Jemari Wina yang memeluk kaki Yuno tampak gemetar, wajahnya terlihat pucat kebingungan.Dia pun perlahan menengadah menatap Yuno yang ekspresinya tampak menghina itu, lalu bertanya, "Dia ... kenapa?"Yuno menahan Lilia yang sibuk menendang dan memukulinya, lalu balas mencibir dengan dingin, "Kamu nggak berhak tahu!"Setelah itu, Yuno menendang tangan Wina yang memeluk kakinya dan berjalan cepat menuju lift sambil tetap menggendong Lilia.Lilia merasa sangat bersalah melihat Wina yang tersungkur tidak berdaya di atas lantai.Dia juga takut Wina akan terprovokasi oleh ucapan Yuno dan memutuskan untuk berpisah dengan Jihan lagi.Jihan dan Wina akhirnya berhasil mencapai tahap ini, jadi akan sangat menyakitkan apabila mereka harus berpisah lagi gara-gara Wina terlibat dalam urusan Lilia.Sorot mata Lilia pun terlihat penuh dengan kebencian. "Yuno! Akan kupastikan kamu menyesal selamanya!"Tangan Yuno yang berada di punggung Lilia pun sontak gemetar, tetapi dia balas memeluk wanita itu deng
Kedua pesan teks yang Wina kirimkan itu tidak dibalas, percakapan singkat mereka berakhir begitu saja.Sebenarnya, Wina tidak tahu siapa yang lebih dia cintai, Ivan atau Jihan. Yang jelas, satu-satunya orang yang dia cintai sekarang adalah Jihan.Jihan sudah seperti sosok yang melekat kuat dalam hati Wina, dia sama sekali tidak bisa melepaskan pria itu.Selama ini, Wina sudah melalui berbagai macam rasa sakit, pedih dan kegembiraan bersama dengan Jihan. Namun, dia sendiri tidak pernah mengikuti kata hatinya. Itu sebabnya kali ini Wina ingin mencintai Jihan dengan berani dan semestinya ....Wina meletakkan ponselnya sekaligus melepaskan rasa bersalahnya, lalu mengambil peralatan gambarnya dengan tekad yang baru dan mendesain ulang ....Wina ingin memberikan desain ini kepada Jihan pada hari pria itu melamarnya, lalu memberi tahu Jihan bahwa selama delapan tahun ini, Wina terus mencintainya.Setelah bergadang semalaman, Wina akhirnya selesai membuat sketsa kasarnya. Dia akhirnya meletakk
Setelah terkejut sesaat, Jefri akhirnya menjawab, "Oke, biar kuatur."Dia pun hendak menutup telepon, tetapi mendengar ucapan terpatah-patah Jihan lagi."Lalu, Nona Sara, Lilia ...."Mereka adalah sahabat Wina, jadi tentu saja mereka harus ada di sana untuk menyaksikan momen indah ini.Wah, ternyata Jihan sampai memikirkan sedetail ini! Jefri sampai merasa terharu dengan betapa dalamnya cinta Jihan untuk Wina."Kak Jihan, pokoknya kamu harus bahagia."'Cinta dari Wina yang kamu dambakan ini pasti akan memberikanmu kebahagiaan.'Wajah Jihan yang pucat pun dihiasi oleh seulas senyuman kecil ....Sebentar lagi ... kebahagiaannya akan datang sebentar lagi....Jefri menutup telepon dan memberi tahu setiap anggota Keluarga Lionel untuk naik pesawat pribadi masing-masing ke Finola.Setelah itu, dia menelepon. Namun, karena tidak kunjung diangkat, Jefri akhirnya menelepon Daris dan meminta Daris untuk menelepon Lilia.Setelah selesai, Jefri mengambil gelas anggurnya di atas meja bar dan meneng
Di Kota Aster.Karena tidak bisa menelepon Lilia, Daris pun mendatangi rumah Lilia. Ternyata Lilia tidak ada di sana.Firasat Daris sontak terasa buruk, jadi dia bergegas ke rumah sakit.Dari para dokter di sanalah Daris jadi tahu bahwa Yuno membawa pergi Lilia secara paksa.Daris juga mengetahui bagaimana Yuno menendang Wina!Wah, berani sekali Yuno menyakiti wanita yang Jihan cintai!Wajah Daris sampai terlihat pucat saking marahnya. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jihan.Sayangnya, pesawat pribadi Jihan sudah terlanjur lepas landas. Jihan tidak mengangkat telepon.Jadi, Daris pun mengunduh rekaman kamera pengawas dan mengirimkannya ke ponsel Jihan, lalu bergegas ke Kota Ostia untuk mencari Lilia.Keesokan paginya, Wina kembali memegang pensil dan membandingkan hasil desainnya. Saat sedang fokus menyelesaikan desain gedung terakhir, tiba-tiba ponselnya berdering.Dia melirik ponselnya yang terletak di samping dengan santai. Begitu melihat nama si penelepon, ujung pe
