Saat Wina berjalan keluar dari tempat kursus sambil membawa buku bahasa Privon, tiba-tiba ada sekelompok orang berjas dan berdasi berjalan menghampirinya.Wina langsung mengira sekelompok orang itu merupakan bawahan Jihan. Itu karena Jihan memberitahunya bahwa dia akan mengirim pengawal untuk mengantar Wina pulang.Oleh sebab itu, Wina pun hanya berdiri diam dan tidak menyingkir. Namun, tiba-tiba dia menyadari betapa tidak ramahnya ekspresi seorang pria dengan bekas luka di wajah yang berjalan menghampirinya."Nona Wina, kamu kenal dengan Tuan Malam, 'kan?"Mendengar nama Tuan Malam, jantung Wina sontak menjadi berdebar, tangannya yang memegang buku bahasa Privon mulai gemetar.Jihan bilang nyawanya dalam bahaya seandainya identitas Tuan Malam terungkap. Jadi, kok bisa orang ini tahu tentang Tuan Malam?Wina mengepalkan tangannya dan memaksakan diri untuk tenang, lalu dia balik bertanya dengan ekspresi waspada, "Kamu siapa? Kok kamu tahu namaku?"Tentu saja pria itu tidak akan menjawab
Sementara itu, ada seorang pria di Kota Ostia yang wajahnya sontak berubah menjadi pucat saat membaca berita ini.Walaupun wajah si gadis misterius tidak terlihat, pria itu bisa langsung mengenali sosok si gadis dari belakang. Pria itu tidak akan pernah melupakan siapa gadis ini.Sebentar lagi ... sebentar lagi, dia pasti akan mendengar kabar pernikahan mereka ....Pria yang duduk di kursi roda di halaman itu pun menengadah menatap langit biru dan awan putih di atas sana.Matahari sedang bersinar dengan begitu cerah dan hangatnya, tetapi pria itu merasa dingin ....Saking dinginnya, pria itu sampai gelisah terus sepanjang malam ....Fariz dan Jesse yang berdiri di belakang pria itu pun saling berpandangan, lalu mereka mengambil selimut dan menutupi kaki si pria."Pak, bagaimana kalau kami mencarinya?"Ivan pun tersenyum menatap Fariz dan Jesse, auranya terkesan awet muda."Nggak usah, jangan ada yang mengganggunya ...."Ivan tidak ingin memberi tahu Wina apakah dia masih hidup atau sud
Wina berjalan mengikuti Lilia ke departemen ginekologi sambil menutup wajahnya dengan malu. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Lilia pun mengajak Wina kembali ke ruangannya untuk menunggu hasil pemeriksaan.Sementara itu, Jihan yang berada jauh di Walston sana ternyata lebih gelisah lagi. Dia terus menelepon. Lilia pun langsung menyalakan fitur pengeras suara ....Wina sedang duduk di sofa sambil membenamkan kepalanya pada sebuah bantal kecil. Saking malunya, dia sampai tidak berani menatap Lilia.Untung saja perawat segera membawakan hasil pemeriksaan Wina. Lilia langsung mengambil laporan itu dan membacanya, binar penuh harap dalam sorot tatapannya pun memudar.Dari respons Lilia, Wina langsung tahu bahwa hasilnya adalah dia tidak hamil. Wina jadi merasa agak kecewa. Sepertinya, dia memang sulit sekali untuk bisa hamil ....Lilia meletakkan laporan itu, lalu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Wina. Lilia pun berujar dengan nada menghibur, "Wina, mungkin hasilnya masih n
Reo pun bangkit berdiri. Begitu melihat Yuno menyeret Lilia pergi, dia langsung mengepalkan tinjunya dan bergegas menuju Yuno.Namun, belum sempat meninju wajah Yuno, Yuno yang merupakan seorang ahli Taekwondo tingkat sembilan pun langsung menendang Reo dengan kencang sampai-sampai pria itu terjungkal ke atas lantai."Berani-beraninya kamu mencoba merebut wanitaku!" maki Yuno sambil menatap Reo dengan kesan merendahkan.Setelah itu, Yuno menghadiahi Reo dengan tendangan secara bertubi-tubi sambil tetap mencengkeram tangan Lilia."Berani-beraninya kamu mengatakan cinta pada wanitaku! Dasar cari mati!"Begitu melihat Dokter Yuno yang selama ini dikenal sebagai dokter genius ternyata tega memukuli Reo di rumah sakit, para perawat dan dokter lainnya pun hendak melerai. Akan tetapi, para pengawal yang Yuno bawa malah mengepung mereka ....Yuno menendang titik-titik vital di tubuh Reo dengan kencang, apalagi dia mengenakan sepatu bot kulit yang berat ....Begitu melihat Reo ditendang sampai
