Setelah Artha pergi, Sandy pun menggenggam tangan Sara sambil berkata, "Jangan termakan omongannya, Sara, dia cuma menakutimu."Sara hanya balas tersenyum dengan paksa tanpa mengatakan apa-apa. Dia justru paling khawatir menyakiti orang yang tidak bersalah.Artha segera mengantar Jefri pulang, jadi pada akhirnya Sara dan Sandy duduk di kantor polisi sambil menunggu taksi online yang mereka pesan datang.Sekembalinya di hotel, Sara membantu Sandy minum obat, lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, dia tidak bisa tidur meskipun sudah berguling ke sana dan kemari di atas tempat tidur.Pada akhirnya, Sara duduk di atas kasurnya sambil menekuk lututnya. Dia menatap selimutnya sebentar, lalu mengangkat teleponnya.Sara ingin menelepon Wina, tetapi dia tidak ingin mengusik bulan madu Wina dan Jihan.Setelah beberapa saat berdebat dengan dirinya sendiri, akhirnya Sara memutuskan untuk tidak menelepon Wina. Dia menyibakkan selimutnya, lalu turun dari tempat tidurnya untuk menemui Sa
Setelah beberapa saat, suasana hati Sandy pun berangsur-angsur menjadi tenang. Dia mengangkat ponselnya sambil melirik Sara."Aku akan menelepon kakak sepupuku. Dia juga seorang pengacara. Keahliannya memang di bidang tuntutan properti, tapi aku yakin dia tetap bisa membantu."Sandy pun langsung menelepon kakak sepupunya. Kakak sepupunya itu juga segera mengangkat telepon Sandy.Sandy menjelaskan duduk perkaranya secara mendetail, lalu diam menunggu respons dari kakak sepupunya. Namun, orang yang berada di ujung telepon sana malah menghela napas dengan berat."Sandy, aku bukannya nggak mau membantumu, tapi masalah ini terlalu sepele untuk dibawa ke meja hijau.""Lagian, kenapa juga kamu malah mendekati mantan pacar Tuan Muda Jefri? Kamu pikir keluarga kita kebanyakan uang atau kekuasaan?""Kamu sudah nggak muda lagi. Harusnya kamu lebih memikirkan orang tuamu daripada ....""Ya, oke."Sebelum sepupunya selesai mengomel, Sandy langsung menutup telepon.Setelah itu, Sandy tersenyum menat
Sementara itu, Aulia juga sedang dalam perjalanan bisnis di Kota Ostia. Salah seorang temannya memberitahunya bahwa Jefri habis memukuli seseorang di sebuah klub.Malam itu juga, Aulia bergegas pergi ke vilanya Jefri. Begitu masuk, Jefri tampak mabuk dan tidak sadarkan diri sambil memegang botol anggur.Dia berjalan naik ke bar dan mendorong pria yang berbaring di sana. "Kak, Kakak kenapa, sih? Kenapa Kakak main memukul pacarnya Nona Sara?"Sorot tatapan Jefri yang mabuk pun perlahan-lahan fokus ke sosok Aulia. Dia mendorong tangan adiknya dengan tidak sabar. "Ngapain juga kamu peduli."Aulia meletakkan tas tangannya, lalu merebut botol anggur yang Jefri pegang. "Berhenti minum. Kalau Kakak minum terus, bisa-bisa perut Kakak bermasalah."Setiap harinya, Jefri hanya makan, minum dan bersenang-senang. Sepertinya sosok Jefri yang saat ini harus dipotret dan dikirimkan ke Jihan agar Jihan bisa memberi Jefri pelajaran!Tentu saja Jefri tidak akan membiarkan botol anggurnya direbut. "Berhent
Mendengar kata-kata "suka" dari mulut Jefri itu ibarat matahari terbit dari barat.Ekspresi Jefri yang terlihat begitu pilu dan sedih membuat Leona jadi bersimpati. Dia pun berjalan menghampiri dan mengelus kepala Jefri."Jefri, silakan saja kalau kamu memang suka pada Nona Sara. Tapi, kamu juga harus mikirin dia suka balik padamu atau nggak.""Kalau Nona Sara nggak suka padamu, kamu bikin keributan seperti ini hanya akan membuatnya makin membencimu."Benarkah?Memangnya Jefri hanya membuat keributan semata?Kenapa semua orang mengira dia sedang bermain-main?Jelas-jelas Sara duluan yang menyulut amarah Jefri, Jefri hanya ...."Kak, Sara memperlakukanku seperti ini karena dia nggak menyukaiku, 'kan?"Leona sontak tertegun. Aduh, adik bodohnya satu ini. Masa Jefri tidak bisa membedakan mana yang suka dan mana yang tidak.Sepertinya kekasih Jefri selama ini terlalu tidak pedulian sehingga Jefri akhirnya berubah pikiran dan bahkan menjadi sekeras kepala ini.Leona tidak bisa menjawab pert
