Share

31. Menjaring Perhatian

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-17 00:11:34

Nathan membuang pandangannya ke luar jendela mobil yang sedang membawanya menuju rumah sakit. Tangisan Rival yang memanggil-manggil nama “Max” sambil memeluk bola yang dihancurkannya tadi, terus terngiang dalam kepalanya, meremas hatinya dengan rasa sakit.

Ada sesal yang mengalir dalam dadanya. Demi Tuhan, dia sama sekali tak bermaksud menyakiti Rival, anak yang sudah dianggapnya seperti anak kandung sendiri.

Tapi, saat melihat bola yang ditendang Rival tadi melesat dan menghantam tepat di wajah Alyra, membuat emosinya tiba-tiba saja menjadi tak terkendali. Terlebih Alyra menangis keras dan darah seketika menetes-netes dari hidungnya. Ditambah jeritan panik Vena yang melihat putrinya terluka tepat di depan matanya.

Kejadian itu berlangsung dengan cepat, bahkan dirinya sendiri tak sadar sudah memukul Rival sambil membentaknya. Dan kemarahannya seolah kian menjadi begitu melihat bola yang menyakiti putrinya tadi bertuliskan nama “Max Julian”, pria yang dibencinya.

Nathan memijat kening
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   32. Teguran Keras

    Langit di atas stadion tampak muram, seakan mencerminkan suasana hati Max. Suara gemuruh dari para penonton memenuhi udara, membakar semangat para pemain yang sudah bersiap di lapangan.Pertandingan berlangsung sengit sejak peluit pertama ditiup. Max, dengan posturnya yang tinggi-tegap dan wajah tegang, selalu waspada di garis pertahanan. Ia berusaha menjaga tembok lini belakang dari gempuran lawan yang selalu siap menerobos pertahanannya. Setiap gerakan lawan diikuti dengan seksama, setiap potensi ancaman dihadapi dengan tekad baja. Namun, ada sesuatu yang mengganggu fokusnya.Mimpinya tentang Rival semalam terasa mengganggu dan membuatnya tidak bisa tenang seperti biasa. Dalam mimpi itu, Rival memanggil namanya dengan suara serak, seolah memohon sesuatu yang tak bisa diberikan Max. Kegelisahan dari mimpi itu merembes ke dalam pikirannya, membuatnya tiba-tiba goyah di lapangan."Max! Ada apa denganmu!" omel Danny dengan nada kesal saat Max hampir saja melakukan blunder yang fatal, n

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   33. Terpukul

    Nathan memutuskan meninggalkan rumah sakit dan menyerahkan pengawasan Alyra pada Vena, setelah memastikan bahwa kondisi Alyra tidak segawat yang Vena sampaikan sebelumnya.Setibanya di rumah, dia masuk dengan langkah berat, suasana hening menyambutnya. Biasanya, dia bisa mendengar tawa kecil Rival atau suara lembut Mia yang memanggilnya dari dapur. Namun kali ini tidak ada apa-apa selain keheningan. Rumah yang biasanya terasa hangat dan penuh kehidupan, mendadak terasa dingin.Nathan berjalan menuju kamar utama. Dia membuka pintu dengan perlahan, berharap menemukan Mia di sana. Tetapi kamar itu kosong. Tempat tidur tampak rapi.Dia pikir mungkin Mia sedang membuat kue atau roti di dapur, seperti yang sering dilakukannya saat ingin menenangkan diri. Atau mungkin Mia sedang mengurus taman anggreknya di teras belakang, yang selalu menjadi pelariannya saat ingin menyendiri.Nathan menuju kamar Rival. Dia berharap menemukan anaknya di sana, mungkin saja Rival sedang main playstation atau ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   34. Pulang ke Rumah Ibu

