Share

Bab 7

Penulis: Gunung Api
Delis juga melihat dua orang yang duduk di ruang tamu.

Meskipun sangat membenci wanita itu, Delis bahkan tidak ingin melihatnya sekejap mata pun.

Namun, melihat wanita itu datang dan ingin merebut suaminya, bagaimana mungkin dia bisa duduk diam tanpa melakukan apa-apa?

Mencoba merebut suaminya di depan mata dirinya? Mustahil.

Delis melangkah turun tangga tanpa mengenakan alas kaki.

Kelven melihat tubuh Delis yang kurus, mengenakan gaun tidur tipis dengan tali bahu, begitu menawan dan menggoda.

Namun, kedua kaki mungilnya yang putih itu tidak mengenakan alas kaki. Tiba-tiba, Kelven mengernyit dengan tidak senang, berkata,

“Kenapa nggak pakai alas kaki?”

Delis tak menghiraukannya, dia berusaha menahan kemarahannya, melangkah lurus menuju Kelven.

Herli juga melihat Delis yang sedang mendekat.

Melihat dia mengenakan pakaian tipis dan tak memakai alas kaki, wajah mungilnya dipenuhi dengan ekspresi polos dan menyedihkan.

Tiba-tiba, Herli merasa bahwa untuk menghadapi wanita ini, mungkin diperlukan usaha ekstra.

“Kelven, aku nggak enak badan,” ujar Delis.

Berdiri di samping Kelven, Delis dengan polos mendorong dirinya dengan penuh kesedihan ke dalam pelukannya.

Bahkan duduk di pangkuan Kelven di depan mata Herli. Kedua tangannya juga melingkar di leher Kelven.

Kelven sebenarnya ingin menyingkirkannya, tapi melihat dia tak memakai alas kaki, jadi hanya bisa menggendongnya. Kelven menatap Herli dan berkata,

“Dia masih polos, jangan keberatan.”

Kemudian, Kelven langsung menggendong Delis ke rak sepatu untuk mengambil alas kaki.

Tubuh mungil Delis bergantung manja di tubuh pria itu, dagunya bersandar di bahunya. Dengan tatapan menantang, dia memandang Herli yang duduk di sofa dengan raut wajah tak senang dan penuh kecemburuan.

Herli selalu merasa bahwa Kelven berhutang padanya.

Tidak peduli apa yang diminta Herli, Kelven pasti akan menyetujuinya.

Bahkan bercerai dan menikahi dirinya, Kelven juga tak akan menolak.

Namun saat ini, dia melihat Kelven menggendong istri mudanya untuk memakai alas kaki, tiba-tiba Herli merasa sangat mempermalukan diri sendiri.

Untuk apa dirinya datang ke sini?

Apakah untuk melihat mereka bermesraan?

Saat ini, Herli merasa sangat malu, marah dan tak berdaya.

Setelah mengambil alas kaki dari rak, Kelven menempatkan Delis duduk di pangkuannya dan membantunya memakainya. Kelven kemudian menatapnya dan berkata,

“Pergi ke kamar dan istirahat, jangan buat masalah.”

Delis pura-pura tidak mendengar, dia merangkul leher Kelven dengan erat dan berkata, “Aku nggak bisa tidur, hanya mau memelukmu.”

“Aku mau membahas sesuatu dengan Herli.”

Kelven mencoba melepaskan tangan mungilnya.

“Nggak mau~”

Namun, begitu dia mencoba melepaskan, orang di pundaknya malah bersikeras dengan manja dan hampir menangis, berbisik di telinganya,

“Nggak mau … aku nggak akan mengganggumu. Aku hanya perlu memelukmu seperti ini, kamu bisa berbicara dengannya, ya?”

“Nggak pantas.”

“Kenapa nggak pantas? Aku kan istrimu.”

Kelven terdiam.

Orang-orang selalu mengatakan bahwa Kelven itu dingin dan angkuh, memiliki sifat yang tegas dan kejam dalam bertindak.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa dia tak tahan dengan rayuan manja seorang wanita kecil.

Seperti saat ini, dia tak bisa menahan dan akhirnya memilih untuk memeluknya, kembali ke ruang tamu.

Melihat bahwa Kelven tidak melepaskannya, Delis pura-pura tidur dengan berbaring di bahunya.

Herli tak menyangka bahwa Kelven akan membantu Delis memakai alas kaki dan bahkan menggendongnya kembali.

Herli melihat dua orang yang saling berpelukan dengan erat di depannya, mata Herli seakan-akan bisa melepaskan mata pisau.

“Herli, bagaimana kalau kamu istirahat dulu? Kita bisa bicara besok. Bocah ini sedang sakit dan butuh aku menemaninya.”

Herli terdiam.

Siapa yang bisa mengerti perasaannya saat ini?

Dia datang ke sini hanya untuk mempermalukan dirinya sendiri?

Tidak!

Bagi Herli, pria di depannya ini adalah miliknya. Kelven harus menggunakan seumur hidupnya untuk menebus hutang padanya. Mengapa dirinya harus bertahan dalam kesendirian sementara pria itu bisa menikah dan berkeluarga?

