"Pak Arieson!"Dia menatap punggung Arieson dengan ekspresi panik. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Arieson di laboratorium, dia juga tidak akan bisa bertahan di posisi manajer Departemen Penelitian lagi.Sambil mengangkat lengannya untuk melindungi wajahnya, Rhea segera melangkah mundur. Ada banyak larutan yang muncrat ke tangannya, sampai-sampai meninggalkan luka bakar berwarna kehitaman. Saking kesakitannya, dia bahkan sudah hampir berteriak.Tiba-tiba, sebuah jas menutupi kepalanya dan pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang.Melalui celah pakaian tersebut, dia melihat jari-jari tangan yang sedang menggenggam tangannya itu tampak jelas dan kering. Saat itu juga, kehangatan menjalar dari telapak tangan orang tersebut ke pergelangan tangannya.Saat Rhea tertegun sejenak, orang tersebut sudah menariknya ke wastafel, membuka keran air dan membersihkan tangannya yang terbakar oleh asam sulfat pekat itu.Hingga air mengalir ke punggung tangannya, dia baru tersadar. Dia buru-buru me
Begitu mendengar ucapan itu, Ruisa tertegun sejenak, lalu menatap Arieson dengan tatapan sedikit tidak percaya.Kalau dinilai dari beberapa kali interaksinya dengan Arieson sebelumnya, Arieson bukanlah tipe orang yang berhati hangat. Mengapa sekarang tiba-tiba pria itu malah menawarkan untuk mengantar karyawan perusahaan yang diinvestasikannya ke rumah sakit?Janice tahu Arieson adalah paman Jerico. Namun, mendengar pria itu menawarkan untuk mengantar Rhea ke rumah sakit, perasaan iri langsung menyelimuti hatinya.Sebelumnya, melalui siaran TV, dia melihat Arieson membangun Perusahaan Teknologi Hongdam dengan seorang diri. Dia sangat mengagumi pria itu. Saat dia bertemu langsung dengan Arieson, dia mendapati pria itu lebih tampan dari yang dilihatnya di TV. Dalam sekejap, hatinya langsung bergetar, dia benar-benar tertarik pada pria itu.Selain itu, walaupun Arieson dan Jerico adalah paman dan keponakan, tetapi kedudukan mereka di dunia bisnis sangat jauh berbeda.Kalau dia bisa bersam
"Siapa bilang aku nggak menuntut pertanggungjawaban?"Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Arieson dan berkata dengan sedikit ragu, "Bagaimana rencanamu menuntut pertanggungjawaban?"Kalau Arieson menginginkan uang, dia baru saja menjual properti di Maltoro. Seharusnya uang itu cukup sebagai kompensasi untuk pria itu. Dia berharap pria itu tidak meminta terlalu banyak.Di mata Arieson, penampilan wanita di hadapannya seperti seekor kelinci yang terkejut sekaligus ketakutan, mendorong orang merasa simpati padanya, ingin menyayanginya.Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa kamu selalu menggunakan sorot mata seperti itu saat bertatapan dengan pria?"Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah. 'Eh? Bukankah kami sedang membicarakan tentang lukanya? Apa hubungannya dengan sorot mataku?'Saat Rhea masih kebingungan memikirkan hal itu, Arieson melanjutkan. "Bukankah kamu bilang hari ini ada orang yang mengganti reagentmu? Kalau benar-benar ada orang yang sengaja menargetkanmu, setelah
