Jenderal Besar Raven segera berlari menuju ke arah lorong sebelah dengan menggunakan pintu kecil yang baru dia lihat ini.Sebenarnya Jenderal Besar Raven tidak hafal dengan lorong-lorong di benteng kota Ninewa ini tetapi Jenderal Besar Raven cuma menggunakan telinganya untuk mencari tahu dari mana asalnya suara pertempuran itu berasal.Ternyata Jenderal Besar Raven tembus di sebuah ruangan cukup luas di mana dia melihat ada beberapa orang yang sedang menembak ke arah depan sana.Jenderal Besar Raven segera mengenali baju perang yang dipakai orang-orang di dalam ruangan ini, karena baju perang ini adalah baju perang pasukan Fandor.Karena itu, tanpa menunggu waktu lagi, tanpa menunggu lebih lama lagi, Jenderal Besar Raven langsung maju menyerang pasukan Fandor yang berada di tempat ini.Tembakan demi tembakan menyambut Jenderal Besar Raven saat Jenderal Besar Raven mendekati prajurit Fandor di ruangan ini.Karena Jenderal Besar Raven sempat berhadapan dengan pedang Sinar dan Bahkan dia
Terdengar suara orang berdatangan dari atas tangga, ini membuat Jenderal Besar Raven harus menghentikan kegiatannya untuk menambah peluru di megasin peluru senjata rampasannya ini.Kemudian Jenderal Besar Raven mulai bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Moncong senjatanya langsung diarahkan ke arah tangga di mana terdengar beberapa langkah kaki sedang menuruni tangga.Tapi kemudian saat langkah-langkah kaki itu semakin mendekati anak tangga terbawah, tiba-tiba langkah-langkah kaki itu tidak terdengar lagi.Jenderal Besar Raven tahu kalau sesuatu akan terjadi, karena itu, secara refleks Jenderal Besar Raven langsung melompat ke arah kanan sambil menembak ke arah musuh yang berada di tangga.Perkiraan Jenderal Besar Raven memang terjadi karena ternyata musuh-musuh yang berada di tangga itu sengaja menghentikan langkahnya karena mereka mulai mengintip dari balik tembok tangga untuk mulai menembak ke arah bawah, ke arah Jenderal Besar Raven.Jenderal Besar Raven tidak
Saat sudah berada di lantai 2, Jenderal Besar Raven mendengar suara seseorang keluar dari sebuah pintu sambil membawa sebuah benda yang sekali Jenderal Besar Raven lihat, dia langsung tahu kalau itu adalah sebuah detonator.Itu adalah sebuah detonator bom dan orang yang membawa deternator itu nampak tersenyum ke arah Jenderal Besar Raven. "Jenderal Besar Raven, akhirnya kita bertemu.""Siapa kamu?" tanya Jenderal Besar Raven sambil mulai memperkirakan di mana saja tempat bom berada di lantai 2 ini karena melihat sikap orang di depan itu yang terlihat sangat percaya diri maka Jenderal Besar Raven tahu kalau kemungkinan besar ada bom di lantai 2 ini."Aku adalah seorang ahli Bom di militer negara Faktor. Pada setahun yang lalu kamu membunuh adikku yang menjadi salah satu prajurit di batalyon 76 negaraku."Mendengar itu, Jenderal Besar Raven bisa melihat kalau ada dendam sedalam lautan dalam diri prajurit di depannya yang sedang membawa detonator itu. Jenderal Besar Raven tahu kalau ada
Akhirnya tubuh Wilona mencapai dasar tapi dia sangat kaget karena ternyata dia tidak mencapai dasar yang keras tetapi dia mencapai dasar yang empuk.Ternyata beberapa prajurit istana, sejak tadi sudah membawa kasur tebal dan siap-siap mereka taruh di bawah tempat Wilona berada.Mereka sudah mendapatkan perintah dari komandan mereka untuk menolong calon istri pangeran Darius, karena itu mereka terus mengikuti ke mana arah Wilona berada hingga akhirnya saat Wilona terjatuh ke bawah, mereka sudah menyiapkan kasur empuk untuk tempat Wilona jatuh.Ada rasa lega di hati Wilona karena dia tidak tewas setelah terjatuh dari lantai 3 di atas sana. Tapi juga ada rasa sesal karena sekarang ini dia telah berada di bawah todongan banyak perwira dan prajurit pengawal Pangeran Darius yang kini sedang mengelilinginya dan menatapnya dengan tatapan mengancam.Karena Wilona tahu kalau dia adalah calon istri pangeran, karena itu, dia tahu kalau para prajurit ini tidak akan bisa leluasa memegang tangannya
