Share

Bab 9

Author: Gunung Api
Melihat tatapan dingin dari Kelven, Delis merasa harinya terasa seperti ditusuk jarum.

Jadi, Kelven mengira dirinya yang mendorong Herli?

Konyol.

Pria yang tidur satu ranjang dengannya, malah tak percaya dengan dirinya.

Delis menahan perasaan sedih dalam hatinya, teringat dengan bayi di dalam perutnya, dia turun ke lantai bawah untuk makan.

Sepanjang hari ini, dia tak keluar rumah.

Terus menerus memegang ponsel dan mencari informasi tentang menjaga anak di internet

Di rumah sakit.

Herli dipindahkan dari ruang gawat darurat ke ruang perawatan.

Kelven menemui dokter yang merawat Herli dan bertanya beberapa informasi.

Dokter melaporkan dengan jujur, “Pasien mengalami luka yang serius, terutama di kepala. Ada risiko kehilangan penglihatan dan juga patah tulang kaki kanan. Mungkin harus duduk di kursi roda untuk beberapa waktu.”

Kelven keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk, menuju ke arah ruangan Herli.

Dia memang sudah berhutang budi pada Herli dan sekarang malah terjadi masalah di rumahnya. Kelven semakin merasa bersalah.

Kelven berdiri tegak di depan pintu ruangan perawatan Delis. Dia tak ingin masuk, tapi dirinya harus terpaksa masuk.

Di dalam ruangan, Herli masih tertidur pulas di tempat tidur, dengan seorang perawat yang memberinya infus di sebelahnya.

Kelven masuk dan berdiri di ujung tempat tidur, melihat wanita di atas tempat tidur dengan kepala yang dibalut perban, mengenakan ventilator, wajahnya tampak pucat.

Kelven merasa bersalah.

Namun, apa yang bisa dirinya lakukan?

Saat ini, selain menghabiskan waktu untuk menemaninya selama pengobatan, sepertinya tidak ada cara lain.

Tidak tahu berapa lama Herli akan tertidur. Setelah mengatur perawat untuk menjaganya, Kelven pulang ke rumah pada sore hari.

Delis duduk di sofa ruang tamu, menonton televisi sambil terbengong.

Hingga terdengar suara di depan pintu rumah, Delis baru tersadar dan menoleh.

Melihat Kelven sudah pulang, Delis hanya duduk di sana tanpa bergerak, hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

Dengan dingin dia berjalan menuju Delis. Berdiri di depannya dan menatapnya dengan tajam.

“Kamu masih begitu muda, kenapa tindakanmu begitu kejam?”

Delis tidak menjawab.

Melihat tatapan tajam pria tua itu, dengan ekspresi wajah yang tanpa ekspresi dan tatapan yang begitu dingin, Delis merasa sangat sesak.

Bibir Delis gemetar, dia bertanya, “Seburuk itukah aku dimatamu?”

“Aku melihatnya sendiri,” ujar Kelven dengan dingin.

Delis tertawa dingin, dia berhadapan dengan Kelven dengan tidak puas. “Apa yang sudah kamu lihat? Apa kamu melihatku mendorongnya?”

“Kamu masih mau mencari alasan?”

“Aku nggak mendorongnya. Aku hanya memegang sapu, aku mencoba mengusirnya, tapi aku nggak menyentuhnya.”

“Delis.”

Kelven dengan tegas memarahinya, “Meskipun kamu tidak menyentuhnya, dia jatuh dari tangga karenamu. Luka diwajahnya juga karenamu, ‘kan?”

“ … “

Delis tahu bahwa di hadapan pria ini, dirinya selalu berada dalam posisi yang lemah.

Semua perkataan Kelven itu mutlak.

Delis tidak ingin berdebat lebih lanjut, juga tidak menyangkal fakta bahwa dia yang memukul Herli.

“Benar, aku memukul wajahnya.”

"Kenapa kamu bisa menjadi begitu semena-mena?"

Dengan marah, Kelven berkata, “Kalau kamu begitu nggak patuh, aku rasa perceraian kita … “

Kelven ingin mengatakan bahwa segera bercerai.

Namun belum selesai dia berbicara, die melihat mata Delis yang dipenuhi air mata.

Detik berikutnya, air matanya turun dari pipinya.

Butiran air mata yang bersih dan jernih, seketika menusuk hati Kelven.

