Rian melirik Wina yang sudah memalingkan wajahnya. Rasa sakit di hatinya sekali lagi menjalar ke seluruh tubuhnya sampai membuatnya gemetar."Apa karena kamu jatuh cinta pada Jihan, jadi kamu begitu kejam padaku ....""Wina, aku sudah mencintaimu selama separuh hidupku. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Kebencian tiba-tiba muncul di mata Rian. Kebencian atas kekejaman Wina. Kebencian karena Wina jatuh cinta pada pria lain.Wina memandang Rian, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya dan berkata, "Ya, aku memang jatuh cinta padanya. Kamu juga tahu bagaimana aku mencintai seseorang. Karena aku sudah mencintainya, aku nggak akan pernah berpaling ke orang lain lagi. Jadi tolong kamu lupakan aku, oke?"Saat mendengar kata-kata itu, darah di tubuhnya seketika menjadi dingin dan tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar.Rian menjadi sangat marah dan bergegas ke arah Wina, lalu meraih dagunya dan menciumnya.Ciumannya yang kuat dan mendominasi sama seperti sebelumnya, tetapi Wina tidak membe
Wina mengambil dan memakan jeruk itu, tetapi hanya terasa hambar di mulutnya.Ketika menelannya, Wina hampir muntah karena naiknya asam lambungnya.Namun, karena takut Sara akan khawatir, dia memaksa menelannya.Suasana hati Sara sepertinya sedang buruk, dia tidak menyadari ada yang aneh pada Wina dan hanya menunduk sambil mengupas kulit apel.Setelah selesai, dia memberikan apel itu pada Wina, tetapi kali ini Wina tidak memakannya dan menaruhnya ke meja di samping kasur."Sara, Denis sudah memberitahumu berapa banyak utang keluarganya?""Sudah."Sara mengangguk, dia berhenti sejenak sebelum memberi tahu Wina berapa jumlah utangnya."Empat ratus juta."Keluarganya memiliki hutang sebesar 400 juta, tetapi Denis hanya memberi tahu Sara lewat telepon akan melunasi hutang itu tanpa mendiskusikannya dengan Sara."Dia menggunakan uangnya sendiri, bukan uangku ...."Sara lanjut menjelaskan karena takut Wina akan khawatir. Namun, Wina malah merasa perkataan itu malah terdengar sedikit aneh.Ke
Wina menghela napas panjang dan Sara malah tersenyum dan menghiburnya, "Jangan khawatir, aku pasti bisa mengumpulkan uang itu lagi dengan menjual beberapa botol anggur."Mustahil Wina tidak mengkhawatirkannya. Dia tahu Sara menabung selama bertahun-tahun untuk membeli rumah.Semua itu penghasilan dari tips dari minum bersama pelanggan. Dia mengumpulkannya sedikit demi sedikit.Meskipun sejak menjadi manajer, Sara tidak perlu lagi menemani minum para pelanggan itu, dia masih harus bergadang dan bekerja keras agar bisa mengumpulkan lagi sejumlah uang itu.Wina takut Sara akan kelelahan jika bekerja seperti itu, tetapi Sara malah terlihat sangat santai."Yang perlu kamu khawatirkan saat ini adalah hubunganmu dengan Ivan dan Jihan, bukan aku.""Aku sudah nggak ada hubungan dengan mereka, sekarang hanya ada kamu yang di sisiku, jadi aku pasti mengkhawatirkanmu.""Jangan khawatir, aku punya tangan dan kaki. Jika terjadi sesuatu di masa depan, aku pasti bisa bangkit kembali."Sara tidak takut
Rian dan Sara mengobrol sebentar. Ketika membicarakan tentang Wina, ekspresi Rian perlahan menjadi muram."Selama lima tahun, Wina dan Jihan tidak termasuk pacaran, hubungan mereka hanya sebatas kontrak.""Tapi Wina memang jatuh cinta pada Jihan. Kalau dia nggak jatuh hati pada Jihan, mungkin dia akan sulit untuk melupakanmu."Sara tidak menyembunyikan apa pun dari Rian. Dia mengatakan yang sebenarnya dengan harapan Rian akan keluar dari masa lalu secepat mungkin.'Ternyata semua perubahan ini karena aku. Aku melupakannya, lalu dia jatuh cinta pada Jihan.'Rian tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini. Seperti ada lubang di hatinya yang semakin membesar dan menelannya sedikit demi sedikit."Sekali terlewatkan, kamu nggak akan bisa mendapatkannya lagi. Lebih baik kamu segera lupakan dia ...."Setelah mengatakan itu, Sara membuka pintu dan keluar dari mobil.Rian bersandar ke kursi mobil dan menutup mata merahnya.Salah satu pengawal menerima telepon dari seseorang yang berada di Kota
