Killian ingin menjawab omongan anaknya itu, tetapi Arlo tak memberikan kesempatan dan kembali melanjutkan kalimatnya."Jihan beberapa kali mengatakannya padamu kalau Nona Wina adalah segalanya untuknya. Ayah sendiri tahu berapa kali Jihan sudah mencoba bunuh diri karena Nona Wina. Tapi, kenapa Ayah masih saja bersikeras ingin memisahkan mereka hanya untuk egomu sendiri? Sebesar itukah niatmu ingin menghancurkan keponakan cerdasku ini?""Dulu putra sulungmu meninggal karena kesalahanmu, Kak Hugo sudah kehilangan Ryder, sekarang kamu masih ingin melenyapkan Jihan lagi? Bukankah tindakanmu itu sama saja dengan menghancurkan garis keturunan Kak Hugo?""Ayah harusnya sadar, nggak ada kandidat lain selain Jihan yang sanggup memikul beban seorang pewaris Keluarga Lionel. Hanya Jihan seorang, kandidat terbaik yang mampu memimpin keluarga ini menuju kemakmuran. Kalau Ayah terus menentangnya hanya karena masalah pernikahan, Keluarga Lionel benar-benar bisa musnah!"Setelah mengatakan itu, Arlo m
Killian kembali terduduk di atas ranjang sembari tenggelam dalam renungan benaknya. Dia lalu mengambil ponsel dan memberikan panggilan kepada Wina setelah mendapat nomor wanita itu dari sekretarisnya.Di samping itu, Wina yang sedang sibuk merancang rencana pernikahannya tiba-tiba mendapat sebuah panggilan tidak dikenal. Awalnya dia ragu untuk mengangkat panggilan tersebut, tetapi akhirnya dia tetap mengangkat panggilan itu.Dari ujung telepon, terdengar suara serak dan berat milik Killian. "Nona Wina, ini aku."Wina terkejut, dia tidak menyangka Killian akan tiba-tiba meneleponnya. Nada bicaranya terdengar cemas. "Tuan Besar Killian, Anda tiba-tiba menelepon, apakah ada yang ingin disampaikan?"Meskipun Killian pernah berniat jahat padanya, Wina tetap menunjukkan rasa hormat saat menjawab panggilan tersebut. Killian merasa puas dengan sikapnya, membuat kakek tua itu mulai melembutkan cara bicaranya. "Ada yang ingin kutanyakan padamu."Wina meletakkan kembali pensilnya dan duduk dengan
Wina tidak ingin bertaruh semacam itu dengan Killian, Jihan bukanlah alat untuk menghasilkan seorang anak untuknya, begitu juga dengan dirinya sendiri.Setelah mengatakan itu, Killian langsung menutup panggilan.Sifat tegas dan semena-mena itu benar-benar persis sama dengan Jihan.Wina bergegas mengetikkan sebuah pesan dan mengirimkannya kepada Jihan. "Kamu sudah mengatakannya pada Tuan Besar Killian?"Jihan yang baru saja turun dari mobil, langsung membalasnya begitu pesan itu terkirim. "Keluarlah, temui aku."Wina menoleh ke arah luar jendela. Tepat di luar sana, berdiri seorang pria bermantel hitam tengah berdiri di samping mobil mewah.Wina segera bangkit dan mengambil mantel sembari melilitkannya pada tubuh, lalu melangkah keluar dari vila.Saat ingin pintu vila terbuka, Jihan langsung melangkah mendekat dan memeluknya dengan kuat.Wina terkejut, belum sempat bereaksi, Jihan sudah mendekatkan tubuhnya ke dalam mantel sembari mendekapnya dengan erat.Wujudnya saat ini seolah tampak
Melihat wujud mungil Wina yang langsung berbalik badan tanpa sedikit pun menunjukkan keraguan, Jihan segera melangkah dan memeluknya dari belakang.Pria itu memeluknya dengan erat dan menempelkan dagunya di pundak Wina, lalu mengembuskan napasnya dengan putus asa. "Aku benar-benar nggak ada cara lagi untuk menahanmu."Wina tersenyum tipis dan membalasnya dengan santai, "Tuan Jihan, lain kali nggak perlu memancingku, aku nggak akan terpancing."Mendengar itu, Jihan sedikit mengangkat alisnya. "Sepertinya Nyonya Wina lebih suka yang nggak banyak trik ya ...."Setelah mengatakan itu, Jihan menundukkan kepalanya dan menggigit lembut telinga Wina, membuat Wina hampir saja kehilangan keseimbangan. "Aku sangat ingin, menginginkanmu."Begitu napas hangat itu berembus di telinganya, sebuah sensasi seketika menyentrumnya, membuat Wina sulit berdiri tegak. "Jangan ...."Meskipun sudah berusaha melawan, Jihan sudah lebih dulu menggendongnya dan menempelkannya ke dinding. "Tenang, nggak akan kulaku