Kelven mengernyit, tidak tega untuk mengucapkan kata-kata kasar yang lebih lanjut.

Dekus menundukkan kepalanya, perasaan pedih di dadanya membuatnya sulit untuk bernapas.

“Kamu mau bercerai denganku?”

Delis bertanya dengan terbata-bata.

Meskipun tak senang, melihat wajahnya yang begitu menyedihkan, Kelven juga tak tega membiarkan Delis pergi sendirian.

Kelven mendekat dan memeluknya.

“Sudah, jangan menangis.”

“Aku nggak menangis. Kamu bisa melakukan apa yang kamu mau. Aku akan patuh, nurut padamu.”

Delis berusaha untuk tidak menangis, mencoba untuk tetap kuat.

Namun, air matanya tidak bisa dihentikan.

Hatinya sangat sakit, dia tidak bisa menahannya.

Kelven merasakan tubuh kecilnya bergetar.

Seharusnya Kelven memarahinya, tetapi saat ini, dia hanya menghiburnya,

“Delis, sudah jangan menangis. Aku bahkan belum melakukan apapun padamu.”

“Huhuhu … kalau begitu, apa yang mau kamu lakukan? Kalau mau cerai, cerai saja. Aku bisa kembali ke mana aku berasal.”

Delis juga cukup berpendirian.

Bagaimanapun, dirinya sudah berusaha dan berjuang untuk pernikahan ini.

Jika benar-benar tidak bisa mempertahankannya, dia juga tidak punya pilihan.

“Siapa yang menyuruhmu pergi? Tanpa izinku, kamu nggak boleh pergi ke mana pun.”

Kelven membungkuk dan mengambil tisu dari meja, dengan lembut mengusap air mata di pipi Delis.

Entah kenapa, ketika wanita kecil ini menangis, hati Kelven merasa sangat tidak nyaman.

Delis menghisap hidungnya, berhenti menangis.

Namun, dalam hatinya masih merasa sangat sedih. Dia menatap Kelven dan berkata, “Aku benar-benar nggak mendorongnya.”

Kelven duduk di sebelahnya dan berkata dengan serius, “Sekarang bukan masalah apakah kamu mendorongnya atau nggak. Dia terluka di sini, kita harus bertanggung jawab.”

Kelven melihat wanita kecil di sebelahnya dan melanjutkan, “Keadaannya sangat tidak baik. Aku akan sering pergi ke rumah sakit untuk menjaganya beberapa hari ini.”

Delis menunduk dan tidak menjawab.

Kelven mengangkat tangannya dan mengusap lembut kepalanya. Suaranya menjadi lembut, “Delis, kamu harus patuh, jangan membuatku sulit lagi, ya?”

“Bukankah aku selalu sangat nurut padamu? Tapi aku benar-benar nggak bisa menerima keberadaan Herli.”

“Tapi sekarang dia terluka di sini, kita harus bertanggung jawab padanya.”

“Bisakah kamu berjanji padaku, setelah dia sembuh, kamu tidak akan berhubungan dengannya lagi?”

Kelven juga tak tahu kapan Herli akan sembuh.

Dia hanya bisa menyetujui sementara permintaan orang di sampingnya. “Hm.”

Delis melihat Kelven menyetujuinya. Seperti kebiasaannya, Delis merangkak ke tubuh Kelven.

Kelven juga seperti biasa, menggendongnya.

Tidak jauh dari sana, Bibi Siti mengingatkan, “Pak Kelven, Nona Delis sudah waktunya makan.”

Delis menepuk punggung Delis dengan lembut. Lalu dengan lembut berkata, “Ayo turun, pergi makan dulu.”

Delis menolak dengan manja, “Nggak mau, nggak bisa makan.”

“Hei.”

“Kamu gendong aku ke sana.”

Kelven tak berdaya, hanya bisa menggendongnya pergi ke meja makan.

Bahkan sudah sampai di meja makan, Delis masih tak mau turun dari tubuh pria itu.

Delis selalu merasa ada daya tarik dari tubuh Kelven, begitu dirinya mendekat, sudah tak rela meninggalkannya.

Kelven pasrah dan akhirnya membiarkannya duduk di pangkuannya. Sambil makan, sambil menyuapnya.

Dengan kedua matanya yang bengkak merah, wajahnya tampak begitu menyedihkan, menambah sentuhan kelucuan di wajahnya yang membuat orang tersentuh.