Kalaupun dirinya tak bisa memiliki anak, Kelven juga harus berkorban untuk menemaninya seumur hidup.

Herli sangat ingin melampiaskan kemarahannya.

Namun pada akhirnya, Herli memaksa dirinya untuk menahan semua kemarahannya dan melanjutkan untuk berpura-pura tenang, berkata dengan lembut,

“Iya, aku istirahat dulu. Tapi Kelven, kita berdua akan menjadi suami istri kedepannya. Aku harap kalian berdua nggak akan seperti ini lagi di depanku.”

Ekspresi Herli terlihat sedikit marah dan kemudian mengikuti Bibi Siti ke lantai atas.

Delis yang bersandar di bahu Kelven, menatap kepergian Herli dengan tatapan yang sangat tajam.

Kata-kata Herli tentang ‘kita berdua akan menjadi suami istri kedepannya’ sangat menusuk hatinya.

Delis turun dari pelukan pria itu dengan marah dan duduk di sofa dengan kesal.

Kelven berdiri di depan Delis, tatapannya sangat tak berdaya. “Delis, jangan seperti ini lagi kedepannya.”

Delis menatap pria itu, matanya berkaca-kaca dan bertanya, “Apa yang salah denganku? Kamu adalah suamiku, dia hanyalah orang ketiga dan … “

“Dia bukan.”

Kelven memotong perkataan Delis, duduk di sebelahnya dengan wajah serius.

“Aku berhutang terlalu banyak dengan Herli. Posisi Nyonya Rosli juga sudah kujanjikan lama padanya.”

Tiba-tiba, hati Delis terasa seperti tertusuk oleh ribuan panah. Dia berusaha untuk tetap tegar, suaranya sudah terdengar serak,

“Kamu berhutang apa padanya? Apa kalian sangat saling mencintai sebelumnya?”

“Nggak ada hubungannya dengan cinta.”

Kelven mengalihkan pembicaraan, “Sudah larut, ayo istirahat.”

Delis tidak menjawab.

Tak ada hubungannya dengan cinta?

Jadi, Kelven dan Herli tidak pernah saling mencintai?

Jika mereka tidak pernah saling mencintai, apa hutang Kelven padanya?

Delis tak paham apa yang bisa mengikat Kelven seperti itu.

Namun, melihat wanita itu tinggal di sini, Delis merasa seperti menelan seekor lalat, sangat menjijikkan.

Delis menatap Kelven dan bertanya, “Jadi ini caramu menangani masalah ini?”

“Kamu membiarkannya tinggal di sini, lalu bagaimana denganku?”

Tidak peduli apa status wanita ini, apakah Kelven akan menikahinya atau tidak. Saat ini, Delis tidak bisa menerima keberadaannya.

Siapa Herli?

Kenapa datang ke rumah orang lain dan masih begitu angkuh.

Kelven memandang orang di depannya dengan ekspresi wajah yang tak berdaya.

Kelven duduk di sebelahnya, suaranya menjadi serius, “Hari ini sudah sangat larut, aku akan menyuruhnya pergi besok.”

“Kamu nggak boleh ada hubungan dengannya lagi kedepannya. Tadi kamu sudah berjanji denganku nggak akan bercerai.”

Delis selalu sangat percaya pada Kelven.

Delis selalu memilih untuk percaya padanya, tak peduli apapun yang dilakukannya.

Asal Kelven menjaga jarak dengan wanita itu kedepannya, dirinya tidak akan berbuat onar lagi.

Seketika Kelven juga bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini, akhirnya dia menjawab,

“Iya, aku akan berbicara dengannya besok.”

Delis menghela lega napasnya.

Dengan penuh kesedihan, Delis mendekat dan memeluk Kelven.

“Aku tahu kamu sudah memberiku banyak, aku nggak seharusnya begitu serakah, tapi aku hanya mau keluarga yang utuh, aku hanya ingin … “

Hanya ingin memberikan lingkungan hidup yang indah dan harmonis pada bayi kita.

Kelven mengangkat tangannya dan menggendongnya. Mendengarkan kata-kata Delis yang terisak, hatinya juga terasa sakit.

Setelah beberapa saat hening, Kelven menggendong tubuh mungilnya dan berjalan ke lantai atas.

“Sudah, jangan pikirkan lagi. Ayo kita istirahat.”

Delis dengan biasa merangkul leher Kelven, bersandar di bahunya dan menjawab dengan manja, “Hm.”

Keesokan harinya.

Kelven bangun sangat pagi.

Begitu juga dengan Herli.

Hanya mereka berdua yang sedang sarapan.

