Melihat wujud mungil Wina yang langsung berbalik badan tanpa sedikit pun menunjukkan keraguan, Jihan segera melangkah dan memeluknya dari belakang.Pria itu memeluknya dengan erat dan menempelkan dagunya di pundak Wina, lalu mengembuskan napasnya dengan putus asa. "Aku benar-benar nggak ada cara lagi untuk menahanmu."Wina tersenyum tipis dan membalasnya dengan santai, "Tuan Jihan, lain kali nggak perlu memancingku, aku nggak akan terpancing."Mendengar itu, Jihan sedikit mengangkat alisnya. "Sepertinya Nyonya Wina lebih suka yang nggak banyak trik ya ...."Setelah mengatakan itu, Jihan menundukkan kepalanya dan menggigit lembut telinga Wina, membuat Wina hampir saja kehilangan keseimbangan. "Aku sangat ingin, menginginkanmu."Begitu napas hangat itu berembus di telinganya, sebuah sensasi seketika menyentrumnya, membuat Wina sulit berdiri tegak. "Jangan ...."Meskipun sudah berusaha melawan, Jihan sudah lebih dulu menggendongnya dan menempelkannya ke dinding. "Tenang, nggak akan kulaku
Setelah masalah pernikahan tak lagi mendapat campur tangan Killian, Jihan mengajak Wina berkeliling dunia untuk melakukan sesi pemotretan pernikahan.Jihan memesan banyak sekali gaun pengantin khusus hanya untuk melakukan sesi foto, dan dia bahkan menyewa desainer terkenal untuk merancang cincin pernikahan mereka.Bahkan segala yang berhubungan mulai dari tata rias dan penataan rambut, Jihan memanggil beberapa tim terkenal untuk menjadikan Wina tampak sempurna di hari pernikahannya.Setelah semua persiapan selesai, Jihan pergi mengatur lokasi pernikahan tanpa sepengetahuan Wina. Pria itu ingin memberikan wanitanya sebuah kejutan.Sedangkan Wina, wanita itu terlalu sibuk dengan rancangan rumah mereka sehingga tak sempat bertanya.Awalnya, setelah rancangan rumah selesai, Wina berniat langsung mengirim desainnya ke perusahaan dekorasi interior.Namun, Jihan mengambil desainnya dan melarangnya terlibat dalam hal itu.Pada akhirnya, Wina hanya bisa membiarkan perusahaan dekorasi interior m
Jihan menarik napasnya dalam-dalam sembari menahan perasaan frustrasinya dan mengangkat tangannya meminta laporan itu dari Zeno.Sembari Jihan membaca laporan itu, Zeno yang berada di samping ikut memberikan laporan singkat."Saat berusia lima tahun, Vera Dinsa hidup miskin di Britton. Saat hampir kehilangan nyawanya, dia bertemu dengan Alvin Chris. Alvin menolongnya dan menyekolahkan Vera.""Setelah Vera beranjak dewasa, dia mulai menaruh hati pada Alvin dan mengejar pria itu selama sepuluh tahun, tetapi Alvin menolaknya. Sampai akhirnya suatu saat, Alvin mulai menerimanya dan mereka pun menjalin hubungan selama enam tahun.""Hubungan mereka mulai runtuh saat Alvin dijebak dan dimasukkan ke penjara selama setahun.""Selama di penjara, Alvin terus menunggu kedatangan Vera, tetapi wanita itu nggak pernah sekalipun mengunjunginya.""Setelah dibebaskan dari penjara, Alvin pergi mencari keberadaan Vera dan akhirnya mendapat kabar bahwa Vera menikah dengan kakaknya, yakni putra haram Keluar
Jihan mengeratkan genggamannya pada laporan tersebut sembari mengetuk ringan permukaan kertas seolah sedang merenungkan sesuatu.Setelah merenungkannya sesaat, Jihan kembali mengambil laporan itu dan bertanya pada Zeno, "Kapan tes ini dilakukan?"Zeno menjawab penuh hormat, "Sudah lama, George yang melakukan tesnya."Ini artinya, laporan tes DNA ini sudah dilakukan cukup lama dan tidak dapat dijadikan bukti untuk saat ini.Jihan membuang laporan itu dan memerintahkan Zeno dengan nada dinginnya, "Jangan laporkan hal ini pada Wina. Cari cara bagaimana mendapatkan rambut Alvin dan Gisel lalu lakukan pemeriksaan ulang, setelah itu baru kamu laporkan kembali padaku."Meskipun Wina bersikeras yakin Vera tidak mengkhianati Alvin, tetapi bukti menyatakan yang sebaliknya.Demi melindungi kepercayaan Wina terhadap kakaknya, lebih baik permasalahan ini diselidiki dengan baik sebelum Wina mengetahuinya.Zeno yang merasa ragu pun bersuara sembari menggarukkan kepalanya, "Tapi, Tuan, Alvin itu pemil
