Share

Bab 5

Author: Gunung Api
Delis merasa bingung. “Apa yang kamu katakan?”

“Dengarkan baik-baik, jangan pernah lagi cari masalah dengan Herli. Jangan membuatku sulit.”

“ … ”

“Sudah, aku matikan dulu teleponnya.”

Belum smepat Delis memberikan penjelasan dan membantah, Kelven sudah langsung menutup teleponnya.

Jadi wanita jahat itu melapornya lebih dulu?

Brengsek.

Padahal dia yang duluan datang mencari masalah, malah lapor duluan ke Kelven?

Delis sangat kesal, dengan berusaha menahan ketidakpuasan dalam hatinya, dia kembali ke kampus.

Selama beberapa hari ini, dia tinggal di kampus dan tak pulang ke rumah. Dia juga tak mengirim pesan atau menelepon Kelven sama sekali.

Tentu saja, pria itu juga tidak pernah berinisiatif menghubunginya.

Hingga hari jumat, sebuah seminar yang menggegerkan seluruh kampus mereka dimulai.

Delis duduk termenung di depan meja belajarnya di asrama, sementara Novi sibuk merapikan barang-barang sambil mencari-cari ponselnya.

Setelah menemukan ponselnya dan bersiap-siap untuk keluar dari kamar, Novi melihat Delis masih duduk di sana tidak bergerak. Dia kembali melihat Delis dan bertanya,

“Delis, ada apa denganmu? Ayo, seminar dari Profesor Kelven sudah mau dimulai.”

Delis tetap diam. “Kalian berdua pergi saja, aku nggak ikut.”

“Apa? Kamu nggak ikut? Ini seminar dari Profesor Kelven loh. Bahkan banyak universitas di seluruh negara juga nggak ada kesempatan ini. Apalagi seminar kali ini diadakan di aula besar, bisa menampung seluruh mahasiswa. Kenapa kamu nggak mau pergi?”

“Aku nggak enak badan.”

“Bagian mana yang nggak enak?”

“Kalian pergi saja, aku nggak tertarik dengan seminarnya.”

Novi merasa agak bingung. Delis yang biasanya suka belajar, seharusnya tak mungkin tak tertarik pada seminar seorang pria sukses. Mengapa kali ini dia terlihat begitu muram.

Namun, teringat seminar akan segera dimulai, Novi pun tidak lagi memaksanya.

“Yasudah, kamu tinggal di sini sendiri. Aku pergi dulu ya.”

“Hm.”

Setelah teman sekamarnya pergi, hanya tersisa Delis sendiri di dalam kamar.

Sebenarnya dia sangat ingin pergi mendengarkan seminar dari Kelven.

Sama seperti seminar tahun lalu.

Tahun lalu, Kelven berdiri di podium dengan pakaian rapi, berkelas, berwibawa dan bersinar gemilang. Kehadirannya memikat seluruh dosen dan mahasiswa di bawah panggung.

Delis pun tidak terkecuali.

Saat itu, Delis duduk di antara kerumunan, menatapnya dengan penuh kekaguman. Dia sangat ingin mendekatinya, mengatakannya secara langsung pada Kelven bahwa dirinya menyukainya.

Tentu saja, saat itu dia tidak pernah bermimpi bahwa suatu hari nanti dirinya akan menjadi istrinya.

Teringat enam bulan pernikahannya yang telah memberinya begitu banyak kebahagiaan dan keindahan, Delis tidak ingin menyerah begitu saja.

Meskipun mendengar dari mulut Kelvin sendiri bahwa posisi Nyonya Rosli adalah milik orang lain, Delis juga tak ingin melepaskannya. Delis tak ingin mengembalikannya pada orang lain.

Pernikahannya hanya bisa diatur oleh dirinya sendiri.

Delis bersandar di atas meja belajarnya, dengan keras memaksa dirinya untuk meredakan perasaannya.

