Wina sangat antusias, ini adalah pertama kalinya ....Jihan sangat terkejut lalu melingkari pinggangnya dan mendudukkan wanita itu di atas pangkuannya.Mungkin karena ciuman Wina yang hebat itulah yang menenangkan hatinya dan membuatnya tidak lagi gelisah.Wina merasakan gerakan Jihan, dia tahu kalau pria ini sudah sangat bergairah dan segera mendorongnya menjauh."Lihat tempat ...."Jari Jihan meluncur ke belakang dan berhenti. Pria itu menatap bingung, mata basahnya menatap Wina."Ciuman agak lama lagi?"Ciuman lebih lama dan tidak akan keluar dari mobil. Untungnya, sopir di depan membuka pintu belakang sebelum masuk. Gisel dan yang lainnya duduk di mobil lain, kalau tidak mereka pasti sangat malu.Setelah menghalangi pria itu mendekat dengan tangannya dia berkata, "Jihan, saat kita kembali ke Alvinna ayo kita mengambil buku nikah ...."Setelah menerima buku nikah, dia tidak akan merasa gelisah.Gairah di mata Jihan sirna dan digantikan dengan rasa terkejut. "Mengambil buku nikah?"W
Sam harus menetap di Britton untung mengurusi perusahaan Alvin jadi dia tidak ikut pulang ke Alvinna. Namun, dia akan kembali saat pernikahan Jihan dan Wina.Keluarga George dan karier medisnya juga berada di Britton, jadi dia tidak bisa pulang bersama mereka. Dia hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada Gisel dengan enggan."Gisel, kelak kamu harus mendengarkan paman dan bibimu. Kamu harus belajar dengan giat."Gisel sangat pengertian. Dia menekuk tangan kecilnya dan memeluk paha George"Kakek George, aku akan patuh jadi nggak perlu khawatir."George tersenyum lembut. Dia menatap Gisel lalu tersenyum menatap Wina dan Jihan."Aku akan merepotkan kalian mulai sekarang."Wina menggelengkan kepalanya, "Aku adalah bibinya Gisel, nggak ada yang merepotkan."Secara naluriah, dia tidak takut merepotkan Wina. Hanya saja, setelah wanita memulai sebuah keluarga, dia sedikit banyak akan mengandalkan pria.Wina akan menikahi pria pemimpin Keluarga Lionel. Statusnya tidak terbantahkan. Lalu, men
Dia tanpa sadar menggigil lalu menoleh ke belakang dan melihat seorang pria setinggi 190 cm berdiri tepat di ambang pintu yang menatapnya dengan kepala agak condong.Penampilan pria itu sangat dingin. Meski tampan dan anggun, dia memiliki aura yang tidak bisa didekati.Begitu Reo melihat Bos besar rumah sakit itu menatap dirinya dengan defensif dan seolah ingin membunuhnya membuat dirinya gemetar.Dia ingat kalau dia tidak pernah menyinggung Pak Jihan, tapi kenapa dia menatapnya seperti ini?Menakutkan sekali ....Reo tidak tahu alasannya tapi Wina tahu. Dia melirik Jihan dengan geli."Tunggu sebentar, akan kuambil dokumen milikku."Begitu dia naik ke atas, di ruang tamu tersisa hanya Sara, lilia, Gisel dan Reo.Bagi mereka bertiga, Sara, Lilia dan Gisel sudah terbiasa dengan aura yang dingin yang ditimbulkan Jihan.Hanya Reo yang dengan gelisah duduk di sofa dan tidak tersenyum maupun berbicara.Pria seperti patung es yang berdiri tepat di ambang pintu itu terus menatapnya.Kalau Nona
Pria itu menutup brankas dan berbalik memunggungi Wina untuk mengganti nomor kombinasinya.Wina sampai tidak bisa berkata-kata melihatnya.Pria ini, yang memberinya aset pribadi, properti Keluarga Lionel semuanya, tapi hanya mempertahankan buku nikah.Dia merasa lucu dan tidak berdaya. "Jihan, begitu aku menikah denganmu, aku nggak akan menceraikanmu."Janji Wina merupakan kepastian tapi Jihan meyakini bahwa selain memercayai janjinya, menyimpan buku nikah lebih dapat diandalkan.Setelah mengganti kombinasi angka, dia melambaikan tangannya dan meminta penjaga untuk segera memindah brankas itu sebelum dia menyingkir lalu memeluk pinggang Wina."Nyonya Wina, bagaimana kamu menghabiskan malam pengantinmu?"Suara pria itu jernih dan dingin, tapi saat dia mengucapkan malam pengantin nada suaranya dipenuhi dengan pesona yang memikat.Wina tidak mengatakan apa-apa dan tersenyum. Luka Jihan saja belum sembuh tapi masih ingin menghabiskan malam pengantin. Pintunya saja belum ada.Melihat Wina y
