Lilia menghadap ke luar jendela, pemandangan terlihat cerah dan terang. "Reo juga pernah bertanya alasan aku menerima lamarannya, aku juga mengatakan padanya kalau aku juga ingin merasakan rasanya dicintai ...."Ucapan Lilia berhasil membuat hati Wina berdenyut keras, seolah dia juga bisa merasakan rasa sakit dan iba yang dirasakan Lilia.Di samping itu, Sara malah tampak tenang dan sangat rasional, dia bertanya kepada Lilia, "Lilia, apakah kamu mencintai Dokter Reo?"Lilia menjawabnya dengan tegas, "Waktu masih panjang, mungkin suatu hari dan suatu saat nanti aku akan jatuh cinta padanya ...."Lilia tidak bisa menjamin bahwa dirinya pasti akan langsung mencintai Reo di saat itu juga, tetapi dia akan berusaha melupakan masa lalu dan memulai menjalani kehidupan yang baru bersama pria itu.Cinta atau tidak bukan sesuatu yang amat penting ....Bagi Lilia, mencintai seseorang layaknya menceburkan diri ke dalam api neraka.Sedangkan seorang yang tidak mengenal cinta, berarti tidak menaruh r
Kediaman lama Keluarga Lionel. Sederet barisan mobil mewah tampak berhenti tepat di gerbang pintu halaman bergaya klasik.Seorang pria yang baru saja turun dari mobil mewah, melangkah menyusuri tangga marmer dengan sisi belakangnya yang diikuti oleh para pengawal berjas dan bersepatu kulit.Sekelompok pria itu memasuki lorong halaman yang melengkung, melewati lingkaran gerbang dengan sisi berbahan batu di sudut dinding, hingga akhirnya sampai di tengah ruang tamu.Ruangan itu tampak begitu megah dan elite seolah memancarkan kilauan cahaya dengan perpaduan dekorasi baik dari meja, sofa, hiasan aksen kayu, segalanya terlihat begitu mewah.Seluruh sesepuh dan kalangan muda Keluarga Lionel sudah berkumpul di sana, mereka semua saling bersuara mempertanyakan tujuan diadakannya pertemuan kali ini."Pasti gara-gara kita nggak hadir di acara lamarannya, makanya sekarang dia meminta kita kemari ....""Mana ada sesepuh yang datang ke acara lamaran kalangan muda, nggak ada aturannya begitu. Lagi
Begitu Jihan mengucapkan omongan itu, tak ada satu pun dari kerabat tua yang berani bersuara.Mereka tampaknya tidak menyangka bahwa seorang pewaris Keluarga Lionel yang amat berkuasa ini ternyata mengetahui jelas segala kecurangan ini, tetapi ...."Sekalipun kami melakukan hal semacam ini, tetapi kamu juga nggak perlu sampai mengusir kami dari Grup Lionel bukan?"Mereka tidak terima dan menolak untuk percaya kalau kerabat lain Keluarga Lionel tidak pernah berbuat hal yang sama dengan mereka. Kenapa malah mereka yang harus lebih dulu dijadikan kambing hitam?"Kakak, katakanlah sesuatu. Saham yang kami punya sudah begitu kecil, sekarang malah mau diambil kembali, bagaimana kami bisa hidup?"Kakak yang mereka maksud ialah Tuan Besar Keluarga Lionel, Killian Lionel.Para kerabat tua yang sedari tadi berseteru merupakan adik dari Tuan Besar Killian, ada yang merupakan saudara kandung, kerabat jauh dan bahkan terdapat yang sebaya dengan sang kakek tua itu.Meskipun Killian sudah tidak memeg
Mendengar omongan Jun, para kerabat tua itu merasa bersalah sudah mencelakakan anak-anak mereka.Andai saja mereka tahu bahwa selama mereka masih berada dalam naungan Grup Lionel, maka saham mereka kelak pasti masih bisa didapatkan kembali.Mereka benar-benar sudah berbuat kesalahan yang bahkan sudah merugikan masa depan diri sendiri dan anak-anak mereka.Di sisi lain, para kerabat tua yang tak terlibat dalam kesalahan ini merasa lega, setidaknya masa depan anak-anak mereka aman.Mereka hanya tidak mau menjadi orang pertama yang maju, jadi hanya bisa menyembunyikan diri di tengah kerumunan.Jihan yang kehabisan kesabarannya mulai mengecek jam tangan dan berkata dengan nada dingin, "Waktu habis."Mendengar suara dingin itu, para pengawal melangkah maju, membuat para kerabat tua itu histeris ketakutan."Aku terima dananya!""Aku juga!""Aku, aku juga!""..."Selesai membuat keputusan, mereka bersiap pergi. Namun, Jihan yang duduk kursi depan seketika menghalangi para kerabat tua yang ber
Mendengar sindiran Jihan, Killian yang awalnya marah akhirnya tersadar bahwa para kerabatnya ini bahkan berani menghina dirinya.Killian baru sadar bahwa para saudara yang selama ini selalu dilindunginya ternyata sudah merasa tidak puas terhadapnya.Dia mengangkat kepalanya dan menyaksikan satu per satu wajah para saudaranya itu, perlahan dia tersadar ternyata hubungan kedekatan di antara mereka sudah berubah asing.Bahkan dari awal saling memiliki keluarga masing-masing, kekerabatan persaudaraan ini sudah lama menghilang. Para saudaranya itu hanya akan datang di kala mereka membutuhkan sesuatu dari Killian. Bahkan sekalipun Killian bersikap baik kepada mereka, mereka hanya menganggap Killian layaknya seorang kakak bodoh yang mendatangkan keuntungan.Setelah menyadari hal itu, Killian memilih untuk bungkam dan menyerahkan masalah itu kepada Jihan.Sementara paman yang sedari tadi terus melawan, begitu perintah hendak diturunkan, dia segera melangkah maju dan berdiri di hadapan Aulia."
