Dalam kurun waktu sejam lebih saja, Rani muncul di rekaman video kamera pengawasan beberapa kali. Saat ketiga kalinya, ekspresinya jelas terlihat sedikit panik.Kalau label asam sulfat cair dan asam sulfat pekat memang sudah diganti oleh orang, tidak perlu diragukan lagi Rani-lah yang paling mencurigakan.Setelah mematikan rekaman video tersebut, dia meminta asistennya untuk memanggil Rani datang menemuinya.Mendengar Ruisa mencarinya, Rani langsung panik. Secara refleks, sorot matanya tertuju pada Janice yang berada di seberangnya.Namun, wanita itu sama sekali tidak meliriknya, melainkan tetap tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Tidak berdaya, Rani terpaksa beranjak dan mengikuti asisten Ruisa ke ruangan Ruisa.Begitu sampai di depan ruangan, tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan yang dikirim oleh Janice."Nggak peduli apa pun yang ditanyakan oleh Ruisa, kamu harus bilang nggak ada hubungannya denganmu. Kamu sendiri juga tahu apa konsekuensinya kalau kamu berani mengadukan
Saking ketakutannya, tangan Rani gemetaran. Dia berkata dengan suara bergetar, "Tadi Kak Ruisa memberitahuku, Perusahaan Teknologi Hongdam sudah mengirim tim kemari dan mengambil beberapa sidik jari di label asam sulfat cair dan asam sulfat pekat. Sore nanti mereka akan kemari untuk mengambil sidik jari kita semua untuk melakukan pencocokan."Sorot mata Janice langsung berubah menjadi muram. Dia menatap Rani dan berkata sambil menggertakkan giginya, "Dasar bodoh! Apa kamu nggak bisa memakai sarung tangan saat mengganti label?""Aku .... Saat itu aku terlalu panik, sampai-sampai melupakan hal itu .... Setelahnya, aku baru teringat, tapi sudah nggak sempat lagi ...."Saking paniknya, Rani sudah hampir menangis. Ekspresi panik benar-benar tergambar jelas di wajahnya."Janice, bagaimana ini .... Kamu harus selamatkan aku ...."Janice berkata dengan ekspresi tidak sabar, "Bagaimana aku bisa menyelamatkanmu? Apa aku bisa mengganti sidik jari dengan sidik jari orang lain?"Saat itu, begitu ge
Melihat tas model keluaran terbaru Chanel dalam genggaman Yurik, kilatan terkejut melintas di mata Rhea."Mengapa dia tiba-tiba memberiku tas?""Pak Jerico mengatakan suasana hati Nyonya sedang buruk, jadi dia ingin memberi Nyonya hadiah, agar Nyonya merasa sedikit senang."Sebenarnya dia tidak tertarik pada tas itu. Namun, karena Jerico sudah memberikannya padanya, tidak ada alasannya dia tidak menerima pemberian tersebut.Dia menganggukkan kepalanya, menerima tas dalam genggaman Yurik."Oke, tolong sampaikan terima kasih dariku padanya."Melihat Rhea seolah tidak terlihat senang, Yurik bertanya, "Nyonya, apa Nyonya nggak menyukai tas?""Yah, lumayan. Tapi, kalau dibandingkan dengan tas, aku lebih suka emas."Bagaimanapun juga, nilai jual emas jauh lebih tinggi dibandingkan tas. Terlebih lagi, perhiasan yang terbuat dari emas juga sangat indah.Yurik tertegun sejenak, dia tidak menyangka kesukaan Rhea begitu ....Hmm ....Sederhana dan tidak mewah."Oke, aku sudah mengerti, aku akan m
Pergerakan tangan Rhea yang sedang mengambil lauk terhenti sejenak, dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Nggak ada yang kuinginkan."Awal tahun ini, Jerico pernah berjanji padanya saat ulang tahunnya tahun ini, pria itu akan meluangkan waktu untuk membawanya ke Maldivu untuk berlibur. Selama ini, tempat itulah yang paling ingin dikunjunginya.Baru saja beberapa bulan berlalu, sepertinya pria itu juga sudah melupakan janjinya.Baguslah kalau seperti ini. Saat menghadapi pria itu, hatinya juga tidak akan melembut lagi."Kalau begitu, aku harus pikirkan dan mempertimbangkan dengan baik, barang apa yang harus kuhadiahkan untukmu sebagai hadiah ulang tahun. Kalau ada barang yang kamu inginkan, kamu boleh memberitahuku kapan saja.""Hmm."Selesai makan, Jerico meminta Rhea untuk duduk di sofa dan menonton TV saja, sedangkan dia bertugas untuk mencuci piring.Dulu, terkadang saat mereka ingin menjalani hari-hari berduaan saja, mereka akan meliburkan para pelayan selama beberapa
