Dari respons Jihan, Sara menduga Jihan menyalahkan anak itu atas kondisi Wina saat ini. Itu sebabnya Jihan memberikan jarak antara dirinya dengan putranya yang masih bayi. Sara juga tidak berminat memaksa Jihan.Sara menggendong bayi itu, lalu meletakkannya di sebelah Wina. Kemudian, Sara meraih tangan Wina dan meletakkannya di atas perut bayi itu. Bayi itu pun mulai menangis, mungkin karena ada koneksi batin antara dirinya dengan sang ibu.Tangisan bayi itu membuat mata Jihan menjadi berkaca-kaca. Dia pun refleks mengulurkan jemarinya yang ramping dan meletakkannya di tangan mungil bayi itu ....Begitu menyentuh tangan Jihan, tangisan bayi itu pun perlahan berhenti. Kemudian, bayi itu membuka matanya yang besar. sorot tatapannya tampak begitu cerah, polos dan berbinar. Dia menatap Jihan dengan rasa ingin tahu, lalu menggenggam jari kelingking Jihan ....Saking mungilnya, kelima jemari bayi itu hanya bisa menggenggam jari kelingking Jihan. Genggaman mungil itu menandakan bahwa Jihan ad
Jihan balas mengangguk kecil. Saat ini, Jihan rela melakukan apa pun selama itu bisa membuat Wina siuman.Sara sedikit tidak percaya, tetapi dia langsung memberitahukan alamatnya kepada Jihan."Katanya kalau kamu bersujud mulai dari kaki gunung hingga ke kuil yang ada di puncak gunung, semua permintaanmu akan terkabul. Dulu aku merasa itu adalah sesuatu nggak masuk akal, tapi sekarang ...."Jihan yang mengenakan jas dan sepatu kulit itu pun mengesampingkan martabat dan kesombongannya, lalu berlutut dan bersujud di setiap langkahnya menuju ke atas. Keningnya sampai berdarah, tetapi dia tidak menyerah.Setibanya di puncak gunung, barulah Jihan jatuh tersungkur. Wajahnya yang pucat pun menengadah, kedua tangannya terkatup rapat dan dia perlahan memejamkan matanya dengan aroma dupa di sekelilingnya ....Dia, Jihan Lionel ....Pertama memohon agar istrinya, Wina Septa, bisa siuman.Kedua, agar anak mereka sehat selalu.Ketiga, agar Wina dan anak mereka sehat selalu dan panjang umur.Hanya i
Ranjang rumah sakit Wina terletak di dekat jendela. Kaca jendela dibuka sedikit, membuat angin sepoi-sepoi berembus masuk bersama butiran air hujan dan meniup tirai putih kamar dengan lembut. Angin dan air hujan itu pun mengenai bagian kepala ranjang dan menghadirkan sensasi sejuk.Begitu merasakan perubahan suhu itu, Wina memalingkan pandangannya dari langit-langit kamar ke luar jendela kaca. Di luar sana, langit tampak mendung seiring dengan butiran hujan yang turun ....Wina menggerakkan jari-jarinya untuk mencoba menangkap butiran hujan yang jatuh, tetapi ternyata tubuhnya terasa begitu sakit. Mulai dari ujung jarinya hingga ke perut, jantung, tubuh bagian bawah dan kepalanya. Saking sakitnya, sekujur tubuh Wina sontak menegang dan air mata pun mengalir membasahi pipinya ....Di pintu kamar rawat, Dokter Seno yang membawa kotak peralatannya pun mendorong pintu masuk dan melihat Wina menangis. Dia sontak mematung sesaat, lalu bergegas memeriksa denyut nadi Wina untuk memastikan Wina
Sara pun terjatuh ke atas kursi dengan lemas. "Dokter Seno, apa dia hilang ingatan? Kenapa dia masih bisa ingat hidupnya saat berusia 18 tahun ke bawah?"Dokter Seno pun tersadar dari lamunannya. "Entahlah, harus diperiksa dulu."Sara segera bangkit berdiri. "Akan kuminta dokter untuk segera memeriksanya. Lebih baik segera memulihkan kondisinya sebelum Jihan kembali."Sara merasa sangat kasihan pada Jihan, jadi dia berharap para dokter dapat membantu memulihkan ingatan Wina sebelum Jihan kembali dari kuil.Setelah pemeriksaan, dokter mengabarkan bahwa Wina mengalami amnesia sementara akibat pendarahan otak. Dengan kata lain, yang diingat Wina sekarang hanyalah hidupnya saat berusia 18 tahun ke bawah."Terus, kapan dia bisa sembuh?" tanya Sara dengan bingung.Dokter meletakkan hasil pemeriksaan tersebut dan menjawab, "Kapannya tergantung ke pribadi masing-masing pasien.""Apa bisa diobati dengan obat?" tanya Sara."Nggak," jawab si dokter. "Dalam kasus hilang ingatan seperti ini, justru