Perlahan-lahan dia tertidur.

Delis terbangun karena dikejutkan oleh keributan dari tiga teman sekamarnya di dalam kamar.

“Astaga, Profesor Kelven benar-benar ganteng. Saat berdiri di atas panggung dan berbicara, dia benar-benar seperti dewa. Bagaimana mungkin ada pria sehebat ini di dunia ini?”

“Iya, betul sekali. Aku diam-diam memotret dia. Mulai sekarang, suamiku adalah Profesor Kelven.”

“Profesor Kelven sangat ganteng, sayang sekali kalau dia nggak masuk dunia hiburan.”

“Dunia hiburan yang begitu rumit nggak sebanding dengan status Profesor Kelven. Dia sudah sangat baik sekarang, seorang pebisnis hebat, orang terkaya di negara ini, sesekali memberikan seminar di universitas, sudah sangat baik.”

“Pria seindah itu, entah wanita mana yang bisa sepadan dengannya.”

“Eh, Profesor Kelven bermarga Rosli, perusahaannya bernama Deli Jaya. Tidakkah kalian merasa ini sangat kebetulan dengan nama Delis Rosli?

Novi terkejut. “Iya, Delis dan Profesor Kelven tak hanya punya marga yang sama, tapi nama Delis juga hampir sama dengan perusahaan Profesor Kelven. Kebetulan sekali.”

Melihat Delis sudah bangun, mereka langsung mendekat dan bertanya, “Delis, kamu kenal dengan Profesor Kelven?”

Delis menatap mereka tanpa menjawab.

Nadya berkata, “Bagaimana mungkin Delis kenal dengan Profesor Kelven. Mungkin hanya kebetulan saja. Apalagi banyak sekali yang bermarga Rosli di dunia ini. Di kampus kita saja ada beberapa orang yang bermarga Rosli.”

Salah satu teman yang lain juga setuju. “Iya juga.”

Kemudian, mereka sibuk menunjukkan foto yang baru saja dipotret pada Delis.

“Delis lihat, Profesor Kelven ganteng sekali. Apa dia tipe yang kamu suka? Hari ini semua dosen dan mahasiswa di kampus ada di sana, suasananya benar-benar mengesankan.”

Delis melihat foto Kelven di ponsel temannya. Hari ini Kelven mengenakan setelan jas hitam dengan kemaja abu-abu, berdiri tegak dengan sikap yang elegan.

Mungkin itu adalah keanggunan yang lahir bersamanya. Tak peduli di mana dia berada, tubuhnya selalu bersinar.

Memang sangat tampan.

Delis berdiri dan menghindari topik pembicaraan temannya. “Aku pergi ke perpustakaan dulu.”

Teman-temannya tidak lagi memperhatikannya dan melanjutkan pembicaraan tentang pujaan hari mereka, Profesor Kelven.

Delis baru saja keluar dari kamar, ponselnya berdering.

Delis melihat layar panggilan, ternyata dari asisten pribadi Kelven, Pak Mudi.

Delis tanpa ragu menjawab panggilan dan pria itu berkata, “Nona Delis, siap-siap, kami akan menjemputmu di area parkir untuk pulang.”

Delis terdiam, “ … “

Mereka?

Kelven juga ada?

Teringat dengan Kelven yang memarahinya dengan kasar tanpa alasan yang jelas, Delis dengan tekad menolak,

“Aku mau belajar di kampus, minggu ini nggak mau pulang.”

Ponsel asisten direbut oleh Kelven, suaranya terdengar lembut, “Delis, ikut pulang denganku.”

Namun, begitu mendengar suara Kelven, Delis langsung luluh.

Namun, Delis menahan emosinya, tetap dengan nada tidak senang, “Aku nggak mau pulang.”

“Hm? Kamu mau aku menjemputmu di depan asrama? Yoklah.”

Suara Kelven tersengar semakin lembut.

