Setelah mengatakan itu, Jihan pun berbalik dan melangkah pergi.Killian yang merasa kesal hingga amarahnya memuncak, meluapkan kekesalannya itu dengan teriakan keras. "Jihan, dasar pembangkang! Kamu pasti akan menyesal!"Jihan menghentikan langkah kakinya dan berbalik melayangkan tatapan dingin ke arah Killian. "Dari awal aku sudah menyesal, aku menyesal kenapa nggak menikahinya sedari dulu."Mendengar perkataan kakak keduanya, Aulia merasa begitu kagum dan langsung menyorakinya, "Kak Jihan, aku mendukungmu!"Mendengar teriakan Aulia, bukannya Jihan yang membalas menatapnya, malah sang kakek yang meliriknya dengan kesal. "Jaden, urus putrimu dengan benar!"Jaden menelan ludahnya dan segera meraih tangan putrinya dengan berani sembari bersuara, "Ayah, jangan campuri urusan anak-anak!"Umur setua ini sudah tidak perlu ikut andil dalam permasalahan seperti ini. Meskipun dulu ayahnya yang memiliki wewenang atas pernikahan para saudaranya, hal itu sudah berlalu. Tidak seharusnya dia kembali
Killian ingin menjawab omongan anaknya itu, tetapi Arlo tak memberikan kesempatan dan kembali melanjutkan kalimatnya."Jihan beberapa kali mengatakannya padamu kalau Nona Wina adalah segalanya untuknya. Ayah sendiri tahu berapa kali Jihan sudah mencoba bunuh diri karena Nona Wina. Tapi, kenapa Ayah masih saja bersikeras ingin memisahkan mereka hanya untuk egomu sendiri? Sebesar itukah niatmu ingin menghancurkan keponakan cerdasku ini?""Dulu putra sulungmu meninggal karena kesalahanmu, Kak Hugo sudah kehilangan Ryder, sekarang kamu masih ingin melenyapkan Jihan lagi? Bukankah tindakanmu itu sama saja dengan menghancurkan garis keturunan Kak Hugo?""Ayah harusnya sadar, nggak ada kandidat lain selain Jihan yang sanggup memikul beban seorang pewaris Keluarga Lionel. Hanya Jihan seorang, kandidat terbaik yang mampu memimpin keluarga ini menuju kemakmuran. Kalau Ayah terus menentangnya hanya karena masalah pernikahan, Keluarga Lionel benar-benar bisa musnah!"Setelah mengatakan itu, Arlo m
Killian kembali terduduk di atas ranjang sembari tenggelam dalam renungan benaknya. Dia lalu mengambil ponsel dan memberikan panggilan kepada Wina setelah mendapat nomor wanita itu dari sekretarisnya.Di samping itu, Wina yang sedang sibuk merancang rencana pernikahannya tiba-tiba mendapat sebuah panggilan tidak dikenal. Awalnya dia ragu untuk mengangkat panggilan tersebut, tetapi akhirnya dia tetap mengangkat panggilan itu.Dari ujung telepon, terdengar suara serak dan berat milik Killian. "Nona Wina, ini aku."Wina terkejut, dia tidak menyangka Killian akan tiba-tiba meneleponnya. Nada bicaranya terdengar cemas. "Tuan Besar Killian, Anda tiba-tiba menelepon, apakah ada yang ingin disampaikan?"Meskipun Killian pernah berniat jahat padanya, Wina tetap menunjukkan rasa hormat saat menjawab panggilan tersebut. Killian merasa puas dengan sikapnya, membuat kakek tua itu mulai melembutkan cara bicaranya. "Ada yang ingin kutanyakan padamu."Wina meletakkan kembali pensilnya dan duduk dengan
Wina tidak ingin bertaruh semacam itu dengan Killian, Jihan bukanlah alat untuk menghasilkan seorang anak untuknya, begitu juga dengan dirinya sendiri.Setelah mengatakan itu, Killian langsung menutup panggilan.Sifat tegas dan semena-mena itu benar-benar persis sama dengan Jihan.Wina bergegas mengetikkan sebuah pesan dan mengirimkannya kepada Jihan. "Kamu sudah mengatakannya pada Tuan Besar Killian?"Jihan yang baru saja turun dari mobil, langsung membalasnya begitu pesan itu terkirim. "Keluarlah, temui aku."Wina menoleh ke arah luar jendela. Tepat di luar sana, berdiri seorang pria bermantel hitam tengah berdiri di samping mobil mewah.Wina segera bangkit dan mengambil mantel sembari melilitkannya pada tubuh, lalu melangkah keluar dari vila.Saat ingin pintu vila terbuka, Jihan langsung melangkah mendekat dan memeluknya dengan kuat.Wina terkejut, belum sempat bereaksi, Jihan sudah mendekatkan tubuhnya ke dalam mantel sembari mendekapnya dengan erat.Wujudnya saat ini seolah tampak
