yang sangat lembek sehingga bisa menghasilkan lubang saat disabet oleh pedang Sinar di tangan Satria Jedo itu.Sekarang ini, Jenderal Besar Raven semakin menyadari kekuatan pedang Sinar di tangan musuhnya ini.Walaupun selama ini Jenderal Besar Raven sudah banyak kali mendengar tentang kehebatan pedang Sinar tapi baru sekarang inilah dia melihat dengan mata kepala sendiri akan kengerian yang dihasilkan oleh pedang Sinar itu.Jenderal Besar Raven t
Tanpa ampun lagi, Jenderal Besar Raven langsung menancapkan belati di tangannya ke dada Satria Jedo untuk memastikan kematian Satria Jedo itu.Karena Jenderal Besar Raven khawatir kalau dia tidak memastikan kematian Satria Jedo ini maka Satria Jedo itu akan menggunakan perang Sinar di tangannya untuk balas menusuk Jenderal Besar Raven.Sebelum efek dari gelang penolak baja dari Jenderal Besar Raven itu habis, maka Jenderal Besar Raven harus menghabisi Satria Jedo itu sebelum dia balik menghabisi Jenderal Besar Raven.Karena itu, Jenderal Besar Raven memutar gagang belati di tangannya yang ujungnya sudah masuk menancap ke dada Satria Jedo, ini dilakukan Jenderal Besar Raven untuk memastikan kematian Satria Jedo.Karena itu sebelum Satria Jedo berhasil kembali menguasai tangannya yang memegang pedang sinar itu, nyawanya sudah keluar dari tubuhnya, meninggalkan raganya.Tangan Satria Jedo itu sempat bergerak, bermaksud untuk kembali menyerang Daniel saat efek dari gelang penolak baja sud
Jenderal Besar Raven segera berlari menuju ke arah lorong sebelah dengan menggunakan pintu kecil yang baru dia lihat ini.Sebenarnya Jenderal Besar Raven tidak hafal dengan lorong-lorong di benteng kota Ninewa ini tetapi Jenderal Besar Raven cuma menggunakan telinganya untuk mencari tahu dari mana asalnya suara pertempuran itu berasal.Ternyata Jenderal Besar Raven tembus di sebuah ruangan cukup luas di mana dia melihat ada beberapa orang yang sedang menembak ke arah depan sana.Jenderal Besar Raven segera mengenali baju perang yang dipakai orang-orang di dalam ruangan ini, karena baju perang ini adalah baju perang pasukan Fandor.Karena itu, tanpa menunggu waktu lagi, tanpa menunggu lebih lama lagi, Jenderal Besar Raven langsung maju menyerang pasukan Fandor yang berada di tempat ini.Tembakan demi tembakan menyambut Jenderal Besar Raven saat Jenderal Besar Raven mendekati prajurit Fandor di ruangan ini.Karena Jenderal Besar Raven sempat berhadapan dengan pedang Sinar dan Bahkan dia
Terdengar suara orang berdatangan dari atas tangga, ini membuat Jenderal Besar Raven harus menghentikan kegiatannya untuk menambah peluru di megasin peluru senjata rampasannya ini.Kemudian Jenderal Besar Raven mulai bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Moncong senjatanya langsung diarahkan ke arah tangga di mana terdengar beberapa langkah kaki sedang menuruni tangga.Tapi kemudian saat langkah-langkah kaki itu semakin mendekati anak tangga terbawah, tiba-tiba langkah-langkah kaki itu tidak terdengar lagi.Jenderal Besar Raven tahu kalau sesuatu akan terjadi, karena itu, secara refleks Jenderal Besar Raven langsung melompat ke arah kanan sambil menembak ke arah musuh yang berada di tangga.Perkiraan Jenderal Besar Raven memang terjadi karena ternyata musuh-musuh yang berada di tangga itu sengaja menghentikan langkahnya karena mereka mulai mengintip dari balik tembok tangga untuk mulai menembak ke arah bawah, ke arah Jenderal Besar Raven.Jenderal Besar Raven tidak
Saat sudah berada di lantai 2, Jenderal Besar Raven mendengar suara seseorang keluar dari sebuah pintu sambil membawa sebuah benda yang sekali Jenderal Besar Raven lihat, dia langsung tahu kalau itu adalah sebuah detonator.Itu adalah sebuah detonator bom dan orang yang membawa deternator itu nampak tersenyum ke arah Jenderal Besar Raven. "Jenderal Besar Raven, akhirnya kita bertemu.""Siapa kamu?" tanya Jenderal Besar Raven sambil mulai memperkirakan di mana saja tempat bom berada di lantai 2 ini karena melihat sikap orang di depan itu yang terlihat sangat percaya diri maka Jenderal Besar Raven tahu kalau kemungkinan besar ada bom di lantai 2 ini."Aku adalah seorang ahli Bom di militer negara Faktor. Pada setahun yang lalu kamu membunuh adikku yang menjadi salah satu prajurit di batalyon 76 negaraku."Mendengar itu, Jenderal Besar Raven bisa melihat kalau ada dendam sedalam lautan dalam diri prajurit di depannya yang sedang membawa detonator itu. Jenderal Besar Raven tahu kalau ada
Akhirnya tubuh Wilona mencapai dasar tapi dia sangat kaget karena ternyata dia tidak mencapai dasar yang keras tetapi dia mencapai dasar yang empuk.Ternyata beberapa prajurit istana, sejak tadi sudah membawa kasur tebal dan siap-siap mereka taruh di bawah tempat Wilona berada.Mereka sudah mendapatkan perintah dari komandan mereka untuk menolong calon istri pangeran Darius, karena itu mereka terus mengikuti ke mana arah Wilona berada hingga akhirnya saat Wilona terjatuh ke bawah, mereka sudah menyiapkan kasur empuk untuk tempat Wilona jatuh.Ada rasa lega di hati Wilona karena dia tidak tewas setelah terjatuh dari lantai 3 di atas sana. Tapi juga ada rasa sesal karena sekarang ini dia telah berada di bawah todongan banyak perwira dan prajurit pengawal Pangeran Darius yang kini sedang mengelilinginya dan menatapnya dengan tatapan mengancam.Karena Wilona tahu kalau dia adalah calon istri pangeran, karena itu, dia tahu kalau para prajurit ini tidak akan bisa leluasa memegang tangannya