Begitu memasukkan ponselnya ke dalam saku jas dokternya, Lilia pun melihat seorang pria tampan yang berpakaian modis sedang berjalan menuju kamar rawat VIP tempat Wina berada.Begitu melihat Lilia, alis pria itu pun terangkat dan dia bertanya sambil tersenyum dengan lebar, "Bu Dokter, apa ada pasien bernama Nona Wina di kamar ini?"Ekspresi Lilia sontak menjadi kaku. Jangan bilang orang lain yang menyukai Wina langsung datang secepat ini?Walaupun Lilia merasa kebingungan, dia tetap menjawab sambil tersenyum, "Iya, benar. Anda siapa, ya?"Pria itu mengeluarkan kartu namanya dari dalam saku jasnya, lalu menyerahkannya kepada Lilia. "Oh, nama saya Sam."Lilia pun menatap kartu nama berwarna emas itu. Di atasnya tertulis Kepala Desainer PT Vera Construction. "Oh ya, halo," sapa Lilia sambil tersenyum.Sam berjabat tangan dengan Lilia, lalu meletakkan kartu namanya ke atas telapak tangan Lilia sambil tersenyum. "Kalau Bu Dokter mau mendesain rumah, silakan hubungi saya. Nanti saya kasih di
Setelah Sam pergi, Sara langsung mengomel, "Dia itu siapa sih? Senyumannya aneh banget, caranya bicara juga kasar."Wina sebenarnya sudah terlalu lelah sehabis meladeni Sam, tetapi dia tetap menghibur Sara, "Sudah, nggak usah dipikirin. Desainer 'kan memang agak eksentrik ...."Sara yang masih merasa sangat kesal pun mengeluarkan ponselnya dan mencari informasi tentang Sam di internet. Sara ingin tahu seberapa hebatnya Sam dan kenapa pria itu begitu terkenal.Setelah membaca riwayat karier Sam, Sara memutuskan untuk melupakan kekesalannya. Dia tidak mau berdebat dengan orang pintar semacam Sam.Sara meletakkan ponselnya sambil berpura-pura tidak peduli, lalu bertanya dengan lembut kepada Wina, "Kamu lapar, Wina? Biar kubelikan makanan."Wina menggelengkan kepalanya, pandangannya yang tertuju ke arah Sara menjadi makin kabur. "Sara, kamu ingat 'kan aku ada membawa sekotak obat waktu pindah ke vilamu? Bisa nggak pas kamu ke sini lagi tolong bawakan kotak itu?"Sara refleks melirik ke ara
Sekitar satu bulan kemudian, punggung Wina sudah tidak terasa begitu nyeri.Akan tetapi, masalah pencangkokkan kulit pada punggung Wina masih menjadi sebuah kekhawatiran besar bagi Lilia. "Aku berniat meminta tolong pada seorang dokter bedah plastik terkemuka di dunia, tapi dia nggak bisa kuhubungi."Dokter yang Lilia maksud adalah Dokter Olivia Annasy. Walaupun kemampuan Olivia sangat hebat, sulit sekali mempekerjakannya sekalipun sudah siap menghabiskan banyak uang.Wina pun menanggapi ucapan Lilia, "Nggak masalah, dokter bedah plastik biasa juga boleh. Bekas luka di punggung 'kan nggak akan terlihat karena tertutup baju."Sara yang sedang mengupas jeruk langsung berkata, "Wanita itu nggak boleh sampai punya bekas luka, nanti jelek banget ....""Aku juga punya bekas luka operasi bedah jantung, nggak masalah kalau nambah lagi," sahut Wina dengan cuek.Sara melirik Wina dengan sedih. "Kamu ini cantik banget, tapi sayang ada bekas luka di tubuhmu.""Aku 'kan bukan artis, jadi nggak masa
Jemari Wina pun terasa agak tegang, tetap ekspresinya tetap terlihat datar. "Itu urusan pribadi Dokter Olivia dan nggak ada hubungannya denganku.""Baiklah kalau kamu bilang begitu," sahut Olivia sambil tersenyum dengan anggun.Olivia pun berbalik badan dengan anggun, lalu menatap Lilia dan berkata, "Sampai ketemu di ruang operasi, Dokter Lilia."Setelah berkata seperti itu, Olivia yang mengenakan sepatu hak tinggi pun segera melangkah keluar dari kamar rawat.Begitu Olivia pergi, Sara langsung berujar dengan sangat kesal sambil menggertakkan giginya, "Kalau bukan karena aku takut dia nggak jadi mengoperasimu, pasti dari tadi aku sudah memakinya!"Lilia juga merasa agak kesal, tetapi dia tidak memberikan tanggapan apa-apa. Dia hanya mengeluarkan ponselnya dan terus mencoba menelepon Jihan.Jihan sudah sebulan terisolasi di pangkalan penerbangan, jadi harusnya sekarang dia memeriksa ponselnya, 'kan?Akan tetapi, ternyata ponsel Jihan masih mati. Lilia jadi merasa sangat putus asa. Dia m