van menunduk menatap bola mata Wina yang memantulkan sosoknya seorang, rasanya kendalinya nyaris lenyap. Akan tetapi, Ivan tahu betul Wina bukan algi miliknya. Ivan pun mengendalikan debaran jantungnya, lalu menjawab dengan enggan, "Bukan."Jika bayi itu bukan anaknya dengan Ivan, berarti anaknya dengan Jihan. Nama pria yang terkesan begitu asing bagi Wina. Wina pun bertanya dengan tidak terima, "Bukannya kita sudah janji untuk bersama selamanya? Kenapa kita malah berpisah?"Sara bilang Jihan adalah suaminya, begitu pula para dokter lainnya. Masalahnya, Wina paling menginginkan Ivan sebagai suaminya, kenapa dia malah berakhir menikah dengan orang lain?Jemari Wina perlahan terkepal. Ivan bergumul hebat di dalam hati, lalu akhirnya mendorong tangan Wina menjauh dengan lembut. "Itu karena aku sudah nggak mencintaimu lagi ...."Wina tahu dia hilang ingatan dan sudah ada banyak hal yang terjadi selama ini, tetapi tetap saja dia merasa sedih mendengar jawaban Ivan. "Ivan, kamu bilang kamu a
Jihan menawarkan nyawanya sendiri saat berdoa memohon kepada langit. Ternyata langit tidak membunuhnya, melainkan mengambil ingatan Wina. Asalkan Wina siuman, imbalan seperti ini tidak jadi masalah.Walaupun sudah menghibur diri seperti ini, tetap saja Jihan tersenyum pedih. Rasanya apa yang dia alami selama sepuluh tahun terakhir ini hanyalah sebuah mimpi yang sangat indah ....Wajah Jihan yang tirus dan kuyu, matanya yang memerah, serta senyumannya yang tampak pedih, hati Wina pun makin terasa sakit. Rasanya tidak nyaman sekali, seperti ada yang menohok ulu hatinya.Wina pikir jantungnya yang berulah, jadi dia segera menekan bagian dadanya. Rasa sakit yang aneh itu pun segera lenyap. Saat ini, Ivan juga mengambil kesempatan untuk menarik kembali tangannya."Wina, karena suamimu sudah pulang, kamu bicaralah dengannya. Aku pergi dulu, kapan-kapan nanti kujenguk."Begitu melihat Ivan berbalik dan berjalan pergi, Wina segera menghentikan pria itu dengan agak gelisah."Jangan pergi, Ivan!
Setelah duduk di samping ranjang rumah sakit, Ivan pun menceritakan segalanya kepada Wina dengan lembut dan tenang. Tentang bagaimana dia dan Jihan bertemu, bagaimana mereka berdua jatuh cinta dan akhirnya berjanji sehidup semati.Wina sontak merasa agak kaget, tetapi dia segera menenangkan diri. "Ivan, penjelasanmu itu malah lebih mirip sebuah cerita, bukan sesuatu yang mungkin terjadi padaku."Ivan balas tersenyum kecil. "Waktu aku hilang ingatan, kamu menemuiku dan menceritakan apa yang terjadi di antara kita. Waktu itu aku juga merasa penjelasanmu seperti cerita belaka, jadi aku menolak mengakui memiliki ingatan yang aneh seperti itu. Tapi ...."Ivan berhenti sesaat dan menghela napas dalam-dalam. "Begitu ingatanku kembali, aku sangat menyesalinya. Aku hanya bisa pasrah melihatmu jatuh cinta dan bersama dengan orang lain, sementara aku sendiri sudah nggak berhak untuk bersamamu lagi ...."Wina membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi Ivan menyelanya, "Wina, aku bilang begi
Keputusan Sara dan yang lainnya pasti sudah membunuh Jihan seandainya Jefri tidak datang dan memberi tahu mereka semua bahwa ada virus dalam cip di otak Jihan yang akan menyebabkan infeksi jika disentuh.Sara merasa ketakutan dengan cip tersebut, sementara Daris dan Alta sangat marah saat mengetahui bahwa cip tersebut dimasukkan saat Jihan berada di Medan Hitam. "Dasar bajingan-bajingan Medan Hitam keparat itu! Berani-beraninya mereka berbuat sejahat ini kepada Pak Jihan!"Jangankan ada virus atau apalah itu, memiliki sesuatu dalam otaknya saja sudah pasti akan membuat Jihan sangat kesakitan. Namun, Jihan menolak memberi tahu mereka apa-apa sehingga mereka juga baru tahu sekarang. Seandainya saja mereka tahu lebih cepat, waktu itu mereka akan menghabisi lebih banyak anggota Medan Hitam sebagai bentuk balas dendam!Karena pihak rumah sakit sudah mengetahui tentang keberadaan cip dalam otak Jihan, kenyataan ini tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi. Kabar itu pun menyebar ke semua ang