Wina jadi tidak bisa tidur, mungkin karena akhirnya mengetahui masa lalu Lilia. Dia bangun keesokan paginya dengan pikiran yang terasa jenuh ....Dia membuka ponselnya. Biasanya jam-jam segini Jihan pasti sudah melakukan panggilan video dengannya, tetapi tidak dengan hari ini.Entah kenapa firasat Wina jadi tidak enak. Wina mengumpulkan segenap keberaniannya dan mengklik tombol telepon, tetapi Jihan tidak mengangkat ....Wina meletakkan ponselnya, lalu menyibakkan selimutnya dan bangkit berdiri. Wina berjalan ke depan jendela yang terbentang dari langit-langit, lalu termangu menatap matahari yang perlahan-lahan terbit.Wina dan Sara pun pergi ke rumah sakit untuk menemui Lilia, lalu Wina pergi mengikuti kursus dan selesai menggambar gambar desain di ruang kerjanya. Akan tetapi, Jihan tetap tidak meneleponnya.Wina pun berbaring di tempat tidur sambil memegang ponselnya dan menatap kotak obrolan. Wina menunggu selama satu jam, lalu sepanjang malam. Akan tetapi, Jihan tetap tidak menelep
Jihan menatap Wina, sorot matanya terlihat penuh tekad."Wina, aku janji untuk selamanya."Jihan mengangkat dagu Wina dan menciumnya dalam-dalam. Bukan hanya bibir Wina saja, tetapi juga alis, pipi dan dagunya ....Jihan mencium setiap jengkal tubuh Wina dengan lembut seolah-olah sedang menciumi harta karunnya.Jihan memeluk Wina dan menggigit daun telinga Wina, lalu mengungkapkan rasa cintanya yang membuncah dengan suara serak, "Wina, aku mencintaimu."Mulai dari sekadar detak jantung yang lebih cepat hingga berubah menjadi cinta yang mengakar kuat. Sepuluh tahun bukanlah angka yang besar, tetapi Jihan mengerahkan segala yang dia miliki untuk mencintai dan mengejar Wina ....Setelah membuka hatinya dan menerima Jihan lagi, Wina jadi bisa merasakan betapa dalam Jihan mencintainya ....Malam itu, mereka berdua merasakan sesuatu yang belum pernah mereka rasakan. Perasaan yang begitu membahagiakan dan hanya bisa dimiliki oleh dua orang yang saling mencintai ....Pada akhirnya, Wina tidak
Wina percaya saja pada kelicikan Jihan karena benar-benar mengira pria itu akan menunjukkan sesuatu kepadanya ....Akan tetapi, Jihan malah mengarahkan tangan Wina ke bagian sensitifnya yang panas, kemudian berujar di lekukan leher Wina dengan suaranya yang serak."Bagus, 'kan?"Sekarang, giliran wajah Wina yang menjadi merah padam."Ng ... nggak ....""Kalau gitu ... enak dipakai, 'kan?" tanya Jihan lagi sambil tersenyum nakal.Wina menengadah menatap Jihan dengan wajahnya yang merah padam, tetapi dia malah langsung bertatapan dengan mata Jihan yang tampak berbinar.Yang terpantul dari pupil mata Jihan adalah sosok dan wajah Wina. Sorot tatapan pria itu tampak begitu hangat dan penuh cinta, membuat Wina langsung luluh dan terpesona.Ketampanan Jihan pun makin bertambah dengan seulas senyuman kecil yang tersungging di bibir pria itu.Wina menatap wajah Jihan yang tampak begitu berkelas dan berwibawa, kontras sekali dengan kata-kata eksplisit yang Jihan bisikkan di telinganya ....Wina
Sara sudah menduga Jefri si buaya darat yang tersohor itu akan putus dengan Yeni suatu saat nanti, tetapi tidak disangka mereka malah putus secepat ini.Akan tetapi, Sara juga tidak ambil pusing. "Kamu mau putus atau nggak itu bukan urusanku."Jefri bukan putus dengan Sara, jadi kenapa Jefri menemuinya? Benar-benar tidak masuk akal.Jefri bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Sara dengan langkah yang terhuyung.Saat mencium bau alkohol yang tajam itu, Sara langsung mengernyit dan menutup hidungnya. "Menjauh sana, bau banget."Namun, Jefri menolak. Dia malah memeluk Sara.Jefri membenamkan kepalanya ke lekukan leher Sara dan mengeluh seperti seorang anak kecil, "Aku putus dengan Yeni gara-gara kamu."Sara memutar bola matanya dengan kesal. "Kayaknya kamu ini sudah mabuk, tapi nggak punya tempat buat muntah makanya kamu lari kepadaku, agar membuatku jijik."Sara langsung menekan kukunya yang runcing ke pelipis Jefri dengan kencang sehingga Jefri refleks mengangkat kepalanya menjauh da