Di dalam ruangan besar yang merupakan ruangan utama di benteng Kota Ninewa ini, Jenderal Besar Raven melihat banyak sekali prajurit yang sudah berlutut sementara senjata-senjata mereka sudah ditaruh di lantai"Kami menyerah, Jenderal Besar Raven. Kami tidak mau lagi bertempur. Sebelum ini, prajurit Fandor yang sebelumnya berada di luar perbatasan, merekalah yang menginginkan perlawanan ini sementara kami tidak lagi ingin melawan. Sejak setahun yang lalu, kami sudah takluk akan kehebatanmu Jenderal Besar Raven," kata salah seorang di antara mereka yang memperkenalkan dirinya sebagai walikota dari kota Ninewa ini.Terdengar teriakan susul menyusul di antara ribuan orang yang berada di ruangan ini yang menyerukan hal yang sama yaitu mereka sudah menyerah.Mereka nampaknya betul-betul sudah takluk kepada Jenderal Besar Raven.Mendengar teriakan semua orang ini dan melihat senjata-senjata mereka yang sudah dilepas ke tanah tanda menyerah, maka Jenderal Besar Raven segera menelpon anak buah
"Siap, jenderal. Dan sebenarnya sejak beberapa menit yang lalu, aku sudah menyiapkan semuanya. Batalyon utama kita sudah siap tempur untuk menuju ke negara Krimea. Aku sendiri yang akan memimpin batalyon itu, jenderal," tegas Brigjen Brian.Jenderal Besar Raven bisa melihat kesungguhan hati Brigjen Bryan yang ingin bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan Brigjen Brian walaupun sebenarnya itu juga tidak bisa dibilang kesalahan karena nyawa puluhan ribu prajurit berada di dalam keputusan yang dilakukan oleh Brigjen Bryan waktu itu.Tapi mengingat akan keselamatan Wilona, maka Jenderal Besar Raven hanya bisa menghembuskan nafas berat. Dia sangat khawatir akan keselamatan Wilona.**Di tempat lain, mata Wilona berbinar-binar dengan nafas yang terengah-engah saat dia berlari semakin mendekati gerbang istana.Para penjaga gerbang cuma bisa berada di pinggir-pinggir gerbang, mereka tidak berani menyentuh tubuh Wilona karena mereka takut akan kemarahan pangeran Darius, karena itu Wilon
Setelah itu, terjadi hiruk pikuk di bandara udara Kota Ninewa ini yang sudah dipenuhi oleh banyak sekali prajurit militer Negara Hawking yang baru saja memenangkan perang dengan Negara Fandor."Kami akan ikut denganmu, Jenderal Besar Raven!""Kami besertamu, Jenderal Besar Raven!""Kami akan maju ke medan perang dimanapun itu bersamamu, Jenderal Besar Raven.""Kami tidak takut asal bersamamu, Jenderal Besar Raven."Itulah teriakan-teriakan dari para prajurit Negara Hawking yang sejak 1 menit belakangan ini sudah mendengar tentang keinginan Jenderal Besar Raven untuk menyerang negara Krimea seorang diri.Para prajurit yang baru saja memenangkan perang melawan negara Fandor, tidak rela membiarkan jenderal besar kebanggaan mereka harus maju seorang diri di dalam perang, karena itu, mereka langsung berteriak-teriak dan bahkan banyak di antara mereka yang langsung bergerak menuju ke arah pesawat-pesawat angkut militer."Tapi pada saat itulah Brigjen Christophorus yang baru saja mendapatkan
"Pesawat tempur musuh baru saja berdatangan, jenderal. Kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya. Radar militer kita baru saja menangkap mereka baru saja keluar dari markas militer mereka," kata Brigjen Brian kepada Jenderal Besar Raven.Jenderal Besar Raven tidak ingin jatuh korban banyak di kalangan para prajuritnya yang berada di pesawat-pesawat angkut militer ini, dia juga tidak ingin mengorbankan pesawat tempur militernya yang tinggal tersisa 7 buah itu.Karena itu, Jenderal Besar Raven berkata, "perintahkan kepada semua pilot pesawat angkut kita untuk segera mencari tempat untuk mendarat. Mendarat di mana saja, kalau perlu di jalan raya.""Baik, jenderal."Jenderal Besar Raven tahu kalau posisi pesawatnya sekarang ini sudah memasuki wilayah negara Krimea, karena itu dia mengambil keputusan untuk segera mendarat bersama pasukannya."Beritahu juga kepada pilot pesawat tempur kita untuk segera kembali ke wilayah Hawking. Mereka bisa habis kalau masih berada di atas sana. Mungkin s