Pria tidak diperbolehkan masuk ke bagian ginekologi. Setelah Denis mengirim wanita hamil itu masuk, dia berencana untuk duduk di tempat istirahat dan menunggu.Dia tidak menduga begitu dia berbalik, dia bertemu Wina yang menatapnya dengan tajam. Denis terkejut dan mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan kembali keseimbangannya."Wi ... Wina, kenapa kamu ada di sini?""Kenapa sendiri kenapa di sini? Bukannya kamu pulang kampung untuk melunasi utang keluargamu?"Menghadapi pertanyaan Wina, Denis jelas panik. Mungkin karena dia tidak menyangka Wina mengetahui tentang kepulangannya ke kampung halamannya.Namun, mengingat Sara dan Wina dekat seperti kakak-adik, tidak heran jika Wina mengetahui hal tersebut. Hanya saja, hal ini membuat Denis sedikit tidak senang.Dia dan Sara sudah menikah, tetapi Sara masih memberi tahu Wina segalanya tentang hubungan mereka. Gara-gara ini dia harus berhati-hati setiap saat.Setelah panik sejenak, Denis segera menenangkan diri dan menjelaskan kepada Win
Wina melihat nomor kamar mereka dan mencatatnya. Kemudian, dia pergi ke toko buah di dekat rumah sakit dan membeli dua keranjang buah.Ketika kembali ke rumah sakit, Wina kebetulan bertemu dengan Sara yang bergegas masuk ke dalam rumah sakit."Wina kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apa jantungmu terasa nggak nyaman?"Sara buru-buru datang untuk 'menangkap pezina', tetapi ketika dia melihat Wina, dia menghentikan langkahnya dan mengkhawatirkan Wina.Hati Wina terasa hangat dan dia berkata kepada Sara, "Aku nggak apa-apa. Aku kemari karena Dokter Lilia memintaku untuk datang dan mengambil beberapa obat."Sara menghela napas lega setelah mendengar kesehatan Wina baik-baik saja.Wina menyerahkan dua keranjang buah kepada Sara sambil berkata, "Karena kamu sebagai kakak ipar yang akan mengunjungi adik ipar, kamu tentu harus membawa buah-buahan ini."Sara dengan cepat mengerti maksud Wina. Wina menyuruhnya untuk tidak terlalu impulsif saat melihat mereka berdua nanti.Sebaliknya, dia akan pe
Denis selalu meratapi kemiskinannya di depan Sara, tetapi sekarang dia malah membawa adiknya ke rumah sakit swasta yang sangat mahal.Sara mulai berpikir apakah 400 juta itu untuk biaya perawatan adiknya Denis?Jika benar wanita hamil itu adalah adiknya, Sara akan merelakan 400 juta itu. Jika bukan ....Kata-kata Sara yang sangat menusuk itu membuat Denis sedikit panik, tetapi dia masih bisa bersikap normal.Dia mengambil keranjang buah dari tangan Sara dan menjelaskan dengan sangat wajar, "Adik iparku nggak kekurangan uang. Dia sedang berada di luar negeri dan nggak bisa pulang tepat waktu, jadi nggak bisa menjaga adikku."Wanita yang setengah terbaring di ranjang rumah sakit itu pun ikut menambah, "Kamu kakak iparku, 'kan? Maaf ya, suamiku sedang nggak bisa menemaniku. Kebetulan Kak Denis pulang saat ada sedikit kontraksi di perutku, jadi aku memintanya untuk mengantarku ke rumah sakit besar untuk melakukan pemeriksaan."Setelah mengatakan itu, dia memelototi Denis dan berkata, "Kak,
Denis melanjutkan ucapannya sambil memelototi Eva, "Dia merahasiakan kehamilannya dari keluarga. Kalau aku nggak bertemu dengannya di jalan dan membawanya pulang, dia pasti akan menyembunyikan hal ini."Denis kembali melihat Sara dan berkata, "Setelah aku membawanya pulang, keadaan rumah sangat kacau. Ada banyak orang yang datang menagih utang. Waktu aku ingin membayar utang itu, Eva bilang dia yang bayar saja. Setelah ini, aku baru tahu adik iparku menghasilkan banyak uang di Kafria Selatan. Setelah mengetahui Eva hamil, dia mengirim biaya hidup Eva setiap bulan. Setelah mengetahui hal ini, aku baru merasa lega.""Tapi kedua orang tuaku merasa hamil di luar nikah merupakan hal yang memalukan, mereka memarahi dan bertengkar dengan Eva. Mungkin karena terlalu emosi, Eva pun mengalami kontraksi.""Tapi nggak ada yang serius. Dia dirawat inap karena dokter yang menyarankannya, untuk memonitor kondisinya lebih lanjut."Setelah menjelaskan semuanya, Denis mengeluarkan kartu bank dari sakuny