Melihat wujud mungil Wina yang langsung berbalik badan tanpa sedikit pun menunjukkan keraguan, Jihan segera melangkah dan memeluknya dari belakang.Pria itu memeluknya dengan erat dan menempelkan dagunya di pundak Wina, lalu mengembuskan napasnya dengan putus asa. "Aku benar-benar nggak ada cara lagi untuk menahanmu."Wina tersenyum tipis dan membalasnya dengan santai, "Tuan Jihan, lain kali nggak perlu memancingku, aku nggak akan terpancing."Mendengar itu, Jihan sedikit mengangkat alisnya. "Sepertinya Nyonya Wina lebih suka yang nggak banyak trik ya ...."Setelah mengatakan itu, Jihan menundukkan kepalanya dan menggigit lembut telinga Wina, membuat Wina hampir saja kehilangan keseimbangan. "Aku sangat ingin, menginginkanmu."Begitu napas hangat itu berembus di telinganya, sebuah sensasi seketika menyentrumnya, membuat Wina sulit berdiri tegak. "Jangan ...."Meskipun sudah berusaha melawan, Jihan sudah lebih dulu menggendongnya dan menempelkannya ke dinding. "Tenang, nggak akan kulaku
Setelah masalah pernikahan tak lagi mendapat campur tangan Killian, Jihan mengajak Wina berkeliling dunia untuk melakukan sesi pemotretan pernikahan.Jihan memesan banyak sekali gaun pengantin khusus hanya untuk melakukan sesi foto, dan dia bahkan menyewa desainer terkenal untuk merancang cincin pernikahan mereka.Bahkan segala yang berhubungan mulai dari tata rias dan penataan rambut, Jihan memanggil beberapa tim terkenal untuk menjadikan Wina tampak sempurna di hari pernikahannya.Setelah semua persiapan selesai, Jihan pergi mengatur lokasi pernikahan tanpa sepengetahuan Wina. Pria itu ingin memberikan wanitanya sebuah kejutan.Sedangkan Wina, wanita itu terlalu sibuk dengan rancangan rumah mereka sehingga tak sempat bertanya.Awalnya, setelah rancangan rumah selesai, Wina berniat langsung mengirim desainnya ke perusahaan dekorasi interior.Namun, Jihan mengambil desainnya dan melarangnya terlibat dalam hal itu.Pada akhirnya, Wina hanya bisa membiarkan perusahaan dekorasi interior m
Jihan menarik napasnya dalam-dalam sembari menahan perasaan frustrasinya dan mengangkat tangannya meminta laporan itu dari Zeno.Sembari Jihan membaca laporan itu, Zeno yang berada di samping ikut memberikan laporan singkat."Saat berusia lima tahun, Vera Dinsa hidup miskin di Britton. Saat hampir kehilangan nyawanya, dia bertemu dengan Alvin Chris. Alvin menolongnya dan menyekolahkan Vera.""Setelah Vera beranjak dewasa, dia mulai menaruh hati pada Alvin dan mengejar pria itu selama sepuluh tahun, tetapi Alvin menolaknya. Sampai akhirnya suatu saat, Alvin mulai menerimanya dan mereka pun menjalin hubungan selama enam tahun.""Hubungan mereka mulai runtuh saat Alvin dijebak dan dimasukkan ke penjara selama setahun.""Selama di penjara, Alvin terus menunggu kedatangan Vera, tetapi wanita itu nggak pernah sekalipun mengunjunginya.""Setelah dibebaskan dari penjara, Alvin pergi mencari keberadaan Vera dan akhirnya mendapat kabar bahwa Vera menikah dengan kakaknya, yakni putra haram Keluar
Jihan mengeratkan genggamannya pada laporan tersebut sembari mengetuk ringan permukaan kertas seolah sedang merenungkan sesuatu.Setelah merenungkannya sesaat, Jihan kembali mengambil laporan itu dan bertanya pada Zeno, "Kapan tes ini dilakukan?"Zeno menjawab penuh hormat, "Sudah lama, George yang melakukan tesnya."Ini artinya, laporan tes DNA ini sudah dilakukan cukup lama dan tidak dapat dijadikan bukti untuk saat ini.Jihan membuang laporan itu dan memerintahkan Zeno dengan nada dinginnya, "Jangan laporkan hal ini pada Wina. Cari cara bagaimana mendapatkan rambut Alvin dan Gisel lalu lakukan pemeriksaan ulang, setelah itu baru kamu laporkan kembali padaku."Meskipun Wina bersikeras yakin Vera tidak mengkhianati Alvin, tetapi bukti menyatakan yang sebaliknya.Demi melindungi kepercayaan Wina terhadap kakaknya, lebih baik permasalahan ini diselidiki dengan baik sebelum Wina mengetahuinya.Zeno yang merasa ragu pun bersuara sembari menggarukkan kepalanya, "Tapi, Tuan, Alvin itu pemil