Share

Bab 6

Author: Gunung Api
Tiba di tempat parkir, dari kejauhan Delis melihat mobil Lincoln hitam yang paling mewah terparkir tidak jauh darinya.

Asisten juga melihat Delis, dia segera turun dari mobil untuk membukakan pintu kepadanya.

Begitu duduk di dalam mobil, Delis melihat pria di kursi belakang yang mengenakan setelan jas hitam.

Kelven menyebarkan pesona pria dewasanya yang begitu memikat sehingga membuat orang sulit untuk menolak.

Namun, Delis seolah-olah tidak melihatnya dan langsung duduk dengan patuh di sampingnya.

Delis melihat orang di sebelahnya, sepertinya sudah melupakan pertengkaran mereka sebelumnya.

Kelven mengernyit dan terdengar suara lembutnya, “Kamu nggak pergi seminar?”

Kelven tidak melihatnya dari atas panggung.

Delis lebih cantik dari mahasiswa lainnya, tidak peduli di mana pun dia berada, Kelven selalu bisa menemukannya hanya dengan satu pandangan.

Namun, dia tidak melihat Delis di aula kampus hari ini.

Delis memalingkan kepala dan melihat ke luar jendela, sengaja tak melihat ke arah Kelven. Delis menjawab, “Nggak pergi.”

“Kenapa nggak pergi?”

“Orang yang mau cerai denganku pasti nggak mau melihatku.”

“Hm???”

Kelven mengernyit dan tersenyum getir.

Kelven mengangkat tangannya dan merangkul Delis. “Masih marah?”

Delis menjauhkan tangan pria itu. “Pak Kelven, tolong jaga batasan dirimu.”

Kelven terdiam, “ … “

Kenapa wanita kecil ini seperti seekor landak yang penuh dengan duri?

Kelven memaksa untuk meraih tubuhnya, dengan lembut menghiburnya, “Jangan marah lagi, aku bahkan sudah datang menjemputku di kampus.”

Delis sangat berpendirian, dia kembali menjauhkan tangan pria itu dan berbalik membelakanginya. “Datang menjemputku? Kamu datang untuk menghadiri seminar.”

“Lalu, kamu tahu nggak kenapa aku datang menghadiri seminarnya?”

“Mana kutahu.”

“Kalau nggak tahu, jangan asal bicara. Jangan pasang muka datar seperti itu lagi, ayo sini balik dan lihat aku.”

Kelven kehabisan kesabaran.

Sejak kapan Kelven pernah begitu memanjakan orang?

Delis malah semakin tidak menghiraukannya.

Delis masih merasa sangat tak senang, tetapi menghadapi Kelven yang begitu angkuh, terkadang dirinya benar-benar hanya bisa menuruti semua yang dikatakannya.

Delis berbalik sambil menundukkan kepalanya, sangat sedih dan hampir menangis.

Kelven melihat ekspresinya yang begitu menyedihkan, perasaan sayang timbul di hatinya.

Kelven mengangkat tangannya dan merangkulnya ke dalam pelukannya. Dengan lembut menghiburnya, “Sudahlah, lupakan saja yang sudah berlalu. Delisku jangan bersedih lagi.”

“Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Kamu bahkan sudah memutuskannya.”

Bahkan mengatakan bahwa pernikahan ini harus berakhir, kenapa sekarang Kelven tiba-tiba begitu lembut?

Apakah Kelven menganggap Delis seperti anak kucing atau anak anjing yang hanya cukup dengan dihibur begitu saja?

“Kalau kamu nggak mau cerai sekarang, kita nggak perlu cerai sekarang. Aku nggak pernah mengatakan bahwa kita harus bercerai sekarang.”

Kelven menggendongnya duduk di atas pangkuannya, menepuk-nepuk punggungnya sambil berkata dengan tak berdaya,

“Delis, jangan menangis lagi. Sudah begitu dewasa masih perlu aku hibur?”

“Siapa yang bilang aku butuh dihibur? Lepaskan aku, aku bisa duduk sendiri.”

Delis bersikeras untuk turun dari pangkuannya.

Ekspresi Kelven tiba-tiba menjadi muram, memeluknya dengan erat. “Jangan buat aku marah.”

Delis melihat pria tua itu. Melihat ekspresi wajahnya yang muram, dia tidak berani lagi melawan.

Akhirnya, dia hanya bisa bersandar di dada pria itu dengan kesal.