Jerico menatap pria di hadapannya tanpa ekspresi, kilatan mengejek melintas di matanya."Seharusnya Paman sangat jelas apa yang kumaksud. Selain yang berada di luar negeri itu, Paman nggak pernah memperhatikan wanita mana pun. Sekarang, Paman malah membantu Rhea berkali-kali. Jangan bilang hanya karena mempertimbangkan dia adalah istriku.""Sebagai suaminya, saat dia bersedih atau tertimpa masalah, kamu selalu nggak berada di sampingnya. Bukannya menginterospeksi diri, kamu malah mengguruiku."Raut wajah Arieson berubah menjadi muram, aura yang sangat mengintimidasi dan menakutkan terpancar dari tubuhnya, membuat orang merinding.Aura Jerico mulai melemah, dia berkata dengan sedikit kurang percaya diri, "Lain kali kalau ada kejadian seperti ini, Paman tolong beri tahu aku. Aku berharap nggak ada pria lain yang mendekati istriku. Aku harap Paman bisa mengerti."Arieson mendengus dan berkata, "Aku nggak begitu kurang kerjaan. Kalau kondisi dan situasinya saja perlu orang lain yang member
"Aku akan mengantarmu terlebih dahulu. Selama beberapa waktu ini, tanganmu terluka, nggak praktis untuk masak sendiri. Kembali dulu ke vila, ya. Setelah lukamu sembuh, baru kembali ke tempat tinggal sewamu lagi."Kilatan tidak puas melintas di mata Rhea. Dia menatap pria itu dengan ekspresi tidak senang dan berkata, "Aku hanya terluka, bukan lumpuh. Aku bisa menjaga diriku sendiri."Mereka berdua bertatapan sejenak, pada akhirnya Jerico yang mengalah."Oke, kalau begitu aku akan meminta pelayan untuk mengantarkan makanan untukmu setiap hari."Melihat Rhea hendak menolak lagi, dia berkata dengan suara dalam, "Kamu pilih salah satu antara ikut aku kembali ke vila atau membiarkan pelayan mengantar makanan untukmu."Setelah bersama dengan Jerico selama delapan tahun, Rhea sudah mengetahui karakter pria itu dengan sangat jelas. Pria itu bukanlah orang yang mudah diajak berkompromi. Kalau dia menolak lagi, pria itu benar-benar akan mengikatnya pulang dan mengurungnya di dalam vila."Aku pili
Dalam kurun waktu sejam lebih saja, Rani muncul di rekaman video kamera pengawasan beberapa kali. Saat ketiga kalinya, ekspresinya jelas terlihat sedikit panik.Kalau label asam sulfat cair dan asam sulfat pekat memang sudah diganti oleh orang, tidak perlu diragukan lagi Rani-lah yang paling mencurigakan.Setelah mematikan rekaman video tersebut, dia meminta asistennya untuk memanggil Rani datang menemuinya.Mendengar Ruisa mencarinya, Rani langsung panik. Secara refleks, sorot matanya tertuju pada Janice yang berada di seberangnya.Namun, wanita itu sama sekali tidak meliriknya, melainkan tetap tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Tidak berdaya, Rani terpaksa beranjak dan mengikuti asisten Ruisa ke ruangan Ruisa.Begitu sampai di depan ruangan, tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan yang dikirim oleh Janice."Nggak peduli apa pun yang ditanyakan oleh Ruisa, kamu harus bilang nggak ada hubungannya denganmu. Kamu sendiri juga tahu apa konsekuensinya kalau kamu berani mengadukan
Saking ketakutannya, tangan Rani gemetaran. Dia berkata dengan suara bergetar, "Tadi Kak Ruisa memberitahuku, Perusahaan Teknologi Hongdam sudah mengirim tim kemari dan mengambil beberapa sidik jari di label asam sulfat cair dan asam sulfat pekat. Sore nanti mereka akan kemari untuk mengambil sidik jari kita semua untuk melakukan pencocokan."Sorot mata Janice langsung berubah menjadi muram. Dia menatap Rani dan berkata sambil menggertakkan giginya, "Dasar bodoh! Apa kamu nggak bisa memakai sarung tangan saat mengganti label?""Aku .... Saat itu aku terlalu panik, sampai-sampai melupakan hal itu .... Setelahnya, aku baru teringat, tapi sudah nggak sempat lagi ...."Saking paniknya, Rani sudah hampir menangis. Ekspresi panik benar-benar tergambar jelas di wajahnya."Janice, bagaimana ini .... Kamu harus selamatkan aku ...."Janice berkata dengan ekspresi tidak sabar, "Bagaimana aku bisa menyelamatkanmu? Apa aku bisa mengganti sidik jari dengan sidik jari orang lain?"Saat itu, begitu ge
