Jefri hendak berpamitan kepada Jihan, tetapi kakaknya itu tiba-tiba memanggil Sara, "Nona Sara, tunggu sebentar."Sara pun berhenti melangkah dan menoleh. "Ya, Tuan Jihan?"Jihan berjalan ke luar vila dan mengisyaratkan Sara untuk mengikutinya. "Kita bicara sebentar."Sara mengangguk dan berjalan keluar. Mereka berbicara sebentar di luar, lalu Sara berjalan pergi.Sebelum Jihan memasuki vila, Jefri menoleh ke Wina dan berkata, "Kak Wina, kamu suka barang apa?"Wina masih merasa agak canggung dengan cara Jefri memanggilnya. Dia sontak tertegun, lalu menyadari maksud tersirat dalam ucapan Jefri. Wina pun balik bertanya, "Kamu mau apa?"Jefri menunjuk Sara yang berada di luar jendela, lalu berujar meminta tolong kepada Wina, "Tolong bantu aku tanyakan kepadanya dengan siapa dia akan menjalani kencan buta. Nanti kubelikan apa pun yang kamu inginkan."Wina berdiri di depan meja makan sambil menatap Jefri. "Kamu menganggap Sara serius nggak?""Apanya yang menganggap serius?" tanya Jefri deng
Setelah melepaskan Wina, Jihan pun berkata sambil mengelus wajah Wina yang tampak merah padam, "Wina, aku pergi dulu sore ini."Jantung Wina seolah berhenti selama sepersekian detik. "Kamu mau ke mana?""Cuma urusan perusahaan kok, tenang saja," jawab Jihan sambil mencium kening Wina lagi.Wina balas mengangguk dengan lega, lalu Jihan mengajaknya duduk di meja makan.Jihan menyuapi Wina memakan banyak menu bergizi, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Daris. Jihan menyuruh Daris untuk menugaskan pengawal yang akan senantiasa melindungi Wina.Begitu menerima telepon itu, Daris yang sedang merawat Lilia di rumah sakit pun langsung menyerahkan mangkuk buburnya kepada perawat. Dia bangkit berdiri, lalu menuju rumah Keluarga Lionel.Karena sudah ada Daris dan sekelompok pengawal di sekitar Wina, Jihan pun meninggalkan vila dan menuju ke tempat dia akan melamar ....Sementara itu, Jefri merasa kesal karena dia merusak kencan buta Sara dan akhirnya diomeli Sara habis-habisan.Meskipun be
Sara mengendarai mobilnya ke pantai, sementara Wina duduk di sebelahnya. Wina memandangi laut di luar jendela sana dan teringat bahwa Jihan pernah membawanya ke tempat ini.Malam itu, Jihan mengira Wina tidur dengan Rian. Jihan mengirimkan ribuan pesan dan menelepon ratusan kali sebagai Tuan Malam, tetapi Wina tidak menggubrisnya. Pada akhirnya, Jihan mengendarai mobil Bugatti-nya dan mencegat Wina, lalu membawa Wina ke pantai ini.Saat itu, Jihan meletakkan satu tangannya di jendela mobil sambil memeluk WIna. Dia berulang kali mencari tahu berapa kali Wina sudah tidur dengan Rian, mencari tahu apakah Wina menyukainya, bahkan menawarkan imbalan senilai dua triliun asalkan Wina bersedia berhenti menyukai Rian. Di sisi lain, Wina menunggu ungkapan cinta pria itu untuknya.Waktu itu, baik Jihan dan Wina mungkin sama sekali tidak menyangka suatu saat nanti Jihan akan melamar Wina.Sara pun menghentikan mobilnya di depan ruang pameran berbentuk persegi. "Kita sampai, Wina. Makan malamnya di
Tiba-tiba, galaksi itu menghilang dan digantikan dengan ribuan mawar yang menutupi lantai.Galaksi yang awalnya berada di bawah kaki Wina pun berpindah ke atas kepala dengan sangat cepat ....Wina pun refleks menengadah untuk menatap galaksi itu, tetapi tiba-tiba aurora yang berwarna kehijauan pun muncul di dinding sekitar Aula Jihan-Wina ....Jantung Wina sontak berdebar. Itu ... aurora buatan.Ternyata Jihan tidak pernah lupa bahwa Wina ingin melihat aurora ....Karena mereka tidak jadi pergi ke Finola, Jihan memutuskan untuk membuatkan aurora bagi Wina. Dengan begini, aurora ini akan selamanya menjadi milik Wina. Wina bisa menontonnya selama yang dia mau.Wina yang mengerti maksud hati Jihan pun merasa begitu bahagia dan terharu sampai-sampai matanya berkaca-kaca menahan tangis.Saat Wina sedang memperhatikan pemandangan yang menakjubkan ini, seorang pria berjas putih pun berjalan perlahan menghampirinya ....Cahaya redup yang ada di sekeliling membuat pria itu tampak begitu tampan