Begitu Sara berkata seperti itu, Eva segera menghentikan niatnya untuk menyindir.Melihat itu, Sara pun menghilangkan tatapan tajamnya dan melihat ke Denis sambil berkata, "Aku masih ada sif malam, jadi aku serahkan padamu untuk menjaga adikmu."Denis menangguk, mengambil kunci mobil dan berkata, "Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu, aku bawa mobil."Setelah menolak, Sara meraih lengan Wina dan berjalan keluar dari kamar rawat.Begitu Sara dan Wina pergi, Eva segera guguk tegak dan berkata kepada Denis, "Kamu hanya perlu menjelaskan saja, kenapa kamu malah mengembalikan 400 juta itu padanya?"Denis mengecek keluar, memastikan kedua orang itu sudah pergi jauh, lalu kembali menjawab Eva, "Kalau aku nggak kembalikan uang itu, dia nggak akan percaya padaku."Eva mendengus dingin, wajah cantiknya terlihat kesal dan dia berkata, "Aku masih harus menunggu berapa lama?"Denis mendekatkan diri, mengelus perut Eva sambil menenangkannya, "Eva, setelah dia melunasi semua cicilan rumah, aku akan me
Wina merasa lega setelah melihat Sara berpikir dengan jernih dan tidak tertipu dengan kata-kata manis Denis.Wina takut setelah dirinya meninggal dunia dan Sara dikhianati oleh Denis, di saat seperti ini, apa yang harus Sara lakukan?Memikirkan hal itu, ekspresi Wina menjadi muram. Kesedihan yang mendalam memenuhi hatinya dan membuatnya menjadi gelisah.Sara yang melihat Wina masih mengkhawatirkan dirinya segera berkata, "Jangan khawatir lagi, aku nggak bucin, aku nggak membiarkan pria membodohiku!"Setelah mengatakan itu, Sara berkata dengan sangat mantap, "Aku nggak akan terpuruk dalam patah hati."Sambil membuka pintu mobil, Sara melambaikan tangannya kepada Wina dan berkata, "Aku pergi menghasilkan banyak uang dulu!"Wina merasa terhibur oleh Sara dan melambai padanya, "Hati-hati di jalan."Sara mengangguk, memakai kacamata hitamnya, masuk ke dalam mobil, memundurkan mobil dan pergi dari rumah sakit.Setelah melihat Sara pergi, Wina kembali ke dalam rumah sakit. Begitu keluar dari
Kata-kata Mira itu terdengar seperti hinaan bagi Wina, tetapi menakutkan bagi Lilia.Lilia segera berdiri di depan Wina dan meminta maaf atas namanya, "Nona Mira, pasien ini nggak tahu identitas Anda, makanya dia berani berkata seperti itu kepada Anda. Saya benar-benar minta maaf. Anda sangat mulia dan bermurah hati, mohon lepaskan dia."Lilia yang memohon dengan merendah seperti itu membuat Wina merasa tidak enak hati, "Dokter Lilia ...."Wina ingin menghentikan Lilia bersikap merendah seperti itu, tetapi dicegah Lilia, "Nona, kamu datang mencariku untuk pemeriksaan dan mengambil obat. Aku nggak mengenalmu, kalau kamu masih berani mengatakan apa pun yang membuat Nona Mira marah, aku nggak akan mengobati penyakitmu lagi!"Lilia berusaha menjauhkan diri darinya, seolah ingin melindunginya. Wina pun mengerti dan tidak berbicara lagi.Wina masih merasa wanita di hadapannya itu terlalu arogan, tetapi Lilia sepertinya takut pada wanita itu. Oleh karena itu, Wina hanya bisa menggertakkan gig
"Kita sudah menyinggungnya, aku khawatir dia pasti akan menyulitkan kita di masa depan ...."'Aku nggak masalah karena aku masih bisa mencari Pak Jihan untuk melindungiku, tapi Wina ....'Kalau Mira sampai tahu hubungan dia dengan Pak Jihan, aku takut ....'Lilia tidak berani memikirkannya lagi, karena yang terpikirkan olehnya hanyalah Clara yang disiksa sampai mati.Wina merasa sangat bersalah saat melihat ekspresi ketakutan Lilia dan berkata, "Dokter Lilia, maafkan aku, aku jadi menyusahkanmu."Lilia menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Aku nggak menyalahkanmu, Mira memang sudah keterlaluan."Takut Wina terlalu menyalahkan diri sendiri, Lilia menghiburnya, "Jangan takut, aku akan memberi tahu Pak Jihan nanti, dia akan melindungi kita."Wina tersenyum tidak berdaya. 'Aku begitu kejam pada Jihan, dia pasti sudah membenciku, jadi mana mungkin dia kan melindungiku.'Lilia masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi beberapa polisi datang dan menanyakan apa yang terjadi tadi.Lilia menj