Melihat tas model keluaran terbaru Chanel dalam genggaman Yurik, kilatan terkejut melintas di mata Rhea."Mengapa dia tiba-tiba memberiku tas?""Pak Jerico mengatakan suasana hati Nyonya sedang buruk, jadi dia ingin memberi Nyonya hadiah, agar Nyonya merasa sedikit senang."Sebenarnya dia tidak tertarik pada tas itu. Namun, karena Jerico sudah memberikannya padanya, tidak ada alasannya dia tidak menerima pemberian tersebut.Dia menganggukkan kepalanya, menerima tas dalam genggaman Yurik."Oke, tolong sampaikan terima kasih dariku padanya."Melihat Rhea seolah tidak terlihat senang, Yurik bertanya, "Nyonya, apa Nyonya nggak menyukai tas?""Yah, lumayan. Tapi, kalau dibandingkan dengan tas, aku lebih suka emas."Bagaimanapun juga, nilai jual emas jauh lebih tinggi dibandingkan tas. Terlebih lagi, perhiasan yang terbuat dari emas juga sangat indah.Yurik tertegun sejenak, dia tidak menyangka kesukaan Rhea begitu ....Hmm ....Sederhana dan tidak mewah."Oke, aku sudah mengerti, aku akan m
Melihat Rhea tetap bergeming, Vani berkata dengan suara rendah, "Biarpun kamu tetap di sini, juga nggak ada gunanya, hanya akan membuat ayahmu makin marah saja."Arieson juga menatapnya dan berkata sambil tersenyum, "Nggak perlu khawatir, aku bisa menanganinya dengan baik."Setelah ragu selama beberapa detik, akhirnya Rhea mengangguk dan berkata, "Baiklah."Setelah keluar dari bangsal bersama Vani, mereka berdua duduk di bangku di koridor. Untuk sesaat, tidak ada seorang pun yang berbicara.Setelah terdiam sesaat, Vani baru menoleh ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, sebenarnya tetap berada di dalam negeri juga cukup baik, peralatan dan keterampilan medis rumah sakit ini juga lumayan bagus, aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan ekspresi dingin, "Bibi Vani, kamu tiba-tiba nggak ingin pergi ke luar negeri karena Kak Gerald berencana untuk mengembangkan kariernya di dalam negeri?"Vani tertegun sejenak, kilatan rasa bersalah berkedip di matanya. "Bagaima
Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Vani, kemarin jelas-jelas kita sudah sepakat, mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"Lagi pula, dia mengirim mereka ke luar negeri, juga demi keselamatan mereka.Dia tidak akan melepaskan Sizur. Selain itu, setelah Arieson tahu dia hanya dimanfaatkan, pria itu juga tidak akan melindunginya lagi. Saat itu tiba, dia tidak mungkin bisa membagikan tenaga dan pikirannya untuk mengatur mereka dengan baik lagi.Vani berkata dengan ekspresi tidak berdaya, "Bukannya aku nggak ingin ke luar negeri, ayahmu benar-benar nggak tenang meninggalkanmu sendirian. Apa pun yang kukatakan, dia tetap nggak setuju untuk pergi ke luar kota."Setelah berpikir sejenak, Rhea berkata dengan suara dalam, "Nanti malam aku akan pergi ke rumah sakit untuk membujuknya sendiri."Sorot mata Vani berkedip, dia berkata, "Sekarang ayahmu masih marah padamu, beberapa hari lagi saja baru kamu kunjungi. Aku takut kalau malam ini kamu pergi mengunjunginya, kalian akan bertengkar