    Nyonya Wina tampak kaget melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba. Lebih kaget lagi setelah melihat Rival, padahal ini bukan musim liburan. Hatinya mendadak merasa tidak enak. Dia berdiri di ambang pintu, menyapu pandangannya ke arah Mia yang terlihat kusut dan lelah.“Apa yang terjadi, Mia?” tanyanya dengan nada tegas, matanya yang tajam mengamati setiap perubahan di wajah putrinya.“Oma!” Rival memotong suasana tegang dengan pelukan hangat, membuat Nyonya Wina tersenyum lebar. Dia membungkuk untuk memeluk cucunya, merasakan kehangatan dan kegembiraan yang tulus dari bocah kecil itu."Rival kangen sama Oma. Katanya Mama juga kangen sama Oma, terus Mama langsung mengajak terbang ke sini," celoteh Rival, suaranya penuh semangat.Rival menganggap perjalanan dadakan dari Indonesia menuju Skotlandia ini sangat menyenangkan, cukup menghibur duka di hati Rival atas rusaknya bola kesayangannya. Dan tentu saja, Rival tetap membawa bola itu bersama mereka. Nyonya Wina mengangguk-angguk, te

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   35. Nasihat Ibu

    Mia menjawab pertanyaan ibunya dengan menggeleng pelan sambil menunduk, tangis merembes di pipinya. Pernikahannya dengan Nathan memang tidak mungkin disetujui oleh keluarga besar Wijaya bila saja Nathan tidak membuat pengakuan menggegerkan itu.Saat itu, Mia tidak tahu apa yang membuat Nathan tiba-tiba melakukan kenekatan itu. Kenangan itu berputar di benaknya, seolah baru terjadi kemarin.Hari itu, Nyonya Wina dan Nyonya Ambar, ibunya Nathan, baru saja memasuki ruangan perawatannya, berniat membesuknya. Wajah keduanya seketika memucat saat secara tidak sengaja mendengar percakapan Mia dengan dokter yang sedang memeriksa kandungannya. “Mia…, k-kamu hamil?” Nyonya Wina tercengang kaget. Nyonya Ambar yang berdiri di sebelahnya dengan sigap memegangi tubuh iparnya yang gemetaran itu. "Siapa yang menghamilimu, Mia? Pria itu harus bertanggung jawab! Dia harus menikahimu sebelum kandunganmu itu semakin membesar!” tuntut Nyonya Wina dengan nada penuh amarah.Mia hanya bisa terdiam, air ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   36. Lelah Didominasi

    Mia menghembuskan napas panjang, menatap pemandangan kota Inverness dari jendela kamar. Inverness, dengan segala pesonanya, memancarkan keindahan yang mampu menenangkan jiwa yang gelisah. Kota kecil di dataran tinggi Skotlandia ini penuh dengan pesona alam dan sejarah yang terasa nyata di setiap sudutnya.Di kejauhan, pegunungan yang menjulang tinggi tampak seperti penjaga kota yang setia, melingkupi Inverness dengan keagungan alaminya. Puncak-puncak yang tertutup salju putih berkilauan di bawah sinar matahari, menciptakan pemandangan yang memukau. Sungai Ness yang mengalir tenang melintasi kota menambah kesan damai, dengan airnya yang jernih berkilauan seperti kristal di bawah sinar matahari.Mia mencoba menenangkan diri di tengah keindahan yang kini terasa kontras dengan kekacauan hatinya. Dia ingin merasakan ketenangan di tempat ini, setidaknya dalam situasinya sekarang. Sayangnya, Nyonya Wina hanya memberinya izin tinggal di sini untuk beberapa hari saja.“Padahal aku masih ingi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   37. Lari Sejenak dari Kenyataan

    "Mia jadi berangkat ke Jakarta hari ini, Tante?" tanya Nathan penuh kegelisahan saat menelepon Tante Wina, mencoba mencari tahu keputusan Mia.Saat kepergian Mia pada beberapa hari lalu, ia langsung mengecek paspor dan visa milik Mia dan Rival di brankas dokumen pribadi mereka. Begitu tak menemukannya, dia tahu bahwa Mia sedang menuju rumah ibunya di Skotlandia. Pada detik itu juga ia segera menelepon si tante, memberikan penjelasan tentang situasi rumah tangga mereka saat itu. “Aku memang salah, Tan. Aku tidak sengaja meniduri asisten pribadiku, saat itu aku betul-betul sedang mabuk. Aku tidak sadar kalau itu bukan Mia. Demi Tuhan, aku hanya mencintai Mia,” sumpahnya.Nathan lalu menjelaskan semuanya.“Apa? Kau membawa perempuan itu ke rumahmu, Nath? Kau gila!” omel Tante Wina dengan nada tinggi. Nathan memahami kemarahan Tante Wina dan mendengarkan tanpa interupsi saat tantenya mengomel dan memarahinya.“Tan, aku terpaksa melakukannya. Alyra menderita leukimia, umurnya mungkin tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   38. Pemain Favorit