Pesawat pribadi itu pun tiba di bandara. Jihan bergegas keluar dari bandara sambil dikawal oleh sekelompok pengawal.Jihan masuk ke dalam mobilnya yang mewah, lalu mengeluarkan ponsel pribadinya dan menyalakannya. Dia hendak menelepon Wina untuk mengabarkan bahwa dia sudah mendarat dengan selamat.Akan tetapi, wajahnya yang tampan mendadak berubah menjadi pucat. Matanya bahkan tampak merah padam ....Jihan melemparkan ponselnya dengan tangan yang gemetar. Dia mengeluarkan beberapa butir obat penghilang rasa sakit yang diresepkan oleh si kepala rumah sakit dari Walston dan meminumnya.Begitu melihat Jihan yang masih begitu kesakitan walaupun sudah menjalani pengobatan, seorang pengawal yang duduk di kursi depan pun langsung bertanya dengan cemas, "Tuan, gimana kalau Tuan langsung menjalani operasi saja?"Operasi berarti pembukaan tengkorak kepala. Tidak ada yang bisa memastikan apakah Jihan bisa sadar lagi atau tidak setelah menjalani operasi sebesar itu. Jihan tidak akan mengambil risi
Wajah para pengawal pun sontak memucat ketakutan.Eh? Apa-apaan ini? Jelas-jelas sedari tadi mereka terus berjaga di depan pintu, kok bisa-bisanya Wina mendadak hilang?Namun, mereka sudah tidak punya waktu lagi untuk berpikir dan mencari tahu. Mereka langsung mengiakan perintah Jihan dengan hormat, lalu bergegas pergi untuk mencari Wina ....Jihan hendak menyuruh Daris dan Zeno untuk ikut mencari Wina, jadi dia kembali ke mobil dan mengeluarkan ponsel kerjanya yang belum dihidupkan sejak pesawatnya mendarat.Saat hendak menelepon mereka, barulah Jihan menyadari bahwa Daris ada mengirimkan video kepadanya tengah malam kemarin ....Begitu melihat wajah Wina di tampilan video, Jihan pun langsung mengkliknya. Tepat sekali adegan yang dia lihat adalah saat Yuno menendang dada Wina.Sebersit cahaya dingin yang dikuasai amarah pun langsung berkilat dalam pandangan Jihan. 'Berani-beraninya kamu menyentuh wanitaku, Yuno! Dasar cari mati!'Jihan bertekad akan menghabisi Yuno setelah menemukan W
Sementara itu, di sebuah pondok kayu bobrok yang tersembunyi di dalam hutan yang berada di sebuah pulau terpencil.Wina diikat ke bangku, mulutnya dibekap dengan selotip.Dia perlahan-lahan tersadar kembali karena merasa sulit bernapas.Saat membuka matanya, dia melihat ada 20 orang pria lebih yang berdiri mengepungnya. Semua pria itu tampak garang dan bengis.Tubuh mereka tinggi dan kekar, masing-masing memegang senjata seperti tongkat besi atau pisau.Bilah pisau itu tampak bersinar berkat sinar matahari yang menembus masuk melalui celah-celah kayu penyusun rumah.Wina pun sontak menjadi panik ....Dia refleks meronta, tetapi lalu menyadari kaki dan tangannya sudah terikat. Dia tidak bisa bergerak."Nggak usah buang-buang tenaga, kamu nggak akan bisa kabur ...."Kerumunan orang itu pun langsung membukakan jalan bagi si pria dengan bekas luka di wajahnya. Pria itu melangkah menghampiri Wina dengan sepatu bot kulitnya yang berat.Begitu melihat pria itu, Wina langsung menyadari bahwa m
Wajah Wina yang menjadi agak pucat membuat Haris merasa ada rahasia Wina yang ketahuan. Dia pun bertanya lagi, "Nona Wina, jelas-jelas waktu itu yang kamu laporkan kepada kepolisian adalah Tuan Malam. Kenapa kamu berbohong dengan mengatakan bahwa pelakunya adalah Tuan Muda Keempat dari Keluarga Lokion? Jangan-jangan kamu berniat melindungi penjahat yang menodaimu karena jatuh cinta kepadanya?"Wina pun mengernyit. Dia memang awalnya berencana untuk tidak mengaku, tetapi jika dia terus bersikeras, yang ada malah terkesan dia sedang berusaha menyembunyikan fakta.Jika begitu, Haris pasti akan beralih menginterogasi satu per satu orang di sekeliling Wina. Wina harus mengaku, tetapi dengan cara yang lain.Ekspresi Wina pun perlahan-lahan kembali menjadi tenang. "Aku berbohong ya karena salah bawahanmu sendiri! Ngapain juga mereka mendatangiku dengan mengintimidasiku begitu? Benar-benar nggak tahu sopan santun! Jadi, buat apa juga aku bicara jujur? Mana aku tahu dia itu orang baik atau jaha