Siska menoleh, menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Sekujur tubuhnya bahkan gemetaran. "Kamu bilang aku memalukan?""Memangnya nggak memalukan? Lihatlah hal-hal yang telah kamu lakukan belakangan ini, apa ada yang berhasil? Karena kamu nggak berkemampuan, jangan menambah-nambah masalah lagi!"Ekspresi amarah tampak jelas di wajah Jerico, dia juga berbicara blak-blakan saja.Bulir-bulir air mata Siska terus mengalir, dia berkata dengan terisak, "Kalau bukan karena suamiku dan putraku nggak berguna, apa aku perlu melakukan hal-hal ini? Sekarang kamu malah mengataiku menambah-nambah masalah? Mengapa kamu nggak punya kemampuan untuk mengeluarkan ayahmu dari penjara? Jerico, kamu benar-benar membuatku kecewa!"Selesai berbicara, dia langsung membuka pintu mobil dan pergi begitu saja.Jerico tidak mengejar ibunya, raut wajahnya tampak sangat muram.Mengapa Siska tidak bisa memahaminya? Dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang ini, dia sama sekali tidak punya cara untuk menyelamat
Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa.Sorot mata Rhea sedikit berkedip, perasaannya juga agak rumit.Jelas-jelas pria itu takut menyinggung Arieson, tetapi pria itu tetap saja membuat alasan untuk diri sendiri. Dia benar-benar tidak tahu mengapa sebelumnya dia bisa jatuh cinta pada seorang pria pecundang seperti itu.Setelah Jerico pergi, Rhea lanjut memakan steik sapinya dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Baru makan tidak lama, dia menyadari pandangan Arieson terus tertuju padanya.Dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, lalu bertanya dengan ekspresi kebingungan, "Apa ada sesuatu di wajahku? Mengapa kamu terus menatapku seperti itu?""Nggak apa-apa, aku kira suasana hatimu akan terpengaruh olehnya.""Bagiku, dia sudah lama seperti orang asing, nggak layak membiarkannya memengaruhi suasana hatiku.""Baguslah kalau begitu."Selesai makan malam, mereka berdua langsung kembali ke vila.Di kantor polisi, saat Jerico membawa
Gerald yang sedang bicara di ujung telepon saja terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara rendah, "Ada orang di sampingmu?""Hmm.""Nggak ada urusan lain lagi, sampai di sini dulu."Setelah panggilan telepon berakhir, Rhea baru menoleh ke arah Arieson dan berkata, "Tadi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan padaku mau makan malam apa?"Arieson berkata dengan ekspresi tenang, "Aku kebetulan melihatnya, jadi aku tanyakan padamu. Apa aku mengganggu pembicaraanmu?""Nggak."Dia hanya merasa agak aneh pria itu berbicara di saat dia masih belum mengakhiri panggilan teleponnya.Seolah-olah tidak melihat ekspresi kebingungan di wajah Rhea, Arieson berkata dengan suara dalam, "Siapa yang meneleponmu tadi?""Putra Bibi Vani. Saat kuliah, dia sudah pergi ke luar negeri. Biasanya kami juga jarang berhubungan, jadi aku nggak menyebutkannya padamu."Arieson menyipitkan matanya, tetapi dia tidak bertanya lebih jauh lagi.Mereka berdua makan malam di restoran makanan barat yang disebutkan oleh Arieson. Sa
Detik sebelumnya, dia masih hanyut dalam kegembiraan akan segera bersatu dengan putranya. Alhasil, detik berikutnya, kebahagiaannya lenyap seketika."Sebenarnya, tahun lalu aku sudah berencana untuk kembali, hanya saja aku belum menemukan pekerjaan yang cocok. Bulan lalu aku baru berhubungan dengan sebuah perusahaan terkemuka di Kota Batur. Besok aku sudah akan menandatangani kontrak.""Kalau begitu, mengapa kamu nggak memberitahuku lebih awal?"Kalau dia mengetahui hal ini lebih cepat, dia tidak akan setuju untuk membawa Bagas ke luar negeri untuk menjalani perawatan di sana.Negara luar tentu saja asing baginya. Kalau dia hanya berdua saja dengan Bagas di sana, pasti tidak akan sepraktis berada di dalam negeri."Aku berencana untuk memberi tahu Ibu setelah hal ini benar-benar sudah ditetapkan."Vani mengerutkan keningnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun, hatinya tetap diliputi sedikit amarah.Sekarang dia sudah menyetujui Rhea untuk membawa Bagas menjalani perawatan ke luar negeri
