Sara menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku nggak akan pernah lupa bagaimana kamu mempermalukanku selama tiga hari itu. Pulang saja sana."Setelah itu, Sara bangkit berdiri dan berjalan ke atas tanpa menoleh ke belakang. Dia benar-benar tidak peduli lagi dengan Jefri.Jefri menatap punggung Sara dengan hati yang terasa begitu pedih dan sakit.Jelas-jelas Jefri baru bisa berkata seperti itu karena dia mabuk, terluka dan sedang berada di rumahnya Sara.Akan tetapi, entah kenapa lidah Jefri terasa kelu sehingga dia tidak bisa mengucapkan, "Maaf, aku nggak seharusnya memperlakukanmu begitu ...."Setelah selesai makan malam di kediaman Keluarga Lionel, Jihan pun menggandeng Wina menuju taman belakang ....Taman ini dulunya ditumbuhi berbagai macam bunga, tetapi sekarang hanya ada bunga mawar yang tumbuh di sana. Aroma mawar pun tercium di mana-mana, rasanya begitu menyegarkan dan menenangkan.Begitu mencium wangi bunga, Wina pun refleks menoleh. Saat melihat hamparan bunga mawar berwarn
Wina melepaskan gaunnya yang dia cengkeram, lalu menjawab, "Biar kupikir dulu.""Berapa lama?" tanya Jihan dengan panik.Wina pun perlahan menurunkan pandangannya ke arah perutnya ....Jihan memang tidak mempermasalahkan status Wina yang sudah bercerai. Wina juga bisa berusaha keras untuk selangkah demi selangkah menjadi setara dengan Jihan. Namun, soal keturunan ....Mana mungkin keluarga terkemuka dan terkenal seperti Keluarga Lionel tidak memiliki pewaris?Jangankan pembahasan dari media massa, para tetua di Keluarga Lionel saja sudah pasti tidak akan bisa menerima hal ini.Wina tidak berani langsung menyetujui ajakan Jihan. Dia berpikir sejenak, lalu menjawab dengan lembut, "Kasih aku waktu sekitar setengah bulan."Lilia bilang Wina bisa mencobanya setelah mengonsumsi obat itu. Selama dua hari ini mereka juga sudah sering melakukannya, tetapi masih membutuhkan waktu sekitar setengah bulan untuk memastikan apakah Wina hamil atau tidak.Jihan tahu akan ada kemungkinan Wina berubah pi
Saat Wina berjalan keluar dari tempat kursus sambil membawa buku bahasa Privon, tiba-tiba ada sekelompok orang berjas dan berdasi berjalan menghampirinya.Wina langsung mengira sekelompok orang itu merupakan bawahan Jihan. Itu karena Jihan memberitahunya bahwa dia akan mengirim pengawal untuk mengantar Wina pulang.Oleh sebab itu, Wina pun hanya berdiri diam dan tidak menyingkir. Namun, tiba-tiba dia menyadari betapa tidak ramahnya ekspresi seorang pria dengan bekas luka di wajah yang berjalan menghampirinya."Nona Wina, kamu kenal dengan Tuan Malam, 'kan?"Mendengar nama Tuan Malam, jantung Wina sontak menjadi berdebar, tangannya yang memegang buku bahasa Privon mulai gemetar.Jihan bilang nyawanya dalam bahaya seandainya identitas Tuan Malam terungkap. Jadi, kok bisa orang ini tahu tentang Tuan Malam?Wina mengepalkan tangannya dan memaksakan diri untuk tenang, lalu dia balik bertanya dengan ekspresi waspada, "Kamu siapa? Kok kamu tahu namaku?"Tentu saja pria itu tidak akan menjawab
Sementara itu, ada seorang pria di Kota Ostia yang wajahnya sontak berubah menjadi pucat saat membaca berita ini.Walaupun wajah si gadis misterius tidak terlihat, pria itu bisa langsung mengenali sosok si gadis dari belakang. Pria itu tidak akan pernah melupakan siapa gadis ini.Sebentar lagi ... sebentar lagi, dia pasti akan mendengar kabar pernikahan mereka ....Pria yang duduk di kursi roda di halaman itu pun menengadah menatap langit biru dan awan putih di atas sana.Matahari sedang bersinar dengan begitu cerah dan hangatnya, tetapi pria itu merasa dingin ....Saking dinginnya, pria itu sampai gelisah terus sepanjang malam ....Fariz dan Jesse yang berdiri di belakang pria itu pun saling berpandangan, lalu mereka mengambil selimut dan menutupi kaki si pria."Pak, bagaimana kalau kami mencarinya?"Ivan pun tersenyum menatap Fariz dan Jesse, auranya terkesan awet muda."Nggak usah, jangan ada yang mengganggunya ...."Ivan tidak ingin memberi tahu Wina apakah dia masih hidup atau sud
