Rian dan Sara mengobrol sebentar. Ketika membicarakan tentang Wina, ekspresi Rian perlahan menjadi muram."Selama lima tahun, Wina dan Jihan tidak termasuk pacaran, hubungan mereka hanya sebatas kontrak.""Tapi Wina memang jatuh cinta pada Jihan. Kalau dia nggak jatuh hati pada Jihan, mungkin dia akan sulit untuk melupakanmu."Sara tidak menyembunyikan apa pun dari Rian. Dia mengatakan yang sebenarnya dengan harapan Rian akan keluar dari masa lalu secepat mungkin.'Ternyata semua perubahan ini karena aku. Aku melupakannya, lalu dia jatuh cinta pada Jihan.'Rian tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini. Seperti ada lubang di hatinya yang semakin membesar dan menelannya sedikit demi sedikit."Sekali terlewatkan, kamu nggak akan bisa mendapatkannya lagi. Lebih baik kamu segera lupakan dia ...."Setelah mengatakan itu, Sara membuka pintu dan keluar dari mobil.Rian bersandar ke kursi mobil dan menutup mata merahnya.Salah satu pengawal menerima telepon dari seseorang yang berada di Kota
Lilia membawa kantong kertas kelas atas berisikan mantel ke vila.Saat Lilia masuk ke ruang kerja, terlihat pria yang tersinar sisa cahaya matahari terbenam dari jendela.Pria itu berdiri tegap dengan punggung yang terlihat kesepian. Lilia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang terlihat hanya dua jari pria itu sedang mengapit sebatang rokok.Asap tipis menempel di sekujur tubuh pria itu, membuatnya tampak misterius, tetapi juga terlihat seperti menahan suatu perasaan.Lilia melirik ke tumpukan puntung rokok di tempat sampah, lalu sedikit mengernyit.Seingat Lilia, Jihan tidak merokok. 'Sejak kapan Jihan jadi kecanduan merokok?'Lilia tahu ini bukan urusannya, jadi segera mengetuk pintu."Masuk."Jihan mengatakan itu tanpa menoleh, seolah dia tidak tertarik pada apa pun.Lilia menghampirinya dengan membawa kantong kertas, "Pak Jihan, Nona Wina memintaku untuk mengembalikan ini pada Anda."Saat Lilia menyerahkan kantong itu, Jihan baru berbalik dan melirik kantong tersebut."Buan
Sebelum meninggalkan Kota Aster, Rian mengirim pesan ke Wina."Aku akan kembali ke Kora Ostia, nggak akan mengganggumu lagi. Jaga dirimu baik-baik."Hanya pesan singkat, tetapi terlihat dia masih menghormati Wina.Mata Wina berkaca-kaca saat membaca pesan itu. 'Ivan masih seperti dulu, dia nggak akan pernah mempersulitku.'Wina ingin membalas sesuatu, tetapi teringat dia sudah menyakiti Rian dengan kejam. Jika dia masih membalas pesan ini akan terlihat dia hanya pura-pura perhatian.Setelah menekan perasaan sedihnya, Wina meletakkan ponselnya dan pergi mandi, lalu keluar rumah.Wina sudah memutuskan hubungan dengan Jihan dan Rian, mereka tidak akan mencari dirinya lagi, jadi dia bisa pergi dengan tenang.Namun, sebelum itu dia harus pergi ke kantor untuk menyelesaikan pengunduran dirinya. Setelah itu, harus mencari waktu yang pas untuk memberi tahu Sara tentang penyakitnya.Sesampai di Grup Nizari, dia langsung mendatangi ruang kantor Winata. Winata yang baru kembali, sedang duduk di s
Wina tanpa sungkan menyerahkan kunci dokumen material, informasi pelanggan dan beberapa dokumen rahasia kepada Vivi.Setelah serah terima, Wina bangkit dan pergi ke kantor HRD untuk mengundurkan diri. Sebelum meninggalkan kantor presiden, dia bertemu Yuna yang datang dengan membawa setumpuk dokumen."Hei, bukannya kamu pacar baru Pak Rian? Kenapa kamu bisa datang ke Grup Nizari?"Yuna berkata dengan sinis, "Oh, aku tahu. Pak Rian sudah kembali ke Kota Ostia, tapi nggak membawamu bersamanya. Sekarang kamu dicampakkan dan nggak punya tujuan lain, jadi kembali ke Grup Nizari, ya?"Mendengar itu, Vivi langsung menyela, "Wina datang untuk resign."Raut wajah Yuna seketika menjadi masam. 'Dia nggak bergantung pada Pak Rian, tapi masih punya nyali untuk resign? Apa dia punya sponsor baru?''Setiap kali melihat wajahnya, aku ingin mencabik-cabiknya. Wanita jalan ini menggunakan kecantikannya untuk merayu para pria.'Tentu saja Yuna sangat cemburu pada Wina. Dia selalu berpikir Wina selalu berh
