“Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu? Aku bukan perempuan pengecut dan bodoh seperti itu,” ucapnya dengan nada tinggi hingga membuat pria tampan itu nyaris menampar Nada.Lalu Nada menatap ke arah Melani, “kamu tenang saja, bila papa ku melihat mobil aku terparkir di depan dia pasti menemukan kita dan mengetahui kalau kita ada di sini. Jangan bertindak bodoh dengan menyampaikan hal yang belum tentu benar karena orang-orang seperti ini akan mendapat balasan lebih dari yang dia lakukan terhadapku! Aku bersumpah mereka akan menyesal!” bentaknya penuh penekanan pada sang sahabat.“Uuuuuh giliran aku sekarang yang ketakutan, ancamanmu sangat membuatku tidak nyaman,” sahutnya berbohong pura-pura menggigil seperti orang yang sedang ketakutan.Padahal dia sudah muak dengan kelakuan Nada dan segala omong kosongnya. Sekarang dia baru percaya kalau buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya, dan seperti inilah sikap Mamanya Nada sewaktu masih muda.Pria tampan itu kembali menoleh ke arah anak buahn
Dua minggu berlalu nama baik Laura sudah kembali pulih dan nasib Nada serta Maira sangat memprihatinkan.Bahkan mereka rela menjadi budak sang mafia agar tidak sampai di bawa ke dalam penjara, tentu saja hidup mereka di sana tidak akan pernah tenang.David juga menegaskan sekali lagi siapapun yang berani mengusik ketentraman hidup keluarganya, maka dia akan membalasnya dengan sangat kejam.Bahkan ketika permintaan maaf itu berlangsung tiga wanita tersebut berlutut di kaki Laura.Laura yang awalnya menolak dipaksa untuk mau melakukannya, ia pun tak memiliki pilihan lain selain membiarkan tiga wanita yang sudah merusak nama baiknya tersebut kini membayar semua kejahatannya.Tidak hanya itu, setelah permintaan maaf Nada, Maira dan satu lagi teman Maira lalu terlihat di layar besar tentang aib perselingkuhan yang dilakukan oleh Mamanya Nada dengan adik iparnya sendiri.Dan berita itu menggemparkan kota New Capitol, tentu hal itu dilakukan oleh sang mafia dengan kesengajaan karena Mamanya
“Ma ….”Dita berteriak di depan pintu kamar mandi sambil mengetuk pintu itu cukup keras, padahal kedua orang tuanya belum sempat buka baju tapi gadis kecilnya sudah berulah.Laura berdecak kesal, namun tak urung dia tetap membuka pintu kamar mandi untuk memperlihatkan kalau dirinya belum mandi.“Ada apa Tuan putri gembul.”Laura tak tersenyum saat berujar demikian bahkan tampak menahan kesal. Tapi Dita malah terkekeh saat menyadari kelakuannya telah membuat sang mama marah.“Sorry to say, itu ada suara pesawat kata Bibik,” adunya.“Ya sudah biarkan saja, paling Om Pedro, udah sana,” usir Laura.Bukannya pergi, Dita malah menyembulkan kepalanya untuk mencari tahu di mana sang papa berada.Detik berikutnya Dita dibuat terkejut oleh sang papa hingga membuat Laura memukul David karena lupa kalau anak-anaknya pernah menderita penyakit jantung.Meski sudah dinyatakan sembuh, tetap saja Laura khawatir karena kesehatan sang anak pulih akibat cangkok jantung.“Bikin kaget saja, sana cepat mand
“Tapi Pa, boleh nanti minta beli guguk yang besar seperti di rumah Om Ryan?” tanya Dita menyela.“Boleh sayang,” jawab David.Ini yang si kembar sukai dari sang papa, apapun yang mereka mau hampir tak pernah mendapat penolakan dari Papanya.Mereka sedang berkumpul di taman belakang, karena cuaca sangat cerah, banyak bintang di langit dan deburan ombak di seberang jalan membawa suasana semakin romantis.“Enak bener jadi bocil, apa-apa selalu boleh,” celetuk Joe.“Iri Bos!” Suara Dika terdengar meledek, David tak sekali menegur sang anak sebab Dita dan Dika memang sering tidak akur hanya dengan Joe seorang.“Tapi Tuan, kak Laura. Bukankah memanjakan anak sejak kecil akan membuat mereka cenderung tidak menghargai bisa menghargai uang dan beratnya mencari uang?”Pertanyaan bernada protes itu terucap dari mulut Angel yang seolah sangat keberatan David menghabiskan banyak tabungannya untuk aset anak dan istrinya.Sedangkan Joe dan Ryan merasa kesal di hati karena menganggap Angel terlalu la
