Sekitar satu bulan kemudian, punggung Wina sudah tidak terasa begitu nyeri.Akan tetapi, masalah pencangkokkan kulit pada punggung Wina masih menjadi sebuah kekhawatiran besar bagi Lilia. "Aku berniat meminta tolong pada seorang dokter bedah plastik terkemuka di dunia, tapi dia nggak bisa kuhubungi."Dokter yang Lilia maksud adalah Dokter Olivia Annasy. Walaupun kemampuan Olivia sangat hebat, sulit sekali mempekerjakannya sekalipun sudah siap menghabiskan banyak uang.Wina pun menanggapi ucapan Lilia, "Nggak masalah, dokter bedah plastik biasa juga boleh. Bekas luka di punggung 'kan nggak akan terlihat karena tertutup baju."Sara yang sedang mengupas jeruk langsung berkata, "Wanita itu nggak boleh sampai punya bekas luka, nanti jelek banget ....""Aku juga punya bekas luka operasi bedah jantung, nggak masalah kalau nambah lagi," sahut Wina dengan cuek.Sara melirik Wina dengan sedih. "Kamu ini cantik banget, tapi sayang ada bekas luka di tubuhmu.""Aku 'kan bukan artis, jadi nggak masa
Jemari Wina pun terasa agak tegang, tetap ekspresinya tetap terlihat datar. "Itu urusan pribadi Dokter Olivia dan nggak ada hubungannya denganku.""Baiklah kalau kamu bilang begitu," sahut Olivia sambil tersenyum dengan anggun.Olivia pun berbalik badan dengan anggun, lalu menatap Lilia dan berkata, "Sampai ketemu di ruang operasi, Dokter Lilia."Setelah berkata seperti itu, Olivia yang mengenakan sepatu hak tinggi pun segera melangkah keluar dari kamar rawat.Begitu Olivia pergi, Sara langsung berujar dengan sangat kesal sambil menggertakkan giginya, "Kalau bukan karena aku takut dia nggak jadi mengoperasimu, pasti dari tadi aku sudah memakinya!"Lilia juga merasa agak kesal, tetapi dia tidak memberikan tanggapan apa-apa. Dia hanya mengeluarkan ponselnya dan terus mencoba menelepon Jihan.Jihan sudah sebulan terisolasi di pangkalan penerbangan, jadi harusnya sekarang dia memeriksa ponselnya, 'kan?Akan tetapi, ternyata ponsel Jihan masih mati. Lilia jadi merasa sangat putus asa. Dia m
Lampu parkir yang remang-remang menyinari tato naga berwarna biru di leher pria itu, membuat Wina makin yakin bahwa sosok ini adalah benar Tuan Malam.Dia tidak menyangka Tuan Malam tahu dia masih hidup dan mendatanginya seperti ini. Namun, yang lebih anehnya lagi, kenapa dia membawa begitu banyak orang?Wina ingat dua kali sebelumnya Tuan Malam muncul seorang diri. Sepertinya, kali ini Tuan Malam datang untuk balas dendam makanya dia membawa begitu banyak orang ....Begitu menyadari ada yang tidak beres, Wina langsung berjalan perlahan ke pintu mobil, hendak membukanya dan duduk.Akan tetapi, dua pria bertopeng dengan cepat mengadangnya ....Jantung Wina pun sontak berdebar ketakutan. Dia mengepalkan kedua tangannya sambil memperhatikan sekeliling. Dia benar-benar terkepung.Jadi, Wina berusaha tetap setenang mungkin dan menatap Tuan Malam. Firasatnya selalu mengatakan bahwa Tuan Malam tidak mungkin menyakitinya, tetapi kali ini ....Entah kenapa, Wina merasa ada yang berbeda dari Tua
Saat Tuan Malam hendak melucuti pakaian Wina, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil lain. Sebuah mobil sport melaju ke arah mereka ....Alih-alih parkir, mobil itu kelihatannya berniat menabrak mobil mereka!Begitu melihat sebuah mobil sport tiba-tiba melaju ke arah mereka, para pria bertopeng yang berjaga di luar pun melangkah maju untuk memaksa mobil sport itu berhenti.Namun, mobil sport itu sama sekali tidak berniat berhenti. Si pengemudi menabrak satu per satu pria bertopeng yang mengadangnya sampai mati!Tuan Malam segera melepaskan Wina, dia sadar ada yang tidak beres. Dia pun turun dari mobil, lalu melambaikan tangannya pada pria bertopeng lainnya sebagai isyarat untuk segera pergi.Namun, si pengemudi mobil sport tidak berniat membiarkan Tuan Malam kabur. Mobil sport itu langsung melaju ke arah Tuan Malam, hendak menabrak Tuan Malam sampai mati.Tuan Malam refleks berlari menuju lift dengan rasa takut dan panik.Begitu melihat Tuan Malam masuk ke dalam lift, mobil sport itu bar