Sara menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku nggak akan pernah lupa bagaimana kamu mempermalukanku selama tiga hari itu. Pulang saja sana."Setelah itu, Sara bangkit berdiri dan berjalan ke atas tanpa menoleh ke belakang. Dia benar-benar tidak peduli lagi dengan Jefri.Jefri menatap punggung Sara dengan hati yang terasa begitu pedih dan sakit.Jelas-jelas Jefri baru bisa berkata seperti itu karena dia mabuk, terluka dan sedang berada di rumahnya Sara.Akan tetapi, entah kenapa lidah Jefri terasa kelu sehingga dia tidak bisa mengucapkan, "Maaf, aku nggak seharusnya memperlakukanmu begitu ...."Setelah selesai makan malam di kediaman Keluarga Lionel, Jihan pun menggandeng Wina menuju taman belakang ....Taman ini dulunya ditumbuhi berbagai macam bunga, tetapi sekarang hanya ada bunga mawar yang tumbuh di sana. Aroma mawar pun tercium di mana-mana, rasanya begitu menyegarkan dan menenangkan.Begitu mencium wangi bunga, Wina pun refleks menoleh. Saat melihat hamparan bunga mawar berwarn
Wina melepaskan gaunnya yang dia cengkeram, lalu menjawab, "Biar kupikir dulu.""Berapa lama?" tanya Jihan dengan panik.Wina pun perlahan menurunkan pandangannya ke arah perutnya ....Jihan memang tidak mempermasalahkan status Wina yang sudah bercerai. Wina juga bisa berusaha keras untuk selangkah demi selangkah menjadi setara dengan Jihan. Namun, soal keturunan ....Mana mungkin keluarga terkemuka dan terkenal seperti Keluarga Lionel tidak memiliki pewaris?Jangankan pembahasan dari media massa, para tetua di Keluarga Lionel saja sudah pasti tidak akan bisa menerima hal ini.Wina tidak berani langsung menyetujui ajakan Jihan. Dia berpikir sejenak, lalu menjawab dengan lembut, "Kasih aku waktu sekitar setengah bulan."Lilia bilang Wina bisa mencobanya setelah mengonsumsi obat itu. Selama dua hari ini mereka juga sudah sering melakukannya, tetapi masih membutuhkan waktu sekitar setengah bulan untuk memastikan apakah Wina hamil atau tidak.Jihan tahu akan ada kemungkinan Wina berubah pi
Saat Wina berjalan keluar dari tempat kursus sambil membawa buku bahasa Privon, tiba-tiba ada sekelompok orang berjas dan berdasi berjalan menghampirinya.Wina langsung mengira sekelompok orang itu merupakan bawahan Jihan. Itu karena Jihan memberitahunya bahwa dia akan mengirim pengawal untuk mengantar Wina pulang.Oleh sebab itu, Wina pun hanya berdiri diam dan tidak menyingkir. Namun, tiba-tiba dia menyadari betapa tidak ramahnya ekspresi seorang pria dengan bekas luka di wajah yang berjalan menghampirinya."Nona Wina, kamu kenal dengan Tuan Malam, 'kan?"Mendengar nama Tuan Malam, jantung Wina sontak menjadi berdebar, tangannya yang memegang buku bahasa Privon mulai gemetar.Jihan bilang nyawanya dalam bahaya seandainya identitas Tuan Malam terungkap. Jadi, kok bisa orang ini tahu tentang Tuan Malam?Wina mengepalkan tangannya dan memaksakan diri untuk tenang, lalu dia balik bertanya dengan ekspresi waspada, "Kamu siapa? Kok kamu tahu namaku?"Tentu saja pria itu tidak akan menjawab
Sementara itu, ada seorang pria di Kota Ostia yang wajahnya sontak berubah menjadi pucat saat membaca berita ini.Walaupun wajah si gadis misterius tidak terlihat, pria itu bisa langsung mengenali sosok si gadis dari belakang. Pria itu tidak akan pernah melupakan siapa gadis ini.Sebentar lagi ... sebentar lagi, dia pasti akan mendengar kabar pernikahan mereka ....Pria yang duduk di kursi roda di halaman itu pun menengadah menatap langit biru dan awan putih di atas sana.Matahari sedang bersinar dengan begitu cerah dan hangatnya, tetapi pria itu merasa dingin ....Saking dinginnya, pria itu sampai gelisah terus sepanjang malam ....Fariz dan Jesse yang berdiri di belakang pria itu pun saling berpandangan, lalu mereka mengambil selimut dan menutupi kaki si pria."Pak, bagaimana kalau kami mencarinya?"Ivan pun tersenyum menatap Fariz dan Jesse, auranya terkesan awet muda."Nggak usah, jangan ada yang mengganggunya ...."Ivan tidak ingin memberi tahu Wina apakah dia masih hidup atau sud