Delis menjelaskan kejadian pada hari itu, “Hari itu bukan aku yang mencari masalah dengan perempuan itu, dia yang datang … “

“Kejadian yang sudah berlalu bairlah berlalu, nggak perlu dibahas lagi.”

Kelven memotong pembicaraannya, hanya ingin diam-diam memeluknya dengan lembut.

Delis tidak terima, dia melanjutkan, “Jelas-jelas perempuan itu yang datang ke kampusku dan mencariku … “

“Delis, sudah kubilang jangan bicarakan lagi.”

Dengan tegas dan dingin, Kelven memotongnya lagi.

Delis terdiam, menegakkan tubuhnya dan menatapnya dengan mata terbelalak.

Kelven juga menatapnya dengan wajah yang dingin dan muram.

“Mulai sekarang, kamu nggak boleh mencarinya lagi, apalagi memukulnya. Perceraian denganku nggak ada hubungannya dengan dia. Kalau kamu nggak senang, bisa melampiaskannya padaku.”

Delis terdiam, “ … “

Sepertinya Kelven masih lebih peduli dengan perempuan itu.

Rasa sakit di dada Delis, seperti ada pisau yang menusuk.

Delis melepaskan pria itu dengan marah, duduk di samping dan melihat keluar jendela. Sepanjang perjalanan, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Kelven juga tidak lagi menghiraukannya.

Setelah tiba di rumah, melihat Delis tidak mau turun dari mobil, masih dengan wajah penuh kekesalahannya.

Kelven mencoba mendekat dan menggendongnya.

Delis sangat emosional. Dia menghempas tangan Kelven dan melompat keluar dari mobil dan langsung masuk ke rumah.

Kelven hanya bisa mengikutinya di belakang dengan tak berdaya.

Saat makan malam, hanya mereka berdua di meja makan. Tetapi, Delis tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya fokus pada makanannya.

Setelah selesai makan, Delis kembali ke kamarnya, berpura-pura membaca buku.

Kelven juga tidak menghiraukannya, dia pergi ke ruang kerja dan kerja sebentar. Ketika jam sepuluh malam, dia baru masuk ke kamar.

Kelven mandi dan mengenakan handuk, kemudian berdiri di samping tempat tidur. Melihat Delis masih sibuk membaca, dia merangkak ke atas tempat tidur dan mengambil buku dari tangannya.

Delis tahu apa yang ingin dilakukan Kelven.

Dengan mata memerah, Delis bertanya, “Kami menganggapku apa? Hanya sebuah alat untuk mengusir kesepian saja?”

Tadinya Kelven bermaksud untuk menciumnya.

Bagaimanapun, sejak pulang dari perjalanan bisnis, mereka belum pernah berhubungan intim.

Sudah sekitar dua puluh hari.

Namun, ketika mendengar kata-kata perempuan di depannya, Kelven tiba-tiba kehilangan minat.

“Delis, mau sampai kapan kita harus bertengkar seperti ini?”

Jika bukan karena Kelven peduli dan memanjakannya, tidak ada wanita di dunia ini yang berani menunjukkan wajah muram di depannya.

Kesabaran Kelven ada batasnya.

Melihat Kelven marah, Delis semakin sedih.

“Aku hanya mau tanya, bagimu aku ini apa? Istrimu atau bukan? Kalau memang istrimu, kenapa kamu malah mau cerai dan menikahi orang lain?”

“Aku nggak mau ribut samamu, tapi hatiku nggak enak.”

“Kelven, kamu tahu betapa menderitanya aku beberapa hari ini? Pernahkah kamu memikirkan perasaanku?’

Delis tak mengerti, Kelvin bahkan ingin bercerai dengannya, mengapa masih melakukan ini padanya.

Kelven tidak menjawab.

Melihat Delis menangis lagi, perasaan Kelven terasa campur aduk.

Kelven langsung menarik Delis ke dalam pelukannya, lalu mengubah nada bicaranya menjadi lembut,

“Maaf, ini salahku.”

“Aku nggak mau maaf darimu, aku hanya mau kamu menjauh dari wanita itu. Jangan cerai denganku, kita bisa hidup bersama dengan baik.”

Delis tidak tahan dan menangis lagi.

Kesedihan yang telah ditahan selama beberapa hari akhirnya meledak.

Melihat Delis menangis, perasaan Kelven terasa seperti tersayat.