Jihan berbalik menatap wajah anggun dan cantik itu dengan ragu."Belakangan kamu cuek sama aku."Begitu kalimat itu diucapkan, hati Jihan bergetar hebat.Jihan sangat takut Wina memanfaatkan kesempatan ini untuk memutuskan hubungan dengannya.Namun, kalau tidak dikatakan, dia tidak bisa menahan rasa sakit akibat jarak yang memisahkan mereka ini.Wina terkejut dan mengangkat alisnya. "Aku? Cuek sama kamu?"Wina tidak sempat membalasnya karena kesibukkan kerja, dan tidak mengira perbuatannya ini sudah membuat pria ini merasa diabaikan.Kapan Wina pernah cuek padanya, bahkan sesibuk apa pun Wina masih menyempatkan diri untuk bertemu dengan Jihan. Apakah itu masih belum cukup perhatian?Jihan tak menyangka akan mendapatkan balasan yang berbeda dari harapannya, sehingga pria itu kembali merasa cemas. "Kamu ... apa kamu masih mau menikah denganku?"Wina mengerutkan kedua alisnya. "Kalau aku nggak menikah denganmu, memangnya dengan siapa lagi?"Wina merasa Jihan sedikit aneh, sehingga dia men
Wina yang berjuang mati-matian untuk menyelesaikan gambar desainnya hanya demi mahar, bahkan masih saja sulit terkejar sehingga baru bisa dikumpulkan saat hari pernikahan sudah sangat dekat.Pada akhirnya, Wina hanya berhasil menyelesaikan delapan buah desain dan segera memberikannya kepada Sam. "Cepat kumpulkan dan segera minta bayarannya!"Sam yang tengah terduduk di atas meja sembari memakan apel, beralih menatap Wina yang tampak tergila-gila dengan uang. "Sebentar lagi kamu sudah menjadi istri dari pria terkaya satu Benua Siana, untuk apa bekerja sekeras ini?"Kalau Wina adalah Sam, menikahi seorang janda kaya bagi seorang Sam, dia tidak lagi perlu bekerja sekeras ini menjual gambar desainnya, bahkan tidak akan pernah kepikiran untuk menghasilkan duit. Cukup andalkan saja uang dari wanita janda itu!Wina yang terkulai lemas di atas meja memutar presentasi berikutnya di PowerPoint, sembari membalas Sam dengan lemah, "Pak Sam, aku ini bekerja untuk mempersiapkan uang maharku sendiri
Wina akhirnya meminta pengawal untuk membiarkan Robert masuk dan menunggu di ruang tamu. Dia juga meminta Bibi Nelsa untuk menyajikan kopi untuknya.Pria yang duduk di sofa memiliki gerakan dan ekspresi yang mirip dengan Alvin. Satu-satunya yang berbeda adalah matanya.Sorot mata Alvin terlihat muram dan tajam, sementara tatapan mata Robert begitu kalem, seolah tidak memiliki kepedulian akan apa pun.Mereka sama-sama memiliki temperamen santai dan malas, tetapi cara bicara mereka berbeda. Dibandingkan dengan Alvin, Robert terlihat lebih sopan.Setelah melihatnya sekilas, Wina duduk dan menanyakan alasan kunjungannya, "Tuan Robert, ada keperluan apa sampai datang kemari?"Robert tidak langsung menjawab. Dia mendongak dan melirik kepada sepuluh pengawal yang berjaga di belakang Wina.Ada juga seorang pria aneh yang duduk di meja makan. Pria itu tengah memegang sebuah apel, menggerogotinya dan terus menatapnya.Setelah melihat sekeliling beberapa saat, Robert mengalihkan pandangannya dan
Di mata Wina, Alvin adalah saingan cinta Robert. Namun, Robert tetap membiarkan putrinya tinggal bersama saingan cintanya selama delapan bulan.Wina masih tidak habis pikir. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menundukkan kepalanya dan bertanya, "Tuan Robert jelas-jelas tahu kalau perasaan mereka bisa tumbuh ketika mereka menghabiskan waktu bersama cukup lama. Kenapa Tuan malah menetapkan batas waktu delapan bulan untuk mereka? Bukankah itu terlalu lama?"Robert sepertinya sudah menduga Wina akan menanyakan hal ini. Jadi, dia langsung menjawab tanpa berpikir panjang, "Aku menetapkan batas waktu selama itu memang karena memiliki keegoisanku sendiri. Aku ingin Gisel menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya agar dia tahu bahwa Vera meninggalkan keturunannya di dunia ini.""Aku harap dia bisa melepaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Vera dan dirinya, agar dia nggak menggangguku dan Gisel lagi ...."Wina mengerutkan kening, lalu bertanya, "Apa Tuan nggak takut dia nggak akan mengembal