    Jalanan penuh dengan para pendukung yang berpakaian seragam tim kesayangan mereka, menciptakan lautan warna yang meriah. Mia berjalan di antara mereka, merasakan kegembiraan yang menular. Setibanya di stadion, Mia kagum melihat megahnya arena pertandingan. Banner besar dengan logo klub yang menjulang tinggi, aroma hot dog dan popcorn yang memenuhi udara, serta suara terompet dan drum yang bergemuruh menambah semarak suasana. Mia bergabung dengan arus penonton yang mengalir menuju tribun utama stadion yang megah. Udara sejuk musim semi menyegarkan wajahnya saat ia melangkah dengan hati yang berdebar-debar. Di sekitarnya, suara sorak-sorai dan percakapan riuh penonton memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang energik sebelum pertandingan dimulai.Tribun penuh dengan kerumunan berbagai usia, mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa, pria dan wanita. Warna-warni seragam dan bendera klub Lakeside City berkibar-kibar di udara, menambah semarak suasana sekitar. Mia menemukan tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   39. "Max is Maximal"

    Sorak-sorai penonton menggema di seluruh stadion ketika peluit pertandingan berbunyi. Sorotan lampu yang terang benderang menyinari lapangan hijau, menciptakan bayang-bayang panjang dari para pemain yang bergerak cepat. Di tengah lapangan, Max bertindak penuh waspada sebagai bek andalan Lakeside City, matanya tajam mengamati setiap pergerakan lawan yang memasuki area pertahanannya. Max adalah gambaran sempurna dari dedikasi dan determinasi. Keringat mengalir di dahinya, ia pantang menyerah, siap melindungi area pertahanan dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Gerakan gesitnya mencerminkan latihan keras dan disiplin yang diterapkannya selama ini.Serangan demi serangan dari Northbridge United datang seperti badai. Bola bergerak cepat, hampir tak terlihat saat ditendang dari satu pemain ke pemain lain. Melihatnya, Mia menahan napas. Ketegangan terasa melingkupi stadion. Serangan itu begitu cepat dan terkoordinasi, menyusup melalui lini tengah Lakeside City. Max bergerak cepat, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19

Bab terbaru

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   EPILOG

    Di lobi gedung rumah sakit elit di jantung kota Jakarta, sebuah sedan Rolls Royce hitam berhenti dengan anggun, memancarkan aura kemewahan yang nyata di antara deretan mobil mewah lainnya yang sedang memasuki halaman rumah sakit tersebut.Pintu mobil sedan mewah itu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berwajah oriental yang melangkah keluar dengan aura kecerdasan dan percaya diri. Berbalut sepatu kulit hitam mengkilap, kaki pria itu menapak lantai lobi dengan ketegasan seorang pemimpin sejati. Setelan jas hitam yang dikenakannya begitu pas membingkai tubuhnya yang tinggi dan atletis, menambah kesan elegan dan berwibawa yang kini melekat erat pada diri pria berusia 40 tahun itu.“Silakan, Tuan Valen,” sapa asistennya sambil membukakan pintu mobil, memberikan anggukan hormat pada CEO “Bintang Hospital Group” yang baru saja tiba.Aura Dokter Joshua Valen kini begitu berbeda, mencerminkan transformasi yang telah ia lalui dalam beberapa tahun ini. Sejak ditinggalkan oleh Mia, Valen me

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   153. Damai Bersamamu (Tamat)

    Max dan Mia memulai babak baru dalam kehidupan mereka di Lake District, Inggris, sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang kontras dengan kehidupan kota yang sibuk. Keputusan mereka untuk menetap di kawasan ini adalah bagian dari keinginan mereka untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan baru mereka bersama.Rumah mereka, sebuah cottage yang terletak di tepi danau, dikelilingi oleh hutan hijau dan pegunungan yang menjulang, memberikan latar belakang yang sempurna untuk melanjutkan kehidupan mereka. Setiap pagi, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang memukau dan suara lembut angin yang berdesir di antara pepohonan. Ini adalah tempat di mana Mia dan Max dapat menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan benar-benar fokus pada kebersamaan mereka.Max, sebagai pemain sepak bola profesional, berhasil menjalani karier yang cemerlang di Inggris bersama Lakeside City, klub sepak bola yang kini terdaftar dalam EPL (English Premi