Pria tidak diperbolehkan masuk ke bagian ginekologi. Setelah Denis mengirim wanita hamil itu masuk, dia berencana untuk duduk di tempat istirahat dan menunggu.Dia tidak menduga begitu dia berbalik, dia bertemu Wina yang menatapnya dengan tajam. Denis terkejut dan mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan kembali keseimbangannya."Wi ... Wina, kenapa kamu ada di sini?""Kenapa sendiri kenapa di sini? Bukannya kamu pulang kampung untuk melunasi utang keluargamu?"Menghadapi pertanyaan Wina, Denis jelas panik. Mungkin karena dia tidak menyangka Wina mengetahui tentang kepulangannya ke kampung halamannya.Namun, mengingat Sara dan Wina dekat seperti kakak-adik, tidak heran jika Wina mengetahui hal tersebut. Hanya saja, hal ini membuat Denis sedikit tidak senang.Dia dan Sara sudah menikah, tetapi Sara masih memberi tahu Wina segalanya tentang hubungan mereka. Gara-gara ini dia harus berhati-hati setiap saat.Setelah panik sejenak, Denis segera menenangkan diri dan menjelaskan kepada Win
Wina melihat nomor kamar mereka dan mencatatnya. Kemudian, dia pergi ke toko buah di dekat rumah sakit dan membeli dua keranjang buah.Ketika kembali ke rumah sakit, Wina kebetulan bertemu dengan Sara yang bergegas masuk ke dalam rumah sakit."Wina kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apa jantungmu terasa nggak nyaman?"Sara buru-buru datang untuk 'menangkap pezina', tetapi ketika dia melihat Wina, dia menghentikan langkahnya dan mengkhawatirkan Wina.Hati Wina terasa hangat dan dia berkata kepada Sara, "Aku nggak apa-apa. Aku kemari karena Dokter Lilia memintaku untuk datang dan mengambil beberapa obat."Sara menghela napas lega setelah mendengar kesehatan Wina baik-baik saja.Wina menyerahkan dua keranjang buah kepada Sara sambil berkata, "Karena kamu sebagai kakak ipar yang akan mengunjungi adik ipar, kamu tentu harus membawa buah-buahan ini."Sara dengan cepat mengerti maksud Wina. Wina menyuruhnya untuk tidak terlalu impulsif saat melihat mereka berdua nanti.Sebaliknya, dia akan pe
Denis selalu meratapi kemiskinannya di depan Sara, tetapi sekarang dia malah membawa adiknya ke rumah sakit swasta yang sangat mahal.Sara mulai berpikir apakah 400 juta itu untuk biaya perawatan adiknya Denis?Jika benar wanita hamil itu adalah adiknya, Sara akan merelakan 400 juta itu. Jika bukan ....Kata-kata Sara yang sangat menusuk itu membuat Denis sedikit panik, tetapi dia masih bisa bersikap normal.Dia mengambil keranjang buah dari tangan Sara dan menjelaskan dengan sangat wajar, "Adik iparku nggak kekurangan uang. Dia sedang berada di luar negeri dan nggak bisa pulang tepat waktu, jadi nggak bisa menjaga adikku."Wanita yang setengah terbaring di ranjang rumah sakit itu pun ikut menambah, "Kamu kakak iparku, 'kan? Maaf ya, suamiku sedang nggak bisa menemaniku. Kebetulan Kak Denis pulang saat ada sedikit kontraksi di perutku, jadi aku memintanya untuk mengantarku ke rumah sakit besar untuk melakukan pemeriksaan."Setelah mengatakan itu, dia memelototi Denis dan berkata, "Kak,
Denis melanjutkan ucapannya sambil memelototi Eva, "Dia merahasiakan kehamilannya dari keluarga. Kalau aku nggak bertemu dengannya di jalan dan membawanya pulang, dia pasti akan menyembunyikan hal ini."Denis kembali melihat Sara dan berkata, "Setelah aku membawanya pulang, keadaan rumah sangat kacau. Ada banyak orang yang datang menagih utang. Waktu aku ingin membayar utang itu, Eva bilang dia yang bayar saja. Setelah ini, aku baru tahu adik iparku menghasilkan banyak uang di Kafria Selatan. Setelah mengetahui Eva hamil, dia mengirim biaya hidup Eva setiap bulan. Setelah mengetahui hal ini, aku baru merasa lega.""Tapi kedua orang tuaku merasa hamil di luar nikah merupakan hal yang memalukan, mereka memarahi dan bertengkar dengan Eva. Mungkin karena terlalu emosi, Eva pun mengalami kontraksi.""Tapi nggak ada yang serius. Dia dirawat inap karena dokter yang menyarankannya, untuk memonitor kondisinya lebih lanjut."Setelah menjelaskan semuanya, Denis mengeluarkan kartu bank dari sakuny