Kelven selalu membiarkannya melakukan apapun yang dia mau dan selalu memanjakannya.

“Sudah umur berapa kamu?”

Sambil menyuapnya, Kelven tersenyum dan bertanya.

Wajah Delis memerah dan dengan pipi yang bulat mengembung, dia diam tanpa berbicara.

Kelven melanjutkan, “Anak kecil saja nggak selengket ini.”

Delis menundukkan kepalanya, kepedihan di hatinya perlahan-lahan menghilang, digantikan dengan kehangatan.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Visitor
Delis bear2 bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 10

    Setelah makan malam, Kelven mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke rumah sakit.Delis mengikutinya di belakang, lalu dengan suara pelan berkata, “Kelven, bolehkah aku ikut denganmu? Tenang saja, aku nggak bakal masuk ke ruangan, aku hanya menunggu di depan pintu saja.”Delis penasaran, ingin meihat seberapa parah luka wanita itu.Rasakan itu, salah dia sendiri.Kelven berbalik dan menatap wanita di depannya, dengan suara rendah dia menjawab, “Aku mungkin nggak pulang malam ini. Kamu pergi juga nggak ada gunanya. Istirahat saja di rumah.”“Kamu mau menemaninya semalaman?”“ … “Kelven tidak menjawab, tetapi tatapan matanya yang tajam ke arah Delis sudah menjelaskan semuanya.Tiba-tiba Delis merasa hatinya terasa perih.Namun, Delis tak lagi membuat keributan. Setelah melihat Kelven pergi, dia duduk sendirian di sofa ruang tamu yang sepi, perasaannya terasa berat seperti ditimpa batu yang besar.Di rumah sakit.Ketika Kelven datang, Herli sudah bangun.Herli sedang duduk di tempat t

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 11

    Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 12

    Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 13

    Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”“Aku nggak lapar.”Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”“Iya.”Kelven tidak menyangkal.“Kalau begi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 14

    Delis sulit tidur sepanjang malam.Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu. Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,“Kelven, aku merindukanmu.”Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”Herli langsung berpura-pura buta dan berkata, “Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 15

    Membantunya?Delis langsung menyeka air mata di pipinya, berbalik dan dengan marah berteriak pada pria di tangga, “Membantunya harus memeluknya dengan begitu erat, sampai harus menciumnya?”“Jelas-jelas kamu menyukainya. Kalau kamu mengakui suka pada wanita cantik, tak ada yang mengatakanmu brengsek, karena itu memang sifat alamiah seorang pria.”“Kamu suka padanya. Kalau tidak, kamu juga nggak akan membawanya pulang. Ini adalah rumah pernikahan kita, rumah yang kamu beli untukku. Apa kamu merasa sangat seru melakukan hal-hal itu dengan wanita lain di rumah pernikahan kita?”“Delis.”Kelven dengan keras memotongnya, “Sepertinya kamu nggak belajar dari pengalaman. Kalau kamu suka membuat keributan tanpa alasan, kamu bisa pergi saja. Setelah pergi, jangan mencoba kembali lagi.”Kelven benar-benar marah, emosinya terasa sangat kuat.Tadi karena Herli hampir jatuh, jadi dia hanya membantu menopangnya.Kenapa bisa berubah menjadi berciuman seperti yang Delis katakan?Menyimpan wanita yang

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 16

    Bercerai …Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kelven, Delis merasa seperti ribuan panah menembus hatinya, dadanya terasa sakit hingga sulit bernapas.Hatinya sangat sakit.Tenggorokannya bahkan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Tubuhnya melemas, perlahan-lahan dia merunduk dan duduk di lantai. Delis merasa putus asa tanpa tahu harus berbuat apa.Sekarang Kelven ingin bercerai dengannya. Bagaimana dia akan hidup bersama bayinya ke depannya?Delis duduk dan menangis, sungguh tidak memiliki keberanian untuk menjawab teleponnya.Terdengar suara dingin dari Kelven lagi, “Delis, aku akan memberikan sejumlah uang yang cukup untukmu. Aku juga nggak akan nggak peduli denganmu.”Delis berusaha mempertahankan kendali emosinya, meskipun air matanya terus mengalir.Namun, dia menahan diri agar tidak menangis keras, dengan suara yang menyayat hati, dia berkata, “Kelven … terima kasih sudah menyelamatkanku dulu. Terima kasih atas perhatianmu selama ini, terima kasih sudah memenuhi keingi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 17

    Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status