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   152. Bukan Akhir Kisah Cintaku

    Di sebuah rumah sakit, Valen duduk di ruang tunggu keluarga pasien, menantikan Mia yang sedang menjalani operasi darurat dan harus dikuret karena mengalami keguguran. Valen masih mengenakan kemejanya yang bersimbah darah—darah Mia. Asistennya mencoba membujuknya untuk mengganti pakaian. Namun, Valen menggelengkan kepala, menolak tawaran itu. Gelengan itu membuat asistennya mundur, memberikan ruang bagi Valen yang masih terlihat kalut dan terpukul oleh peristiwa tragis yang menimpa Mia.Di depannya, Max yang juga sedang tegang menantikan Mia, ia mengamati semua gerak-gerik Dokter Joshua yang semakin jelas di matanya. “Kamu jatuh cinta pada Mia kan, Dok?”Tanpa ragu, Valen mengangguk. “Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu, di ruang IGD itu. Kupikir saat itu aku hanya merasa iba kepadanya, tapi ternyata tidak… itu bukan hanya rasa iba ataupun sekadar simpati. Aku selalu ingin bersamanya sejak saat itu. Ingin melindunginya, ingin memastikan bahwa dia selalu baik-baik

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   151. Di Ujung Kehidupan

    Gavin menginjak gas mobilnya lebih dalam, melesat keluar dari basement dengan kecepatan yang mencerminkan kepanikan dalam dirinya. Jantungnya berpacu, diliputi oleh ketakutan dan penyesalan yang menghantui setiap pikiran.“Maafkan aku, Valen. Maafkan aku…!” suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang bergolak. Bibirnya gemetar, dan air mata mulai membanjiri pandangannya.Tangis Gavin pecah, mengalir deras seperti sungai yang tak terbendung. Hatinya terasa remuk, diremas oleh kepedihan yang tak tertahankan saat bayangan Valen melintas di benaknya. Bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu sekarang?Pikiran itu mencabik-cabik ketenangannya. Ketakutan menyeruak, menggerogoti setiap sudut batinnya. Bagaimana jika Valen… mati? Atau lebih buruk, bagaimana jika Valen cacat permanen akibat keputusan impulsif yang baru saja ia buat?“Tidak…! Tidak!” Gavin memukul-mukul setir mobil dengan frustrasi.Penyesalannya datang terlambat, menghempaskan Gavin ke dalam jurang keputusasaan.

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   150. Jangan Ambil Dia

    Di dalam basement, area parkir sebuah apartemen, tatapan Gavin tak lepas dari mobil yang terletak beberapa meter di depannya. Mobil itu seolah menjadi simbol dari seseorang yang diam-diam telah menjadi pusat dunianya—Dokter Joshua Valen. Hati Gavin bergejolak dengan perasaan yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, kecuali kepada pemilik mobil itu sendiri.Joshua Valen, sang dokter yang tampan dan baik hati, adalah sosok yang telah membuat Gavin merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapati dari orang lain. Setiap kali berada di dekat Valen, Gavin merasa damai, seolah semua beban hidupnya menghilang dalam sekejap. Kekaguman Gavin terhadap Valen melampaui batas-batas yang wajar, melebihi rasa kagum seorang pasien biasa kepada dokternya. Gavin telah jatuh cinta—perasaan yang ia tahu salah, namun tak bisa ia kendalikan.Gavin masih mengingat dengan jelas hari ketika ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Valen. Detik-detik itu penuh ketegangan baginya, n