"Kamu!"Saking kesalnya, Siska hampir jatuh pingsan. Sekujur tubuhnya gemetaran. Dia menunjuk putranya, tetapi tidak ada kata-kata yang terucap olehnya.Pada akhirnya, Siska pergi dengan marah.Siang keesokan harinya, saat Rhea tiba di restoran, Denis sudah berada di sana.Dia berjalan menghampiri Denis dengan langkah cepat, duduk di kursi seberang Denis, lalu berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, ya. Agak tertunda karena penelitian di laboratorium.""Nggak apa-apa. Nona Rhea, silakan lihat dokumen ini dulu."Mengambil dokumen yang disodorkan oleh Denis, Rhea membukanya dan melihat isinya sejenak. Secara naluriah, keningnya berkerut.Sejak Jerico berselingkuh, pria bajingan itu sudah mulai mengalihkan asetnya. Sekarang kebanyakan asetnya berada di bawah nama Stella."Nona Rhea, masalah utama di sini adalah sekarang Jerico dan Stella sudah menjadi pasangan suami istri. Selain itu, sebelum dia mengalihkan aset-aset ini, seharusnya dia juga sudah pernah menanyakannya pada pengacara
"Kalau mau lapor polisi, cepat lapor. Kalau kalian nggak lapor polisi, aku akan membantu kalian lapor polisi."Selesai berbicara, Rhea langsung memutus panggilan telepon.Detik berikutnya, dia langsung mengirimkan rekaman kamera pengawas yang telah disalinnya pagi ini kepada Denis, lalu menceritakan dengan singkat, padat dan jelas apa yang telah dilakukan oleh Siska pada sang pengacara. Denis menyatakan bahwa dia bisa menuntut Siska atas tuduhan penyebaran rumor tidak benar.Rhea menyunggingkan seulas senyum, lalu mengirimkan pesan balasan.[Kalau begitu, tuntut saja.]Walaupun penyebaran rumor tidak bisa sampai membuat Siska masuk penjara, tetapi setelah tuntutan atas penyebaran rumor tak benar yang dilakukannya tersebar luas, wanita itu pasti akan merasa sangat malu.Bukankah ingin memainkan trik untuk membuat orang jijik? Siapa yang tidak bisa?Denis mengirimkan pesan balasan "baik". Kemudian, dia menanyakan pada Rhea apakah besok siang Rhea ada waktu karena dia ingin membicarakan t
Yah, sesungguhnya, perasaan wanita itu terhadap dirinya masih tidak terlalu dalam.Namun, mereka masih punya banyak waktu, dia juga cukup sabar. Dia akan menunggu hari di mana Rhea bergantung padanya seperti saat bergantung pada Jerico dulu."Hmm, tapi aku tetap berharap, kalau kelak ada orang yang mencari masalah denganmu lagi, kamu bisa meminta bantuanku, bukannya menanggungnya sendirian."Ekspresi sungguh-sungguh pria di hadapannya, membuat hati Rhea melunak."Oke."Sekembalinya ke kamar tidur, Rhea hendak menghapus riasan wajahnya ketika ponselnya berdering. Itu adalah panggilan telepon dari Weni."Rhea, mantan ibu mertuamu menyebarkan rumor kamu main tangan padanya. Hal ini sudah tersebar luas di kalangan kelas atas Kota Batur."Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Nggak perlu dipedulikan, nggak lama lagi dia akan kena batunya sendiri."Weni berkata dengan nada bicara diliputi emosi, "Kamu nggak tahu seberapa nggak enak didengar kata-katanya itu. Aku benar-benar ke