Wina menunjuk kotak cincin berlian itu sambil bertanya, "Bukannya kamu sudah menyiapkan pernyataan ungkapan cintamu?"Jefri dan para anggota Keluarga Lionel yang bersembunyi di sudut ruangan pun sontak tertawa terbahak-bahak ....Wina langsung tertegun. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tetapi tidak melihat siapa-siapa. Tepat pada saat itu, Jihan pun menggenggam tangan Wina.Jihan membuka bibir tipisnya dan berulang kali mencoba menyampaikan ungkapan cintanya, tetapi tidak bisa. Pada akhirnya, Jihan pun bertanya dengan cemas, "Kamu mau menikah denganku atau nggak?"Wina tahu betul Jihan mungkin akan mati cemas jika dia menjawab tidak mau, jadi dia segera tersenyum pada Jihan sambil mengangguk. "Mau!"Memangnya Wina akan menikah dengan siapa lagi jika bukan dengan Jihan? Semenjak Wina menjual dirinya kepada Jihan, dia dan Jihan sudah ditakdirkan bersama. Mereka sudah ditakdirkan untuk menikah dan tidak ada yang bisa mengubah hal ini.Kata setuju dari Wina membuat ekspresi cema
Mata Sara pun ikut menjadi berkaca-kaca, dia tahu apa yang Wina rasakan.Mereka berdua sama-sama yatim piatu, jadi yang paling mereka dambakan adalah memiliki keluarga sendiri.Wina sudah menunggu keluarganya selama sekian tahun dan akhirnya mendapatkannya. Pokoknya, mulai sekarang Wina harus terus hidup dengan bahagia.Sara menyampaikan harapan terbaiknya kepada Wina di dalam hati sambil menggunakan ponselnya untuk merekam momen bahagia terpenting dalam hidup Wina.Para anggota Keluarga Lionel yang mengerubungi mereka berdua pun mendesak Jihan dan Wina untuk berciuman lagi, "Ayo, cium lagi, Kak Jihan, Kak Wina! Cium lagi! Sekali lagi!"Wina hanya menundukkan kepalanya sambil tersipu malu dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Sementara itu, Jihan yang berdiri di sebelahnya menatap keluarganya dengan dingin.Tatapan Jihan itu sontak membuat bulu kuduk di sekujur tubuh para anggota Keluarga Lionel berdiri, mereka langsung menutup mulut masing-masing.Mereka baru bisa menghela na
Kaca jendela di kursi penumpang mobil itu setengah terbuka. Wajah tampan penumpang di dalamnya pun terlihat. Walaupun lampu jalanan tampak redup, Sara langsung tahu siapa itu.Sara sontak tertegun sebentar, lalu bergegas menghampiri mobil itu dengan sepatu hak tingginya. Makin dekat, dia makin yakin bahwa matanya tidak salah lihat ...."Ivan."Sara memanggil pria itu dengan suara yang gemetar."Kak Sara," sapa pria dalam mobil itu sambil tersenyum kecil.Mata Sara sontak menjadi berkaca-kaca. Sudah lama sekali dia tidak mendengar Ivan memanggilnya seperti itu. Sara pun bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Sara terus mencoba menelepon Ivan selama beberapa hari terakhir, tetapi ponsel Ivan selalu tidak aktif atau Ivan tidak mengangkatnya. Sara juga sudah pergi ke Kota Ostia untuk menemui Ivan, tetapi pria itu menolak bertemu.Sepertinya, Ivan benar-benar berniat memutuskan hubungannya dengan mereka. Dia bahkan dengan kejamnya tidak lagi menganggap Sara sebagai kakaknya ....Sara pikir ak
Mereka pun tiba di Aula Jihan-Wina dalam diam.Ivan menengadah menatap tulisan yang terukir di aula itu selama beberapa saat, lalu berbisik, "Dulu aku juga pernah mau membangun tempat seperti ini ...."Ivan ingin membangun tempat milik mereka berdua untuk Wina dan menamainya dengan nama mereka berdua, seperti Ivan-Wina ....Mau itu Jihan-Wina atau Ivan-Wina, intinya sama-sama ada unsur Wina ....Ivan yang memahami semua ini pun tersenyum dengan getir, dadanya terasa sesak.Sara sedih sekali melihat Ivan yang dulunya sangat bersemangat kini tampak kurus dan lelah. "Ivan, apa akhir-akhi ini kamu menjalani hidup yang sulit?"Ivan kembali menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja kok."Fariz pun mengernyit, ekspresinya terlihat agak kesal. "Apanya yang baik-baik saja, Pak Rian? Jelas-jelas Pak Rian ....""Diamlah!" tegur Ivan dengan ekspresi yang tampak gelap.Fariz pun sontak terdiam.Sara menyadari bahwa Ivan benar-benar merasa kehilangan atas Wina.Bagaimanapun juga, Sara tahu betapa