Lampu parkir yang remang-remang menyinari tato naga berwarna biru di leher pria itu, membuat Wina makin yakin bahwa sosok ini adalah benar Tuan Malam.Dia tidak menyangka Tuan Malam tahu dia masih hidup dan mendatanginya seperti ini. Namun, yang lebih anehnya lagi, kenapa dia membawa begitu banyak orang?Wina ingat dua kali sebelumnya Tuan Malam muncul seorang diri. Sepertinya, kali ini Tuan Malam datang untuk balas dendam makanya dia membawa begitu banyak orang ....Begitu menyadari ada yang tidak beres, Wina langsung berjalan perlahan ke pintu mobil, hendak membukanya dan duduk.Akan tetapi, dua pria bertopeng dengan cepat mengadangnya ....Jantung Wina pun sontak berdebar ketakutan. Dia mengepalkan kedua tangannya sambil memperhatikan sekeliling. Dia benar-benar terkepung.Jadi, Wina berusaha tetap setenang mungkin dan menatap Tuan Malam. Firasatnya selalu mengatakan bahwa Tuan Malam tidak mungkin menyakitinya, tetapi kali ini ....Entah kenapa, Wina merasa ada yang berbeda dari Tua
Saat Tuan Malam hendak melucuti pakaian Wina, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil lain. Sebuah mobil sport melaju ke arah mereka ....Alih-alih parkir, mobil itu kelihatannya berniat menabrak mobil mereka!Begitu melihat sebuah mobil sport tiba-tiba melaju ke arah mereka, para pria bertopeng yang berjaga di luar pun melangkah maju untuk memaksa mobil sport itu berhenti.Namun, mobil sport itu sama sekali tidak berniat berhenti. Si pengemudi menabrak satu per satu pria bertopeng yang mengadangnya sampai mati!Tuan Malam segera melepaskan Wina, dia sadar ada yang tidak beres. Dia pun turun dari mobil, lalu melambaikan tangannya pada pria bertopeng lainnya sebagai isyarat untuk segera pergi.Namun, si pengemudi mobil sport tidak berniat membiarkan Tuan Malam kabur. Mobil sport itu langsung melaju ke arah Tuan Malam, hendak menabrak Tuan Malam sampai mati.Tuan Malam refleks berlari menuju lift dengan rasa takut dan panik.Begitu melihat Tuan Malam masuk ke dalam lift, mobil sport itu bar
"Terima kasih untuk pujiannya," sahut Sam sambil tersenyum dengan kaku.Wina balas melirik Sam, lalu mengulurkan tangannya kepada pria itu. "Aku pinjam ponselmu."Logikanya, Sara harusnya segera kembali ke tempat parkir karena hanya mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar rawat. Akan tetapi, Sara ternyata tidak kunjung keluar. Pasti ada yang membuatnya jadi terhalang.Sam pun melemparkan ponselnya kepada Wina. "Kata sandinya empat angka nol ...."Wina hendak bertanya kenapa kata sandi Sam begitu mudah, tetapi tiba-tiba teringat dengan betapa perfeksionisnya pria itu. Wina pun tidak jadi bertanya.Wina segera membuka layar kunci ponsel Sam dan menelepon Sara. Setelah beberapa kali terdengar nada sambung, Sara akhirnya mengangkat teleponnya. "Sara, ini aku ...."Sara langsung memalingkan pandangannya dari Jefri dan bertanya, "Loh, Wina, kok kamu telepon pakai ponsel Sam?"Wina menjelaskan apa baru saja yang terjadi, lalu berkata, "Sara, kalau kamu masih di rumah sakit, tunggu saja d
Tuan Malam selalu bersembunyi di balik kegelapan dan mengancam keselamatan Wina, jadi dia harus secepatnya ditemukan.Wina baru bisa hidup dengan tenang jika Tuan Malam sudah dipenjara selama 17 atau 18 tahun.Sam menatap Sara dan Wina yang berjalan pergi menuju UGD, lalu menghela napas dengan pasrah dan mengikuti mereka.Luka di lengan Wina tidak begitu parah, jadi hanya perlu diobati sebentar dan mereka bertiga pun sudah bisa keluar dari rumah sakit.Sam mengantar Sara dan Wina pulang, lalu diajak untuk makan malam bersama.Saat Sara dan Wina sedang mendiskusikan cara membongkar kedok Tuan Malam, Sam yang sedang asyik makan pun menimpali dengan santai, "Pancing saja dia keluar."Sara sudah pernah melakukannya tiga tahun lalu, jadi dia hendak menolak usulan Sam. Namun, Wina mendahuluinya dan berkata, "Karena sekarang dia tahu aku masih hidup, dia pasti akan mendatangiku lagi. Memang kita nggak bisa pakai cara pasif, dia harus dipancing keluar."Wina meletakkan sendok dan garpunya, lal