Delis tahu, meskipun hatinya masih tidak puas, dia tetap saja tidak bisa menahan pesona dari pria tua itu.

Delis mengerucutkan bibirnya, terpaksa menjawab, “Yasudah~”

Setelah menutup ponselnya, Delis kembali ke asrama untuk merapikan bukunya.

Teman-temannya melihatnya kembali dan bertanya, “Delis, bukankah kamu pergi ke perpustakaan? Kenapa kembali lagi?”

Delis merapikan bukunya sambil menjawab, “Orang rumahku meneleponku untuk pulang, jadi aku mau pulang dulu.”

Teman-temannya iri. “Memang enak kalau tinggal di dekat sini. Bisa pulang kapan saja. Delis, kamu beruntung sekali.”

“Delis, kalau ada kesempatan, undanglah kami ke rumahmu.”

Delis selesai merapikanya, dia menatap tiga teman sekamarnya dengan senyuman ringan sambil mengangguk.

“Iya, kalau ada kesempatan, aku pasti mengundang kalian ke rumahku. Aku pergi dulu ya.”

“Iya, hati-hati di jalan.”

Delis keluar dari asrama, bergegas menuju tempat parkir di kampus.

Tiga teman sekamarnya sangat baik. Ini adalah pertama kalinya mereka mengatakan ingin berkunjung ke rumahnya.

Namun, rumah tempat tinggalnya adalah milik Kelven dan hubungannya dengan Kelven juga rahasia. Oleh karena itu, dia tidak bisa mengajak mereka ke rumahnya.

Apalagi, mengingat bahwa dirinya akan bercerai kapan saja.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Zubaidah
bagus saya suka dengan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 6

    Tiba di tempat parkir, dari kejauhan Delis melihat mobil Lincoln hitam yang paling mewah terparkir tidak jauh darinya.Asisten juga melihat Delis, dia segera turun dari mobil untuk membukakan pintu kepadanya.Begitu duduk di dalam mobil, Delis melihat pria di kursi belakang yang mengenakan setelan jas hitam.Kelven menyebarkan pesona pria dewasanya yang begitu memikat sehingga membuat orang sulit untuk menolak.Namun, Delis seolah-olah tidak melihatnya dan langsung duduk dengan patuh di sampingnya.Delis melihat orang di sebelahnya, sepertinya sudah melupakan pertengkaran mereka sebelumnya.Kelven mengernyit dan terdengar suara lembutnya, “Kamu nggak pergi seminar?”Kelven tidak melihatnya dari atas panggung.Delis lebih cantik dari mahasiswa lainnya, tidak peduli di mana pun dia berada, Kelven selalu bisa menemukannya hanya dengan satu pandangan.Namun, dia tidak melihat Delis di aula kampus hari ini.Delis memalingkan kepala dan melihat ke luar jendela, sengaja tak melihat ke arah Ke

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 7

    Delis juga melihat dua orang yang duduk di ruang tamu.Meskipun sangat membenci wanita itu, Delis bahkan tidak ingin melihatnya sekejap mata pun.Namun, melihat wanita itu datang dan ingin merebut suaminya, bagaimana mungkin dia bisa duduk diam tanpa melakukan apa-apa?Mencoba merebut suaminya di depan mata dirinya? Mustahil.Delis melangkah turun tangga tanpa mengenakan alas kaki.Kelven melihat tubuh Delis yang kurus, mengenakan gaun tidur tipis dengan tali bahu, begitu menawan dan menggoda.Namun, kedua kaki mungilnya yang putih itu tidak mengenakan alas kaki. Tiba-tiba, Kelven mengernyit dengan tidak senang, berkata,“Kenapa nggak pakai alas kaki?”Delis tak menghiraukannya, dia berusaha menahan kemarahannya, melangkah lurus menuju Kelven.Herli juga melihat Delis yang sedang mendekat.Melihat dia mengenakan pakaian tipis dan tak memakai alas kaki, wajah mungilnya dipenuhi dengan ekspresi polos dan menyedihkan.Tiba-tiba, Herli merasa bahwa untuk menghadapi wanita ini, mungkin dipe