Sambil makan dengan elegan, Kelven mulai berbicara,

“Kita sudah sepakat memberikan waktu dua tahun, setelah dua tahun aku pasti akan memenuhi janjiku. Tapi, selama dua tahun ini, kita jangan berhubungan lagi!”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Dasar nenek lampir tak tahu diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 8

    Herli tak menduga Kelven akan mengusirnya.Apakah karena wanita liar itu tak suka dengan keberadaannya, sehingga Kelven jadi harus mengikuti keinginannya?Mimpi.Dengan hati penuh ketidakpuasan, Herli menatap pria tampan di depannya, dengan sangat penuh bersalah, dia berkata,“Kelven, kamu merasa aku sudah mengganggu kalian?”“Bukan begitu, aku hanya merasa ini kurang pantas.”“Apa yang kurang pantas? Kamu hanya perlu menganggap dia sebagai alat untuk melahirkan anak, nggak perlu ada perasaan padanya.”Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Kelven menjadi serius.Kelven memandang Herli, suaranya terdengar datar, “Herli, setiap wanita yang melahirkan anak adalah sosok yang hebat. Apalagi dia sangat berarti bagiku.”“ … ”Melihat Kelven tiba-tiba marah, Herli memiliki firasat yang tak baik.Mendengar apa yang dikatakan Kelven, Herli semakin terkejut.Apakah pria ini benar-benar jatuh cinta pada Delis?Tidak.Semua yang dimiliki Delis saat ini adalah milik dirinya, Herli.Mereka hanya m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 9

    Melihat tatapan dingin dari Kelven, Delis merasa harinya terasa seperti ditusuk jarum.Jadi, Kelven mengira dirinya yang mendorong Herli?Konyol.Pria yang tidur satu ranjang dengannya, malah tak percaya dengan dirinya.Delis menahan perasaan sedih dalam hatinya, teringat dengan bayi di dalam perutnya, dia turun ke lantai bawah untuk makan.Sepanjang hari ini, dia tak keluar rumah.Terus menerus memegang ponsel dan mencari informasi tentang menjaga anak di internet…Di rumah sakit.Herli dipindahkan dari ruang gawat darurat ke ruang perawatan.Kelven menemui dokter yang merawat Herli dan bertanya beberapa informasi.Dokter melaporkan dengan jujur, “Pasien mengalami luka yang serius, terutama di kepala. Ada risiko kehilangan penglihatan dan juga patah tulang kaki kanan. Mungkin harus duduk di kursi roda untuk beberapa waktu.”Kelven keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk, menuju ke arah ruangan Herli.Dia memang sudah berhutang budi pada Herli dan sekarang malah terjadi m

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 10

    Setelah makan malam, Kelven mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke rumah sakit.Delis mengikutinya di belakang, lalu dengan suara pelan berkata, “Kelven, bolehkah aku ikut denganmu? Tenang saja, aku nggak bakal masuk ke ruangan, aku hanya menunggu di depan pintu saja.”Delis penasaran, ingin meihat seberapa parah luka wanita itu.Rasakan itu, salah dia sendiri.Kelven berbalik dan menatap wanita di depannya, dengan suara rendah dia menjawab, “Aku mungkin nggak pulang malam ini. Kamu pergi juga nggak ada gunanya. Istirahat saja di rumah.”“Kamu mau menemaninya semalaman?”“ … “Kelven tidak menjawab, tetapi tatapan matanya yang tajam ke arah Delis sudah menjelaskan semuanya.Tiba-tiba Delis merasa hatinya terasa perih.Namun, Delis tak lagi membuat keributan. Setelah melihat Kelven pergi, dia duduk sendirian di sofa ruang tamu yang sepi, perasaannya terasa berat seperti ditimpa batu yang besar.Di rumah sakit.Ketika Kelven datang, Herli sudah bangun.Herli sedang duduk di tempat t

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 11

    Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 12

    Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 13

    Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”“Aku nggak lapar.”Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”“Iya.”Kelven tidak menyangkal.“Kalau begi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 14

    Delis sulit tidur sepanjang malam.Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu. Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,“Kelven, aku merindukanmu.”Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”Herli langsung berpura-pura buta dan berkata, “Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 15

    Membantunya?Delis langsung menyeka air mata di pipinya, berbalik dan dengan marah berteriak pada pria di tangga, “Membantunya harus memeluknya dengan begitu erat, sampai harus menciumnya?”“Jelas-jelas kamu menyukainya. Kalau kamu mengakui suka pada wanita cantik, tak ada yang mengatakanmu brengsek, karena itu memang sifat alamiah seorang pria.”“Kamu suka padanya. Kalau tidak, kamu juga nggak akan membawanya pulang. Ini adalah rumah pernikahan kita, rumah yang kamu beli untukku. Apa kamu merasa sangat seru melakukan hal-hal itu dengan wanita lain di rumah pernikahan kita?”“Delis.”Kelven dengan keras memotongnya, “Sepertinya kamu nggak belajar dari pengalaman. Kalau kamu suka membuat keributan tanpa alasan, kamu bisa pergi saja. Setelah pergi, jangan mencoba kembali lagi.”Kelven benar-benar marah, emosinya terasa sangat kuat.Tadi karena Herli hampir jatuh, jadi dia hanya membantu menopangnya.Kenapa bisa berubah menjadi berciuman seperti yang Delis katakan?Menyimpan wanita yang

Bab terbaru

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status