Lilia membawa kantong kertas kelas atas berisikan mantel ke vila.Saat Lilia masuk ke ruang kerja, terlihat pria yang tersinar sisa cahaya matahari terbenam dari jendela.Pria itu berdiri tegap dengan punggung yang terlihat kesepian. Lilia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang terlihat hanya dua jari pria itu sedang mengapit sebatang rokok.Asap tipis menempel di sekujur tubuh pria itu, membuatnya tampak misterius, tetapi juga terlihat seperti menahan suatu perasaan.Lilia melirik ke tumpukan puntung rokok di tempat sampah, lalu sedikit mengernyit.Seingat Lilia, Jihan tidak merokok. 'Sejak kapan Jihan jadi kecanduan merokok?'Lilia tahu ini bukan urusannya, jadi segera mengetuk pintu."Masuk."Jihan mengatakan itu tanpa menoleh, seolah dia tidak tertarik pada apa pun.Lilia menghampirinya dengan membawa kantong kertas, "Pak Jihan, Nona Wina memintaku untuk mengembalikan ini pada Anda."Saat Lilia menyerahkan kantong itu, Jihan baru berbalik dan melirik kantong tersebut."Buan
Sebelum meninggalkan Kota Aster, Rian mengirim pesan ke Wina."Aku akan kembali ke Kora Ostia, nggak akan mengganggumu lagi. Jaga dirimu baik-baik."Hanya pesan singkat, tetapi terlihat dia masih menghormati Wina.Mata Wina berkaca-kaca saat membaca pesan itu. 'Ivan masih seperti dulu, dia nggak akan pernah mempersulitku.'Wina ingin membalas sesuatu, tetapi teringat dia sudah menyakiti Rian dengan kejam. Jika dia masih membalas pesan ini akan terlihat dia hanya pura-pura perhatian.Setelah menekan perasaan sedihnya, Wina meletakkan ponselnya dan pergi mandi, lalu keluar rumah.Wina sudah memutuskan hubungan dengan Jihan dan Rian, mereka tidak akan mencari dirinya lagi, jadi dia bisa pergi dengan tenang.Namun, sebelum itu dia harus pergi ke kantor untuk menyelesaikan pengunduran dirinya. Setelah itu, harus mencari waktu yang pas untuk memberi tahu Sara tentang penyakitnya.Sesampai di Grup Nizari, dia langsung mendatangi ruang kantor Winata. Winata yang baru kembali, sedang duduk di s
Wina tanpa sungkan menyerahkan kunci dokumen material, informasi pelanggan dan beberapa dokumen rahasia kepada Vivi.Setelah serah terima, Wina bangkit dan pergi ke kantor HRD untuk mengundurkan diri. Sebelum meninggalkan kantor presiden, dia bertemu Yuna yang datang dengan membawa setumpuk dokumen."Hei, bukannya kamu pacar baru Pak Rian? Kenapa kamu bisa datang ke Grup Nizari?"Yuna berkata dengan sinis, "Oh, aku tahu. Pak Rian sudah kembali ke Kota Ostia, tapi nggak membawamu bersamanya. Sekarang kamu dicampakkan dan nggak punya tujuan lain, jadi kembali ke Grup Nizari, ya?"Mendengar itu, Vivi langsung menyela, "Wina datang untuk resign."Raut wajah Yuna seketika menjadi masam. 'Dia nggak bergantung pada Pak Rian, tapi masih punya nyali untuk resign? Apa dia punya sponsor baru?''Setiap kali melihat wajahnya, aku ingin mencabik-cabiknya. Wanita jalan ini menggunakan kecantikannya untuk merayu para pria.'Tentu saja Yuna sangat cemburu pada Wina. Dia selalu berpikir Wina selalu berh
Pria tidak diperbolehkan masuk ke bagian ginekologi. Setelah Denis mengirim wanita hamil itu masuk, dia berencana untuk duduk di tempat istirahat dan menunggu.Dia tidak menduga begitu dia berbalik, dia bertemu Wina yang menatapnya dengan tajam. Denis terkejut dan mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan kembali keseimbangannya."Wi ... Wina, kenapa kamu ada di sini?""Kenapa sendiri kenapa di sini? Bukannya kamu pulang kampung untuk melunasi utang keluargamu?"Menghadapi pertanyaan Wina, Denis jelas panik. Mungkin karena dia tidak menyangka Wina mengetahui tentang kepulangannya ke kampung halamannya.Namun, mengingat Sara dan Wina dekat seperti kakak-adik, tidak heran jika Wina mengetahui hal tersebut. Hanya saja, hal ini membuat Denis sedikit tidak senang.Dia dan Sara sudah menikah, tetapi Sara masih memberi tahu Wina segalanya tentang hubungan mereka. Gara-gara ini dia harus berhati-hati setiap saat.Setelah panik sejenak, Denis segera menenangkan diri dan menjelaskan kepada Win