Jemari Wina yang memeluk kaki Yuno tampak gemetar, wajahnya terlihat pucat kebingungan.Dia pun perlahan menengadah menatap Yuno yang ekspresinya tampak menghina itu, lalu bertanya, "Dia ... kenapa?"Yuno menahan Lilia yang sibuk menendang dan memukulinya, lalu balas mencibir dengan dingin, "Kamu nggak berhak tahu!"Setelah itu, Yuno menendang tangan Wina yang memeluk kakinya dan berjalan cepat menuju lift sambil tetap menggendong Lilia.Lilia merasa sangat bersalah melihat Wina yang tersungkur tidak berdaya di atas lantai.Dia juga takut Wina akan terprovokasi oleh ucapan Yuno dan memutuskan untuk berpisah dengan Jihan lagi.Jihan dan Wina akhirnya berhasil mencapai tahap ini, jadi akan sangat menyakitkan apabila mereka harus berpisah lagi gara-gara Wina terlibat dalam urusan Lilia.Sorot mata Lilia pun terlihat penuh dengan kebencian. "Yuno! Akan kupastikan kamu menyesal selamanya!"Tangan Yuno yang berada di punggung Lilia pun sontak gemetar, tetapi dia balas memeluk wanita itu deng
Kedua pesan teks yang Wina kirimkan itu tidak dibalas, percakapan singkat mereka berakhir begitu saja.Sebenarnya, Wina tidak tahu siapa yang lebih dia cintai, Ivan atau Jihan. Yang jelas, satu-satunya orang yang dia cintai sekarang adalah Jihan.Jihan sudah seperti sosok yang melekat kuat dalam hati Wina, dia sama sekali tidak bisa melepaskan pria itu.Selama ini, Wina sudah melalui berbagai macam rasa sakit, pedih dan kegembiraan bersama dengan Jihan. Namun, dia sendiri tidak pernah mengikuti kata hatinya. Itu sebabnya kali ini Wina ingin mencintai Jihan dengan berani dan semestinya ....Wina meletakkan ponselnya sekaligus melepaskan rasa bersalahnya, lalu mengambil peralatan gambarnya dengan tekad yang baru dan mendesain ulang ....Wina ingin memberikan desain ini kepada Jihan pada hari pria itu melamarnya, lalu memberi tahu Jihan bahwa selama delapan tahun ini, Wina terus mencintainya.Setelah bergadang semalaman, Wina akhirnya selesai membuat sketsa kasarnya. Dia akhirnya meletakk
Setelah terkejut sesaat, Jefri akhirnya menjawab, "Oke, biar kuatur."Dia pun hendak menutup telepon, tetapi mendengar ucapan terpatah-patah Jihan lagi."Lalu, Nona Sara, Lilia ...."Mereka adalah sahabat Wina, jadi tentu saja mereka harus ada di sana untuk menyaksikan momen indah ini.Wah, ternyata Jihan sampai memikirkan sedetail ini! Jefri sampai merasa terharu dengan betapa dalamnya cinta Jihan untuk Wina."Kak Jihan, pokoknya kamu harus bahagia."'Cinta dari Wina yang kamu dambakan ini pasti akan memberikanmu kebahagiaan.'Wajah Jihan yang pucat pun dihiasi oleh seulas senyuman kecil ....Sebentar lagi ... kebahagiaannya akan datang sebentar lagi....Jefri menutup telepon dan memberi tahu setiap anggota Keluarga Lionel untuk naik pesawat pribadi masing-masing ke Finola.Setelah itu, dia menelepon. Namun, karena tidak kunjung diangkat, Jefri akhirnya menelepon Daris dan meminta Daris untuk menelepon Lilia.Setelah selesai, Jefri mengambil gelas anggurnya di atas meja bar dan meneng
Di Kota Aster.Karena tidak bisa menelepon Lilia, Daris pun mendatangi rumah Lilia. Ternyata Lilia tidak ada di sana.Firasat Daris sontak terasa buruk, jadi dia bergegas ke rumah sakit.Dari para dokter di sanalah Daris jadi tahu bahwa Yuno membawa pergi Lilia secara paksa.Daris juga mengetahui bagaimana Yuno menendang Wina!Wah, berani sekali Yuno menyakiti wanita yang Jihan cintai!Wajah Daris sampai terlihat pucat saking marahnya. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jihan.Sayangnya, pesawat pribadi Jihan sudah terlanjur lepas landas. Jihan tidak mengangkat telepon.Jadi, Daris pun mengunduh rekaman kamera pengawas dan mengirimkannya ke ponsel Jihan, lalu bergegas ke Kota Ostia untuk mencari Lilia.Keesokan paginya, Wina kembali memegang pensil dan membandingkan hasil desainnya. Saat sedang fokus menyelesaikan desain gedung terakhir, tiba-tiba ponselnya berdering.Dia melirik ponselnya yang terletak di samping dengan santai. Begitu melihat nama si penelepon, ujung pe