Sara memahami apa yang hendak Leona tanyakan. Dia terdiam sesaat sebelum menjawab pertanyaan Leona secara jujur."Aku pernah menyukainya."Karena pernah menyimpan rasa suka, jadi Sara bahkan tidak mengembalikan barang-barang pemberian Jefri sekalipun mereka sudah putus. Mungkin waktu itu inilah pemikiran yang Sara miliki.Pernah menyukainya berarti perasaan Sara itu sudah menjadi masa lalu karena Jefri gagal memahami isi hati Sara.Namun, jawaban ini membuat Leona tidak tahu harus bagaimana. Dia ingin membujuk Sara, tetapi perasaan Sara untuk Jefri sudah tiada. Jika dia tidak membujuk Sara, itu namanya dia menyia-nyiakan kesempatan."Kalau gitu, sekarang ....""Aku sudah punya pacar."Sara menyela Leona dengan tegas."Kalau memungkinkan, tolong Nona Leona membantuku membujuk Jefri agar berhenti mengganggu Sandy dan aku."Sara sudah membuat keputusan, jadi dia akan berpegang teguh pada hal itu. Kecuali Sandy sendiri yang tidak menginginkannya, maka keputusan Sara tidak akan berubah, tid
Sara dan Sandy baru saja keluar dari kamar dan berencana untuk kembali ke Kota Aster ketika mereka melihat Jefri berlari di depan mereka dengan tergesa-gesa.Rambutnya yang tebal terlihat berantakan tertiup angin. Dasi yang dia gunakan juga tampak agak miring. Penampilannya tampak tidak karuan.Sandy mengira dia akan melakukan sesuatu pada Sara lagi, jadi dia langsung maju dan berdiri melindungi Sara dengan tubuhnya yang tinggi. Sandy pun memperingatkan Jefri,"Kalau kamu berani macam-macam lagi, aku nggak akan segan-segan lapor polisi."Ancaman semacam ini tidak akan berpengaruh pada Jefri.Matanya menatap tajam ke arah Sara yang terhalang di belakang Sandy."Aku mendengar apa yang kamu katakan kepada kakakku. Akan kuanggap kata-katamu itu sebagai pengakuan cintamu yang terlambat.""Karena kamu sudah menyatakan perasaanmu, jadi aku juga harus melakukan hal yang sama. Sara, aku menyukaimu atau yah bisa dianggap aku cinta padamu. Tapi, aku terlambat menyadarinya."Jefri berbicara dengan
Setelah Sara dan Sandy pergi, Leona yang sedari tadi menyaksikan semuanya dari samping pun melangkah maju dan menepuk bahu Jefri."Jefri, terimalah kenyataan. Nona Sara nggak suka padamu lagi dan dia juga sudah punya pacar. Kita nggak boleh merusak hubungan orang lain."Leona mengira Jefri akan membantah, tetapi adiknya itu ternyata mengangguk dengan patuh."Oke."Respons Jefri yang singkat itu membuat Leona merasa hati adiknya ini sangat terluka.Leona tidak bisa menggambarkan perasaannya. Yang jelas, Jefri yang dulu tampak cukup bahagia, tetapi Jefri yang sekarang ....Leona melirik Jefri dan menyadari bahwa adiknya itu sedang menunduk untuk menyembunyikan emosi di matanya."Jangan sedih. Hidupmu masih panjang, nanti kamu juga pasti akan bertemu dengan yang cocok.""Begitu, ya?"Ketika Jefri menengadah lagi, sorot tatapannya yang biasa sudah kembali."Kak, aku sudah mencoba yang terbaik, 'kan?"Leona mengangguk. Jefri memang sudah berusaha keras.Dia ingat ketika Jefri masih kecil, J
Leona menatap punggung Jefri sambil menghela napas tak berdaya. Kenapa adik-adiknya selalu saja membuatnya khawatir?Pertama, ada Jihan yang ingin mati. Dia mencoba bunuh diri sebanyak empat kali. Leona nyaris mati ketakutan gara-gara ulah Jihan saat itu dan sekarang Jefri berulah.Tentu saja, adik-adiknya itu akan terus begitu seandainya Leona tidak memaksa mereka untuk menikah.Misalnya, Jonas lebih suka tinggal di Benua Andila dan terkena sinar matahari daripada pulang ke Alvinna untuk menikah.Ada juga Dion yang tidak pernah muncul seolah tak kasat mata. Dia tidak bekerja ataupun menikah, setiap hari kerjanya hanya bermain game.Sudahlah. Dua orang itu dan juga Jefri sama-sama tidak berguna, jadi lebih baik Leona tidak perlu mengkhawatirkan mereka dan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.Di bandara. Setelah Sandy membeli sebotol air, dia membuka tutupnya dan menyerahkannya kepada Sara yang sedang duduk di ruang tunggu."Terima kasih."Sara mengulurkan tangan untuk