"Terima kasih untuk pujiannya," sahut Sam sambil tersenyum dengan kaku.Wina balas melirik Sam, lalu mengulurkan tangannya kepada pria itu. "Aku pinjam ponselmu."Logikanya, Sara harusnya segera kembali ke tempat parkir karena hanya mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar rawat. Akan tetapi, Sara ternyata tidak kunjung keluar. Pasti ada yang membuatnya jadi terhalang.Sam pun melemparkan ponselnya kepada Wina. "Kata sandinya empat angka nol ...."Wina hendak bertanya kenapa kata sandi Sam begitu mudah, tetapi tiba-tiba teringat dengan betapa perfeksionisnya pria itu. Wina pun tidak jadi bertanya.Wina segera membuka layar kunci ponsel Sam dan menelepon Sara. Setelah beberapa kali terdengar nada sambung, Sara akhirnya mengangkat teleponnya. "Sara, ini aku ...."Sara langsung memalingkan pandangannya dari Jefri dan bertanya, "Loh, Wina, kok kamu telepon pakai ponsel Sam?"Wina menjelaskan apa baru saja yang terjadi, lalu berkata, "Sara, kalau kamu masih di rumah sakit, tunggu saja d
Tuan Malam selalu bersembunyi di balik kegelapan dan mengancam keselamatan Wina, jadi dia harus secepatnya ditemukan.Wina baru bisa hidup dengan tenang jika Tuan Malam sudah dipenjara selama 17 atau 18 tahun.Sam menatap Sara dan Wina yang berjalan pergi menuju UGD, lalu menghela napas dengan pasrah dan mengikuti mereka.Luka di lengan Wina tidak begitu parah, jadi hanya perlu diobati sebentar dan mereka bertiga pun sudah bisa keluar dari rumah sakit.Sam mengantar Sara dan Wina pulang, lalu diajak untuk makan malam bersama.Saat Sara dan Wina sedang mendiskusikan cara membongkar kedok Tuan Malam, Sam yang sedang asyik makan pun menimpali dengan santai, "Pancing saja dia keluar."Sara sudah pernah melakukannya tiga tahun lalu, jadi dia hendak menolak usulan Sam. Namun, Wina mendahuluinya dan berkata, "Karena sekarang dia tahu aku masih hidup, dia pasti akan mendatangiku lagi. Memang kita nggak bisa pakai cara pasif, dia harus dipancing keluar."Wina meletakkan sendok dan garpunya, lal
Bangunan hasil desain Vera tampak begitu unik, indah dan megah.Poin utama desainnya terletak pada cerminan teknologi termutakhir seolah-olah merupakan gambaran bangunan di masa depan.Pantas saja Sam bilang setiap gedung yang didesain oleh Vera bisa menjadi ciri khas kota di setiap negara.Wina memang merasa khawatir akan kesulitan menyamai kehebatan kakaknya, tetapi ....Wina pun mengambil pena, penggaris dan kertas, lalu duduk dan mulai menggambar.Sudah lama sekali dia tidak menggambar dengan pulpen. Namun, berkat bakatnya, beberapa coretan saja sudah menghasilkan suatu bentuk.Wina menundukkan kepalanya dan berkonsentrasi menggambar. Tidak lama kemudian, dia sebuah rumah berbentuk unik pun tergambar di atas kertas.Wina meletakkan penanya, lalu mengambil kertas itu dan memandangi hasil karyanya. Dia jadi merasa agak takjub ....Padahal dia belum pernah mendesain bangunan, tetapi setelah melihat karya kakaknya, Wina malah terinspirasi dan jadi bisa menggambarnya.Apa jangan-jangan
Wina sontak tertegun menatap punggung Sam yang berjalan pergi.Dia kaget sekali saat mengetahui bahwa klien proyek pertama kakaknya adalah NASA.Wina bukannya takut terjun langsung ke lapangan, tetapi ....Lilia sudah memberi tahu Wina bahwa sekarang Jihan ada di NASA. Bagaimana jika Wina malah bertemu pria itu?Sara melirik Wina. Begitu melihat kepala Wina yang tertunduk, Sara langsung tahu apa yang ada di dalam benak Wina."Tenang saja, Wina. NASA itu 'kan luas banget, kalian nggak mungkin bertemu segampang itu ..." hibur Sara dengan lembut.Benar juga. Proyeknya Jihan 'kan terkait luar angkasa, sementara pekerjaan Wina di bidang arsitektur gedung. Keduanya adalah jenis pekerjaan yang berbeda, jadi mana mungkin mereka akan bertemu? Wina hanya ketakutan.Wina menenangkan pikirannya, lalu bertanya, "Kamu mau ikut, Sara?"Sara memang masih bercita-cita melihat dunia, tetapi dia mengibas-ngibaskan tangannya sambil berkata, "Nggak. Aku nggak bisa ikut karena klub lagi sibuk banget."Sara