Setelah masalah pernikahan tak lagi mendapat campur tangan Killian, Jihan mengajak Wina berkeliling dunia untuk melakukan sesi pemotretan pernikahan.Jihan memesan banyak sekali gaun pengantin khusus hanya untuk melakukan sesi foto, dan dia bahkan menyewa desainer terkenal untuk merancang cincin pernikahan mereka.Bahkan segala yang berhubungan mulai dari tata rias dan penataan rambut, Jihan memanggil beberapa tim terkenal untuk menjadikan Wina tampak sempurna di hari pernikahannya.Setelah semua persiapan selesai, Jihan pergi mengatur lokasi pernikahan tanpa sepengetahuan Wina. Pria itu ingin memberikan wanitanya sebuah kejutan.Sedangkan Wina, wanita itu terlalu sibuk dengan rancangan rumah mereka sehingga tak sempat bertanya.Awalnya, setelah rancangan rumah selesai, Wina berniat langsung mengirim desainnya ke perusahaan dekorasi interior.Namun, Jihan mengambil desainnya dan melarangnya terlibat dalam hal itu.Pada akhirnya, Wina hanya bisa membiarkan perusahaan dekorasi interior m
Jihan menarik napasnya dalam-dalam sembari menahan perasaan frustrasinya dan mengangkat tangannya meminta laporan itu dari Zeno.Sembari Jihan membaca laporan itu, Zeno yang berada di samping ikut memberikan laporan singkat."Saat berusia lima tahun, Vera Dinsa hidup miskin di Britton. Saat hampir kehilangan nyawanya, dia bertemu dengan Alvin Chris. Alvin menolongnya dan menyekolahkan Vera.""Setelah Vera beranjak dewasa, dia mulai menaruh hati pada Alvin dan mengejar pria itu selama sepuluh tahun, tetapi Alvin menolaknya. Sampai akhirnya suatu saat, Alvin mulai menerimanya dan mereka pun menjalin hubungan selama enam tahun.""Hubungan mereka mulai runtuh saat Alvin dijebak dan dimasukkan ke penjara selama setahun.""Selama di penjara, Alvin terus menunggu kedatangan Vera, tetapi wanita itu nggak pernah sekalipun mengunjunginya.""Setelah dibebaskan dari penjara, Alvin pergi mencari keberadaan Vera dan akhirnya mendapat kabar bahwa Vera menikah dengan kakaknya, yakni putra haram Keluar
Jihan mengeratkan genggamannya pada laporan tersebut sembari mengetuk ringan permukaan kertas seolah sedang merenungkan sesuatu.Setelah merenungkannya sesaat, Jihan kembali mengambil laporan itu dan bertanya pada Zeno, "Kapan tes ini dilakukan?"Zeno menjawab penuh hormat, "Sudah lama, George yang melakukan tesnya."Ini artinya, laporan tes DNA ini sudah dilakukan cukup lama dan tidak dapat dijadikan bukti untuk saat ini.Jihan membuang laporan itu dan memerintahkan Zeno dengan nada dinginnya, "Jangan laporkan hal ini pada Wina. Cari cara bagaimana mendapatkan rambut Alvin dan Gisel lalu lakukan pemeriksaan ulang, setelah itu baru kamu laporkan kembali padaku."Meskipun Wina bersikeras yakin Vera tidak mengkhianati Alvin, tetapi bukti menyatakan yang sebaliknya.Demi melindungi kepercayaan Wina terhadap kakaknya, lebih baik permasalahan ini diselidiki dengan baik sebelum Wina mengetahuinya.Zeno yang merasa ragu pun bersuara sembari menggarukkan kepalanya, "Tapi, Tuan, Alvin itu pemil
Jihan berbalik menatap wajah anggun dan cantik itu dengan ragu."Belakangan kamu cuek sama aku."Begitu kalimat itu diucapkan, hati Jihan bergetar hebat.Jihan sangat takut Wina memanfaatkan kesempatan ini untuk memutuskan hubungan dengannya.Namun, kalau tidak dikatakan, dia tidak bisa menahan rasa sakit akibat jarak yang memisahkan mereka ini.Wina terkejut dan mengangkat alisnya. "Aku? Cuek sama kamu?"Wina tidak sempat membalasnya karena kesibukkan kerja, dan tidak mengira perbuatannya ini sudah membuat pria ini merasa diabaikan.Kapan Wina pernah cuek padanya, bahkan sesibuk apa pun Wina masih menyempatkan diri untuk bertemu dengan Jihan. Apakah itu masih belum cukup perhatian?Jihan tak menyangka akan mendapatkan balasan yang berbeda dari harapannya, sehingga pria itu kembali merasa cemas. "Kamu ... apa kamu masih mau menikah denganku?"Wina mengerutkan kedua alisnya. "Kalau aku nggak menikah denganmu, memangnya dengan siapa lagi?"Wina merasa Jihan sedikit aneh, sehingga dia men
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je