Jihan berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu, lalu detik berikutnya ...Dia menarik kembali tatapan matanya dan menundukkan kepalanya untuk menyentuh bibir menggoda istrinya. Dia mengabaikan suara itu dan terus menciumnya.Wina mengira Jihan akan membuka pintu itu, tapi yang mengejutkan adalah dia bahkan tidak memedulikan orang yang berada di luar sana.Dia hanya bisa menggunakan tangan yang berada di depan dadanya untuk sementara mendorong Jihan menjauh saat pria itu menciumnya dengan penuh gairah."Buka dulu pintunya!""Lakukan ini dulu."Siapa pun yang datang, dia tidak akan menghentikannya.Pria itu memegangnya dengan satu tangan dan mengangkatnya.Setelah melewati beberapa kesulitan, Wina akhirnya ditekan di atas sofa yang empuk.Pandangan Wina masih belum fokus saat Jihan meraih tangannya dan meletakkannya pada sabuk logan di pinggangnya."Bantu aku membukanya."Wina yang berbaring di bawahnya menggeleng. "Punggungmu masih terluka, jangan lakukan olah
Valeria mendesah tanpa daya saat melihat pria itu masih tetap berdiri seperti patung dan bahkan tidak berbalik menatapnya."Kakak, datang saja lagi besok."Jihan sedang bersama dengan istrinya yang cantik dan manis. Sedangkan kakaknya adalah pria tua bertubuh besar yang berdiri di depan atap orang lain. Kakaknya menatap pintu itu dengan sorot rindu, orang yang tidak tahu akan mengira kalau Vian menyukai Tuan Malam diam-diam.Namun, tidak perlu membicarakan hal ini. Makin dia melihatnya, makin terlihat seperti itu ...Tuan Muda Vian tumbuh dan berlatih bersama dengan Tuan Malam, tapi karena mereka sejenis, dia menyembunyikan cinta rahasia ini di hatinya selamanya.Dia sampai di Kantor catatan sipil untuk melihat Tuan Malam dan wanita lain mendapatkan buku nikah. Tuan Muda Vian ini benar-benar sudah gila, dia membuntuti limusin Tuan Malam sampai depan rumahnya.Tuan Muda Vian yang cintanya tak kesampaian itu membunyikan bel dengan panik untuk mendapatkan kembali Tuan Malam. Namun, Tuan M
Jihan menahan rasa kesal dan membuka pintu sedangkan Vian menahan amarahnya dan masuk ke dalam rumah.Agar kedua orang itu tidak terlibat dalam pertikaian, Wina berdiri dari ranjang dan mengenakan pakaian lalu turun ke bawah.Garis leher bajunya dirobek oleh Jihan sehingga memperlihatkan banyak sekali bekas ciuman di tulang selangkanya.Pria yang baru saja masuk itu sekilas melihat Wina turun dari tangga....Pandangannya tertuju pada lehernya yang penuh dengan bekas ciuman. Ekspresinya kaku.Mereka ... mungkinkah mereka baru saja ....Vian yang baru saja tersadar akhirnya mengerti dengan ucapan Valeria yang menyuruhnya untuk kembali besok saja.Namun, dia tidak heran. Dirinya hanya tahu berlatih sejak kecil dan tidak pernah menyentuh perempuan. Bagaimana mungkin dia mengetahui hal ini?Vian menatap Wina dengan pandangan kosong lalu mendengar suara seorang pria di sebelahnya yang sedang memuat sebuah peluru.Vian kembali tersadar. Dia kaget dan melirik Jihan.Dia hanya melihat wanitanya
Valeria yang menyaksikan pemandangan ini merasa bahwa dia tidak mungkin bisa sepatuh itu.Dia melirik Vian lagi dan melihat kakaknya masih menatap Wina. Dia menggertakkan giginya dan bertanya, "Apa kamu menyukainya seperti ini?"Vian otomatis mengangguk dan setelah itu dia ingin bertanya pada Valeria apa yang dia sukai, tapi dia malah mendapatkan tatapan tanpa ekspresi dari Valeria.Juga ....Pukulan lain di belakang lehernya!Vian sampai tidak bisa berkata-kata.Dia berakhir dengan linglung sambil mengikuti Jihan masuk ke ruang kerjanya.Begitu pintu ditutup, Wina dan Valeria saling memandang.Suasana sangat kaku dan canggung ...."Nona Wina, apa kamu punya kopi?"Setelah mereka saling diam selama beberapa saat, Valeria memutuskan untuk memulai pembicaraan."Punya," jawab Wina sambil berbalik ke dapur untuk mencari kopi.Wina yang belum terbiasa dengan rumah ini tidak bisa menemukan kopi setelah mencarinya begitu lama dan suasananya kembali canggung.Dia menguatkan punggungnya yang te