Kelven memeluknya dengan erat dan menghiburnya, “Sudah sudah, kita nggak akan bercerai.”

Delis tampak sedikit terkejut, dia mengangkat kepalanya dan melihatnya dengan mata berkaca-kaca. “Benarkah?”

“Hm.”

Kelven memeluknya dengan erat, perasaannya bercampur aduk.

Tiba-tiba, terdengar suara Bibi Siti dari luar pintu kamar, “Pak Kelven, apakah bapak sudah tidur?

Kelven masih tetap memeluk orang dalam pelukannya, kemudian menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar dan menjawab, “Ada apa?”

“Pak Kelven, seorang gadis bernama Herli datang. Dia ada di bawah dan mengatakan ingin bertemu denganmu.”

Kelven mengernyit, tidak mengerti mengapa Herli datang sekarang.

Kelven bersiap untuk berdiri dan mengenakan pakaiannya.

Delis juga tak menyangka bahwa wanita itu begitu tak tahu malu untuk datang lagi.

Tentu saja, yang lebih membuat Delis marah adalah pria di sampingnya ini.

Setelah tahu bahwa wanita itu datang, Kelven langsung melepaskan pelukannya dan hendak turun ke bawah.

Dengan mata memerah, Delis melihat pria yang sedang mengganti pakaian dan bertanya, “Bagaimana rencanamu untuk menghadapinya?”

“Aku akan turun dulu, kamu tidur dulu saja.”

Bagaimana mungkin Delis bisa tertidur.

Delis ingin melihat apa tujuan wanita tak tahu malu itu datang ke sini.

Dan melihat bagaimana Kelven menangani masalah ini.

Kelven mengenakan pakaian rumahan, berdiri tegak dan melangkah menuruni tangga. Saat dia melihat ke arah sofa di ruang tamu, langsung melihat wanita yang duduk di sana.

Herli juga melihatnya.

Herli segera berdiri dan menyambutnya, berpura-pura dengan wajah lembutnya. “Kelven, apakah aku mengganggu waktu istirahatmu?”

Kelven menuruni dua anak tangga lagi dan berdiri di depan Herli. Dia menjawab dengan sedikit datar, “Tidak, kenapa kamu datang jam segini?”

“Tadinya aku sudah tidur jam sembilan, tapi setiap kali aku tertidur, aku selalu bermimpi tentang kecelakaan itu. Aku takut, aku nggak berani tinggal sendirian di rumah, jadi aku datang mencarimu.”

“Kelven, kamu nggak keberatan, ‘kan?”

Dengan wajah yang begitu sedih, Herli menatap pria gagah di depannya. Dia yakin, begitu dia menyebut kecelakaan itu, pria itu tidak akan menolaknya.

Itu adalah hutang Kelven padanya.

Kelven pantas menggunakan seluruh hidupnya untuk menebus kesalahan itu.

“Nggak keberatan.”

Wajah tampan Kelven tak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya menoleh melihat Bibi Siti dan berkata, “Siapkan kamar tamu untuknya.”

Bibi Siti mengangguk dan pergi.

Kelven melewati Herli dan menuju ruang tamu. Lalu dengan penuh perhatian bertanya, “Perjalanan yang begitu jauh, lapar nggak? Mau makan?”

Melihat bahwa sikap Kelven selalu begitu lembut padanya, Herli tersenyum sambil berjalan mendekat ke arahnya.

“Aku nggak lapar, hanya nggak bisa tidur saja. Bagaimana kalau kita berdua ngobrol saja?”

Herli duduk di sebelah Kelven.

Kelven menuangkan segelas air untuk Herli. Ketika hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba melihat ke arah tangga dan melihat Delis berdiri di sana.

Related chapters

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 7

    Delis juga melihat dua orang yang duduk di ruang tamu.Meskipun sangat membenci wanita itu, Delis bahkan tidak ingin melihatnya sekejap mata pun.Namun, melihat wanita itu datang dan ingin merebut suaminya, bagaimana mungkin dia bisa duduk diam tanpa melakukan apa-apa?Mencoba merebut suaminya di depan mata dirinya? Mustahil.Delis melangkah turun tangga tanpa mengenakan alas kaki.Kelven melihat tubuh Delis yang kurus, mengenakan gaun tidur tipis dengan tali bahu, begitu menawan dan menggoda.Namun, kedua kaki mungilnya yang putih itu tidak mengenakan alas kaki. Tiba-tiba, Kelven mengernyit dengan tidak senang, berkata,“Kenapa nggak pakai alas kaki?”Delis tak menghiraukannya, dia berusaha menahan kemarahannya, melangkah lurus menuju Kelven.Herli juga melihat Delis yang sedang mendekat.Melihat dia mengenakan pakaian tipis dan tak memakai alas kaki, wajah mungilnya dipenuhi dengan ekspresi polos dan menyedihkan.Tiba-tiba, Herli merasa bahwa untuk menghadapi wanita ini, mungkin dipe