Ketika Killian merasakan tatapan dingin menusuk itu, dia meringis tipis dan menghela napas dingin. "Apa rencanamu padaku?"Jihan melengkungkan bibirnya lalu tersenyum dingin sembari melayangkan tatapan dingin mencekam kepada kakeknya. "Aku sudah siapkan sebuah perkebunan untuk Anda di Inmaon. Tiket pesawat untuk besok pagi sudah diatur, Anda bisa tinggal di sana untuk menjalani hari tua."Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Killian, bahwa cucu satunya ini akan mengusir dirinya keluar negeri, dia menatap Jihan dengan amat tidak percaya. "Apa kamu sudah lupa siapa yang membesarkanmu hingga bisa menempati posisi ini?"Jihan menopang dagunya dengan satu tangan seraya menjawab tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, "Tentu saja Anda."Killian menghela napasnya dingin. "Kupikir kamu sudah lupa dengan asal-usulmu," sindir Killian pada Jihan.Jihan sedikit memiringkan kepalanya dan menatap dingin ke arah kakeknya. "Mana mungkin aku lupa, aku bahkan nggak akan bisa melupakan bagaimana cara
Setelah mengatakan itu, Jihan pun berbalik dan melangkah pergi.Killian yang merasa kesal hingga amarahnya memuncak, meluapkan kekesalannya itu dengan teriakan keras. "Jihan, dasar pembangkang! Kamu pasti akan menyesal!"Jihan menghentikan langkah kakinya dan berbalik melayangkan tatapan dingin ke arah Killian. "Dari awal aku sudah menyesal, aku menyesal kenapa nggak menikahinya sedari dulu."Mendengar perkataan kakak keduanya, Aulia merasa begitu kagum dan langsung menyorakinya, "Kak Jihan, aku mendukungmu!"Mendengar teriakan Aulia, bukannya Jihan yang membalas menatapnya, malah sang kakek yang meliriknya dengan kesal. "Jaden, urus putrimu dengan benar!"Jaden menelan ludahnya dan segera meraih tangan putrinya dengan berani sembari bersuara, "Ayah, jangan campuri urusan anak-anak!"Umur setua ini sudah tidak perlu ikut andil dalam permasalahan seperti ini. Meskipun dulu ayahnya yang memiliki wewenang atas pernikahan para saudaranya, hal itu sudah berlalu. Tidak seharusnya dia kembali
Killian ingin menjawab omongan anaknya itu, tetapi Arlo tak memberikan kesempatan dan kembali melanjutkan kalimatnya."Jihan beberapa kali mengatakannya padamu kalau Nona Wina adalah segalanya untuknya. Ayah sendiri tahu berapa kali Jihan sudah mencoba bunuh diri karena Nona Wina. Tapi, kenapa Ayah masih saja bersikeras ingin memisahkan mereka hanya untuk egomu sendiri? Sebesar itukah niatmu ingin menghancurkan keponakan cerdasku ini?""Dulu putra sulungmu meninggal karena kesalahanmu, Kak Hugo sudah kehilangan Ryder, sekarang kamu masih ingin melenyapkan Jihan lagi? Bukankah tindakanmu itu sama saja dengan menghancurkan garis keturunan Kak Hugo?""Ayah harusnya sadar, nggak ada kandidat lain selain Jihan yang sanggup memikul beban seorang pewaris Keluarga Lionel. Hanya Jihan seorang, kandidat terbaik yang mampu memimpin keluarga ini menuju kemakmuran. Kalau Ayah terus menentangnya hanya karena masalah pernikahan, Keluarga Lionel benar-benar bisa musnah!"Setelah mengatakan itu, Arlo m