Wina berjalan mengikuti Lilia ke departemen ginekologi sambil menutup wajahnya dengan malu. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Lilia pun mengajak Wina kembali ke ruangannya untuk menunggu hasil pemeriksaan.Sementara itu, Jihan yang berada jauh di Walston sana ternyata lebih gelisah lagi. Dia terus menelepon. Lilia pun langsung menyalakan fitur pengeras suara ....Wina sedang duduk di sofa sambil membenamkan kepalanya pada sebuah bantal kecil. Saking malunya, dia sampai tidak berani menatap Lilia.Untung saja perawat segera membawakan hasil pemeriksaan Wina. Lilia langsung mengambil laporan itu dan membacanya, binar penuh harap dalam sorot tatapannya pun memudar.Dari respons Lilia, Wina langsung tahu bahwa hasilnya adalah dia tidak hamil. Wina jadi merasa agak kecewa. Sepertinya, dia memang sulit sekali untuk bisa hamil ....Lilia meletakkan laporan itu, lalu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Wina. Lilia pun berujar dengan nada menghibur, "Wina, mungkin hasilnya masih n
Reo pun bangkit berdiri. Begitu melihat Yuno menyeret Lilia pergi, dia langsung mengepalkan tinjunya dan bergegas menuju Yuno.Namun, belum sempat meninju wajah Yuno, Yuno yang merupakan seorang ahli Taekwondo tingkat sembilan pun langsung menendang Reo dengan kencang sampai-sampai pria itu terjungkal ke atas lantai."Berani-beraninya kamu mencoba merebut wanitaku!" maki Yuno sambil menatap Reo dengan kesan merendahkan.Setelah itu, Yuno menghadiahi Reo dengan tendangan secara bertubi-tubi sambil tetap mencengkeram tangan Lilia."Berani-beraninya kamu mengatakan cinta pada wanitaku! Dasar cari mati!"Begitu melihat Dokter Yuno yang selama ini dikenal sebagai dokter genius ternyata tega memukuli Reo di rumah sakit, para perawat dan dokter lainnya pun hendak melerai. Akan tetapi, para pengawal yang Yuno bawa malah mengepung mereka ....Yuno menendang titik-titik vital di tubuh Reo dengan kencang, apalagi dia mengenakan sepatu bot kulit yang berat ....Begitu melihat Reo ditendang sampai
Jemari Wina yang memeluk kaki Yuno tampak gemetar, wajahnya terlihat pucat kebingungan.Dia pun perlahan menengadah menatap Yuno yang ekspresinya tampak menghina itu, lalu bertanya, "Dia ... kenapa?"Yuno menahan Lilia yang sibuk menendang dan memukulinya, lalu balas mencibir dengan dingin, "Kamu nggak berhak tahu!"Setelah itu, Yuno menendang tangan Wina yang memeluk kakinya dan berjalan cepat menuju lift sambil tetap menggendong Lilia.Lilia merasa sangat bersalah melihat Wina yang tersungkur tidak berdaya di atas lantai.Dia juga takut Wina akan terprovokasi oleh ucapan Yuno dan memutuskan untuk berpisah dengan Jihan lagi.Jihan dan Wina akhirnya berhasil mencapai tahap ini, jadi akan sangat menyakitkan apabila mereka harus berpisah lagi gara-gara Wina terlibat dalam urusan Lilia.Sorot mata Lilia pun terlihat penuh dengan kebencian. "Yuno! Akan kupastikan kamu menyesal selamanya!"Tangan Yuno yang berada di punggung Lilia pun sontak gemetar, tetapi dia balas memeluk wanita itu deng
Kedua pesan teks yang Wina kirimkan itu tidak dibalas, percakapan singkat mereka berakhir begitu saja.Sebenarnya, Wina tidak tahu siapa yang lebih dia cintai, Ivan atau Jihan. Yang jelas, satu-satunya orang yang dia cintai sekarang adalah Jihan.Jihan sudah seperti sosok yang melekat kuat dalam hati Wina, dia sama sekali tidak bisa melepaskan pria itu.Selama ini, Wina sudah melalui berbagai macam rasa sakit, pedih dan kegembiraan bersama dengan Jihan. Namun, dia sendiri tidak pernah mengikuti kata hatinya. Itu sebabnya kali ini Wina ingin mencintai Jihan dengan berani dan semestinya ....Wina meletakkan ponselnya sekaligus melepaskan rasa bersalahnya, lalu mengambil peralatan gambarnya dengan tekad yang baru dan mendesain ulang ....Wina ingin memberikan desain ini kepada Jihan pada hari pria itu melamarnya, lalu memberi tahu Jihan bahwa selama delapan tahun ini, Wina terus mencintainya.Setelah bergadang semalaman, Wina akhirnya selesai membuat sketsa kasarnya. Dia akhirnya meletakk