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   149. Memperbaiki Keadaan

    “Michella, kamu sekarang bisa mencairkan nilai pokok investasi milik Mia, lakukan segera.” Nathan menyampaikan instruksi itu lewat telepon. Michella terkejut mendengar permintaan Nathan. Padahal sebelumnya, Nathan kerap memberinya ancaman yang mengerikan bila ia sampai memberikan bantuan keuangan pada Mia, apalagi sampai mengembalikan nilai pokok investasi yang sudah sering diminta oleh Mia.Namun, tanpa banyak tanya lagi—khawatir Nathan berubah pikiran, Michella segera mentransfer uang itu pada Mia. Membuat Mia menangis lega saat ia menyampaikan kabar baik itu.“Maaf, aku baru bisa mengembalikan uang investasimu sekarang, Mia.” Michella berkata dengan hati yang diliputi rasa bersalah.“Tidak apa-apa, Michella…, yang penting sekarang bisnismu sudah stabil, kan?” ucap Mia begitu tulus.Michella diam-diam merasa bersalah dalam hatinya karena sebenarnya bisnisnya baik-baik saja selama ini. Tetapi ia tak berkutik dan tunduk pada perintah Nathan karena ancaman-ancamannya terhadap bisnis M

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   148. Mari Bekerja Sama Secara Profesional

    “Bisa-bisanya kamu menciptakan kiamat untuk kariermu sendiri, Max!” Brama mengomel dengan nada yang semakin meninggi saat menemuinya di hotel usai pertandingan malam itu, nadanya penuh dengan kekhawatiran. Dia membayangkan dampak dari tindakan Max yang sembrono ini—reputasi yang hancur, skandal yang meledak, efek domino yang bisa berakibat fatal bagi kariernya. Brama sangat memahami bagaimana dunia olahraga bisa kejam; satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Brama menatap Max sambil geleng-geleng kepala, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan gelisah. Kepalanya yang botak berkilau di bawah cahaya lampu. Sementara itu, Max duduk dengan tenang di hadapannya, menyandarkan punggung ke kursi dengan senyum tipis yang tampak santai. Matanya memancarkan keteguhan yang sulit digoyahkan, seolah semua kata-kata Brama hanya angin lalu.Senyuman Max mencerminkan keyakinan dan ketidakpeduliannya terhadap apa kata dunia atas tindakannya. “Mia sudah bercerai dari Nathan, itu

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   147. The Answer is Always "Yes"

    Jeritan cinta yang begitu menggema dari Max seolah merobek kebisingan di stadion, menimbulkan kekagetan di pikiran begitu banyak orang, khususnya Mia. Dia tak pernah membayangkan bahwa Max akan melakukan sesuatu yang begitu nekat, begitu terbuka, di depan puluhan ribu pasang mata.Mia membeku, tubuhnya kaku seperti patung di tengah lautan manusia yang seakan tidak berhenti bergejolak dengan sorak sorai dan tepukan tangan. Dalam diri Mia, perasaan malu, terkejut, dan kebingungan bergulat satu sama lain, membuat tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak bisa mengimbangi kekacauan yang terjadi di dalam pikirannya. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.Tatapan Mia yang biasanya lembut kini terpaku lurus ke depan, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang kini tertuju padanya. Setiap mata di stadion ini seolah sedang memperhatikannya, menilai, dan mungkin bahkan menghakiminya. Tangannya yang dingin berusaha mencari pegangan, dan tanpa sadar, ia mengge

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   146. I Love You So Much

    Max bersama para pemain lainnya berjalan menuju tepi lapangan, wajahnya berseri-seri dengan senyum hangat menghiasi bibirnya. Tangannya terangkat, melambai ke arah suporter yang memenuhi tribun, seolah ia ingin menyapa setiap orang yang telah memberikan dukungan penuh selama pertandingan. Setiap langkah yang ia ambil terasa penuh dengan kebanggaan, mencerminkan kemenangan yang baru saja mereka raih.Sesampainya di tepi lapangan, Max sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan tulus kepada para suporter. “Terima kasih!” teriaknya kemudian, sambil kembali melambaikan tangannya.Aksinya diikuti oleh rekan-rekan timnas yang lain. Seketika sikap rendah hati para pemain itu memicu gelombang tepuk tangan yang riuh dari tribun. Sorak-sorai membahana, mengapresiasi sikap hormat yang ditunjukkan oleh Max dan para pemain timnas.Langkah Max dan timnya terhenti tepat di depan tribun Selatan. Di sana, lautan suporter dengan kostum hitam—warna khas Ultras Garuda, mendominasi pemandangan. N

DMCA.com Protection Status