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 8

    Herli tak menduga Kelven akan mengusirnya.Apakah karena wanita liar itu tak suka dengan keberadaannya, sehingga Kelven jadi harus mengikuti keinginannya?Mimpi.Dengan hati penuh ketidakpuasan, Herli menatap pria tampan di depannya, dengan sangat penuh bersalah, dia berkata,“Kelven, kamu merasa aku sudah mengganggu kalian?”“Bukan begitu, aku hanya merasa ini kurang pantas.”“Apa yang kurang pantas? Kamu hanya perlu menganggap dia sebagai alat untuk melahirkan anak, nggak perlu ada perasaan padanya.”Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Kelven menjadi serius.Kelven memandang Herli, suaranya terdengar datar, “Herli, setiap wanita yang melahirkan anak adalah sosok yang hebat. Apalagi dia sangat berarti bagiku.”“ … ”Melihat Kelven tiba-tiba marah, Herli memiliki firasat yang tak baik.Mendengar apa yang dikatakan Kelven, Herli semakin terkejut.Apakah pria ini benar-benar jatuh cinta pada Delis?Tidak.Semua yang dimiliki Delis saat ini adalah milik dirinya, Herli.Mereka hanya m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 9

    Melihat tatapan dingin dari Kelven, Delis merasa harinya terasa seperti ditusuk jarum.Jadi, Kelven mengira dirinya yang mendorong Herli?Konyol.Pria yang tidur satu ranjang dengannya, malah tak percaya dengan dirinya.Delis menahan perasaan sedih dalam hatinya, teringat dengan bayi di dalam perutnya, dia turun ke lantai bawah untuk makan.Sepanjang hari ini, dia tak keluar rumah.Terus menerus memegang ponsel dan mencari informasi tentang menjaga anak di internet…Di rumah sakit.Herli dipindahkan dari ruang gawat darurat ke ruang perawatan.Kelven menemui dokter yang merawat Herli dan bertanya beberapa informasi.Dokter melaporkan dengan jujur, “Pasien mengalami luka yang serius, terutama di kepala. Ada risiko kehilangan penglihatan dan juga patah tulang kaki kanan. Mungkin harus duduk di kursi roda untuk beberapa waktu.”Kelven keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk, menuju ke arah ruangan Herli.Dia memang sudah berhutang budi pada Herli dan sekarang malah terjadi m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 10

    Setelah makan malam, Kelven mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke rumah sakit.Delis mengikutinya di belakang, lalu dengan suara pelan berkata, “Kelven, bolehkah aku ikut denganmu? Tenang saja, aku nggak bakal masuk ke ruangan, aku hanya menunggu di depan pintu saja.”Delis penasaran, ingin meihat seberapa parah luka wanita itu.Rasakan itu, salah dia sendiri.Kelven berbalik dan menatap wanita di depannya, dengan suara rendah dia menjawab, “Aku mungkin nggak pulang malam ini. Kamu pergi juga nggak ada gunanya. Istirahat saja di rumah.”“Kamu mau menemaninya semalaman?”“ … “Kelven tidak menjawab, tetapi tatapan matanya yang tajam ke arah Delis sudah menjelaskan semuanya.Tiba-tiba Delis merasa hatinya terasa perih.Namun, Delis tak lagi membuat keributan. Setelah melihat Kelven pergi, dia duduk sendirian di sofa ruang tamu yang sepi, perasaannya terasa berat seperti ditimpa batu yang besar.Di rumah sakit.Ketika Kelven datang, Herli sudah bangun.Herli sedang duduk di tempat t

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 11

    Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 12

    Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 13

    Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”“Aku nggak lapar.”Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”“Iya.”Kelven tidak menyangkal.“Kalau begi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 14

    Delis sulit tidur sepanjang malam.Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu. Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,“Kelven, aku merindukanmu.”Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”Herli langsung berpura-pura buta dan berkata, “Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status