Pagi ini untuk pergi ke sekolah Dita dan Dika akan ikut bersama mobil sang papa, tapi nanti ketika pulang sopir pribadinya yang akan menjemput.Sedangkan pengawal dan pengasuhnya berada di mobil lain, setelah menyelesaikan sarapan Dita dan Dika berpamitan untuk mengambil kelengkapannya yang masih tertinggal di lantai atas.“Papa tunggu di depan ya sayang,” ucap David.“Ok Bos,” jawabnya kompak tanpa menoleh ke arah sang papa.David dan Laura menuju ke depan lobby rumah mereka dan berdiri tepat di samping mobil pribadi David yang sering digunakan untuk bekerja.“Sayang selama anak-anak masih di sekolah kamu istirahat di rumah ya, jangan capek-capek! Lihatlah wajahmu sangat pucat. Aku tidak ingin melihatmu sakit lagi.”David berkata jujur sambil mengusap lembut pipi sang istri. Laura tersenyum, kemesraan sepasang suami istri ini sudah menjadi tontonan sehari-hari untuk seluruh pelayan di rumahnya.“Iya sayang jangan khawatirkan aku! Harusnya kamu tuh yang tidak boleh capek, ingat keseha
“Kita temui suster yuk Dika, kasih tahu suster kalau ternyata jadwal yang kita bawa salah!” Sang kakak kembar memberi usul pada bocah tampan di depannya, yang dibalas anggukan tanda menyetujui permintaan gadis kecil itu.Mereka berdua pun berjalan menuju ke sebuah pintu di dekat kedua susternya sering menunggunya.Tampak suster Alma dan rekannya yang melihat Dita dan Dika berlari kecil ke arahnya pun segera mendekati pintu besi dan mereka mulai berbincang.“Ada apa Nona, Tuan? Apa ada yang bisa dibantu?” tanya sang suster dengan raut wajah khawatir.“Suster ternyata kami salah bawa jadwal loh, hari ini hari selasa kami pikir senin,” jawab Dita penuh penyesalan.Dika dan Dita menyesal sudah tak membiarkan kedua suternya untuk merapikan bawaan mereka ke sekolah, niat ingin mandiri tahunya malah salah.Mereka hanya ingin menunjukan pada sang mama kalau keduanya sudah besar dan tidak merepotkan lagi.“Sudah suster ganti kok Non. Tugasnya pun sudah ada di dalam tas masing-masing,” ujar s
David mengambil mic yang ada di depannya, pria yang berpenampilan elegan dengan jam tangan berharga miliaran melingkar di pergelangan tangannya.Cincin pernikahan yang juga bertahta berlian melingkar di jari manisnya. Semua mata menatap ke arahnya.“Terima kasih karena kalian sudah kembali datang dan percaya kalau istri saya bukan wanita rendahan yang memiliki penyakit tidak jelas seperti yang pernah disangkakan kepadanya.”Suasana riuh kembali karena sebagian besar dari mereka sangat menyesali perbuatannya sudah ikut menyalahkan Laura atas perbuatan yang tak pernah dilakukannya.“Kalian yang sudah berkeluarga pastinya sama seperti saya, akan mengutamakan kepentingan keluarga. Harga diri keluarga kami sangat tinggi, saya memaafkan tapi saya tidak melupakan kejadian saat sebagian orang ikut mencibir kami.”Para klien bisnis David mulai gerah mendengar kalimat sarkasme dari David dan mereka yakin David tidak akan mau menjalin kerjasama dengan mereka.“Saya hargai niat baik anda untuk ke
Sore harinya Dita dan Dika sudah bangun dari tidur siang. Bahkan mereka sudah mandi dan berganti pakaian.Sebab sore ini Riana dan Joe berjanji mengajaknya untuk jalan ke mall, sedangkan David dan Laura memilih untuk tetap berada di rumah.Mengingat pernikahan Joe yang semakin cepat membuatnya harus mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam acara tersebut.Meski bukan pernikahan yang meriah karena hubungan keduanya belum direstui oleh Mamanya Riana, tetap saja mereka harus mempersiapkan semuanya secara matang termasuk membeli beberapa style pakaian yang ada di salah satu butik dalam mall tersebut.Riana juga membuat janji pada Merry salon langganan Laura yang kebetulan sore ini sang pemilik salon kecantikan itu sedang berada di cabang salonnya di dalam mall.“Wah kalian sudah cantik dan tampan,” puji Riana pada si kembar yang saat ini berjalan mendekat ke arah mereka.Dita dan Dika menggunakan pakaian yang sama hanya warnanya saja yang berbeda dan ukuran celananya Dita di atas lu