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 8

    Herli tak menduga Kelven akan mengusirnya.Apakah karena wanita liar itu tak suka dengan keberadaannya, sehingga Kelven jadi harus mengikuti keinginannya?Mimpi.Dengan hati penuh ketidakpuasan, Herli menatap pria tampan di depannya, dengan sangat penuh bersalah, dia berkata,“Kelven, kamu merasa aku sudah mengganggu kalian?”“Bukan begitu, aku hanya merasa ini kurang pantas.”“Apa yang kurang pantas? Kamu hanya perlu menganggap dia sebagai alat untuk melahirkan anak, nggak perlu ada perasaan padanya.”Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Kelven menjadi serius.Kelven memandang Herli, suaranya terdengar datar, “Herli, setiap wanita yang melahirkan anak adalah sosok yang hebat. Apalagi dia sangat berarti bagiku.”“ … ”Melihat Kelven tiba-tiba marah, Herli memiliki firasat yang tak baik.Mendengar apa yang dikatakan Kelven, Herli semakin terkejut.Apakah pria ini benar-benar jatuh cinta pada Delis?Tidak.Semua yang dimiliki Delis saat ini adalah milik dirinya, Herli.Mereka hanya m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 9

    Melihat tatapan dingin dari Kelven, Delis merasa harinya terasa seperti ditusuk jarum.Jadi, Kelven mengira dirinya yang mendorong Herli?Konyol.Pria yang tidur satu ranjang dengannya, malah tak percaya dengan dirinya.Delis menahan perasaan sedih dalam hatinya, teringat dengan bayi di dalam perutnya, dia turun ke lantai bawah untuk makan.Sepanjang hari ini, dia tak keluar rumah.Terus menerus memegang ponsel dan mencari informasi tentang menjaga anak di internet…Di rumah sakit.Herli dipindahkan dari ruang gawat darurat ke ruang perawatan.Kelven menemui dokter yang merawat Herli dan bertanya beberapa informasi.Dokter melaporkan dengan jujur, “Pasien mengalami luka yang serius, terutama di kepala. Ada risiko kehilangan penglihatan dan juga patah tulang kaki kanan. Mungkin harus duduk di kursi roda untuk beberapa waktu.”Kelven keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk, menuju ke arah ruangan Herli.Dia memang sudah berhutang budi pada Herli dan sekarang malah terjadi m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 10

    Setelah makan malam, Kelven mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke rumah sakit.Delis mengikutinya di belakang, lalu dengan suara pelan berkata, “Kelven, bolehkah aku ikut denganmu? Tenang saja, aku nggak bakal masuk ke ruangan, aku hanya menunggu di depan pintu saja.”Delis penasaran, ingin meihat seberapa parah luka wanita itu.Rasakan itu, salah dia sendiri.Kelven berbalik dan menatap wanita di depannya, dengan suara rendah dia menjawab, “Aku mungkin nggak pulang malam ini. Kamu pergi juga nggak ada gunanya. Istirahat saja di rumah.”“Kamu mau menemaninya semalaman?”“ … “Kelven tidak menjawab, tetapi tatapan matanya yang tajam ke arah Delis sudah menjelaskan semuanya.Tiba-tiba Delis merasa hatinya terasa perih.Namun, Delis tak lagi membuat keributan. Setelah melihat Kelven pergi, dia duduk sendirian di sofa ruang tamu yang sepi, perasaannya terasa berat seperti ditimpa batu yang besar.Di rumah sakit.Ketika Kelven datang, Herli sudah bangun.Herli sedang duduk di tempat t

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 11

    Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 12

    Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 13

    Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”“Aku nggak lapar.”Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”“Iya.”Kelven tidak menyangkal.“Kalau begi

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status