Setelah terdiam selama satu detik, barulah terdengar suara Ruisa dari ujung telepon."Oke, mungkin besok polisi akan memanggilmu ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. Pastikan ponselmu tetap aktif, ya.""Baik, maaf sudah merepotkan Kak Ruisa dalam masalah ini."Ruisa menghela napas, lalu berkata dengan nada penuh arti, "Rhea, kamu masih muda, saat mengambil keputusan, kamu nggak perlu mempertimbangkan banyak hal sepertiku. Tapi, terkadang memberikan kesempatan pada orang lain, juga berarti memberikan kesempatan pada diri sendiri.""Kak Ruisa, aku mengerti, tapi aku juga nggak bisa berhati lembut pada semua orang. Hari ini, kalau bukan karena Pak Arieson berada di lokasi kejadian, mungkin wajahku sudah rusak."Terlebih lagi, kejadian kali ini menyangkut pekerjaannya. Kalau dia dipecat oleh Perusahaan Farmasi Yagin karena kasus seperti ini, kelak perusahaan farmasi mana lagi yang bersedia merekrutnya?Bukannya dia tidak bersedia melepaskan Rani, tetapi wanita itulah yang tidak ber
"Nona Rani, mengenai kejadian ledakan di laboratorium Perusahaan Farmasi Yagin hari ini, kami membutuhkan kerja samamu untuk menjalani pemeriksaan. Tolong ikut dengan kami ke kantor polisi."Kegelisahan langsung menyelimuti hati Rani, tubuhnya juga terus bergetar dengan kencang."Apa maksud kalian .... Apa hubungannya kejadian ledakan di laboratorium denganku? Mengapa aku harus menjalani pemeriksaan?""Adapun mengenai detailnya, setelah Nona Rani tiba di kantor polisi, juga akan mengetahuinya sendiri.""Aku nggak mau ikut dengan kalian! Aku nggak melakukan apa-apa! Kejadian itu nggak ada hubungannya denganku! Kalau ada yang ingin kalian tanyakan padaku, tanyakan saja di sini!"Melihat Rani menunjukkan reaksi penolakan yang berlebihan seperti itu, dua anggota kepolisian itu saling bertukar pandang. Kemudian, salah satu di antara mereka berkata dengan suara dalam, "Nona Rani, kalau kamu nggak bersedia ikut dengan kami, kami terpaksa harus mengambil tindakan tegas dan membawamu secara pak
Saat itu juga, kilatan mengejek melintas di matanya."Ah, benar-benar sudah menyulitkanmu, ya. Saat kamu sedang menikmati momen indah bersama wanita lain, kamu masih harus meluangkan waktu untuk menemuiku di kantor polisi."Jerico tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa maksudmu?"Rhea berkata dengan ekspresi datar, "Lain kali, kalau kamu ingin berakting sangat mencintaiku, seharusnya kamu bersihkan dulu bekas lipstik di kerah bajumu itu. Kalau nggak, hanya akan membuatku merasa geli."Selesai berbicara, tanpa memedulikan tanggapan Jerico, Rhea langsung menghentikan sebuah taksi dan pergi begitu saja.Saat Jerico menundukkan kepalanya dan melihat bekas lipstik di kerah bajunya, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat muram.Dia menghubungi Rhea, ingin memberi penjelasan. Namun, setelah menelepon Rhea berkali-kali, wanita itu tidak menjawab panggilan teleponnya. Hingga pada akhirnya, hanya terdengar nada sibuk. Sangat jelas bahwa wanita itu telah memblokir nom
"Baik."Setelah berjalan keluar dari ruangan presdir, mengingat sikap Arieson terhadap Rhea, Tio pun mengerutkan keningnya.Hari ini, begitu melihat dua jas itu, Arieson langsung memintanya untuk menyelidiki nomor ponsel Rhea dan langsung menghubungi wanita itu. Sangat jelas Arieson merasa tidak senang atas sikap Rhea yang ingin memutuskan hubungan dengannya.Namun, saat ini status Rhea masih merupakan istri keponakan atasannya itu, Tio berharap dia hanya berpikir banyak.Selesai sarapan, Rhea langsung berangkat ke Perusahaan Farmasi Yagin.Semalam setelah dia memberi kesaksian di kantor polisi, Ruisa mengiriminya sebuah pesan, mengatakan bahwa hari ini dia sudah bisa kembali bekerja seperti biasa. Adapun mengenai kelanjutan kasus yang melibatkan Rani, perusahaan yang akan menanganinya.Namun, siapa sangka, saat dia baru saja tiba di depan pintu gedung Perusahaan Farmasi Yagin, dia sudah dicegat oleh seorang pria paruh baya.Wajah pria itu tampak lesu, kedua matanya memerah, rambutnya