"Ivan, aku bersedia menjamumu karena Winata memaksaku. Kalau bukan karena ini, aku nggak akan pernah menemuimu lagi.""Aku sudah melupakanmu, jadi aku harap kamu juga melupakan dan kembali ke Kota Ostia untuk menjalankan Grup Gerad dengan baik. Di sanalah keluargamu berada."Selesai mengatakan itu, Wina hendak keluar dari mobil tetapi dipeluk Rian dari belakang.Rian membenamkan kepalanya dengan lemah di leher Wina dan terisak, "Wina, aku nggak bisa melupakanmu seumur hidupku, aku mohon jangan meninggalkanku, ya?"Rian memiliki sifat keras kepala dan takut kehilangan, berbeda dengan sifat Jihan yang arogan dan dingin. Oleh karena itu, Jika Wina ingin Rian melepaskannya, dia harus mengatakan sesuatu yang lebih kejam.Wina menarik napas dalam-dalam, berbalik, menggertakkan gigi dan berkata, "Pak Rian, aku nggak peduli kamu bisa melupakanku atau nggak. Bagaimanapun, aku nggak mencintaimu lagi. Kalau kamu masih mengangguku, itu hanya akan membuatku muak padamu."Wina melepaskan jari-jari R
Wina tahu Rian tidak akan pergi begitu saja, tetapi Wina tidak mengusirnya karena tahu bahwa Keluarga Gerad tidak akan membiarkan Rian membuang waktu di Kota Aster. Dia pasti akan segera dibawa pergi.Setelah kembali ke rumah, Wina pergi mandi dan minum obat.Dia lupa mengambil obat khusus yang diberikan Lilia dan ponselnya.Karena ingin segera keluar, dia hanya mengenakan mantel Jihan dan membantu Rian keluar dari vila.Wina mengambil mantel yang memiliki aroma khas Jihan, menyentuhnya dengan lembut, seperti enggan untuk berpisah dengannya.Akan tetapi, teringat dengan kata-kata Jihan di telinganya, kelembutan di mata Wina seketika memudar.Surat perpisahannya masih ada tersimpan di dalam laci. Wina mengeluarkan selembar kertas yang bertuliskan "Jihan".Wina mengambil pena dan menulis di bawah nama itu: "Dia bilang 'jangan mengira aku akan mencintaimu'. Ternyata dia tidak mencintaiku."Mungkin karena kejadian beberapa hari ini yang melelahkan, Wina langsung tertidur ketika berbaring d
"Kalau George menemukan jantung yang cocok, kamu bisa langsung membawa Wina untuk operasi transplantasi. Ke depannya, kamu nggak perlu memberitahuku apa pun yang berhubungan dengannya."Kata-kata Jihan yang dingin membuyarkan spekulasi Lilia.'Kalau Jihan peduli dengan Wina, dia nggak akan bersikap seperti itu.''Tindakannya ini seperti ingin menyingkirkan Wina, jadi melakukan hal baik untuk terakhir kalinya.''Apakah Dokter George dapat menemukan jantung yang cocok atau nggak? Apakah Nona Wina akan hidup atau nggak? Dia nggak peduli sama sekali.'Kalau dia peduli, dia nggak akan menyuruhku untuk nggak perlu memberi tahu apa pun tentang Nona Wina kepadanya.''Ketidakpedulian seperti itu menunjukkan bahwa mereka sudah putus hubungan untuk selamanya.''Sayang sekali, usaha Pak Jihan sia-sia. Kondisi Nona Wina saat ini nggak mungkin bisa menunggu jantung yang cocok.'Setelah memikirkan hal tersebut, Lilia hanya mengiakan perintah Jihan tanpa mengatakan yang lain dan pergi dengan barang-ba
Lilia mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban.Lilia berpikir Wina pasti sedang tidur dan memikirkan cara untuk membuka pintu. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang berseru."Kalian siapa? Kenapa berkumpul di depan rumahku?"Beberapa hari ini, Sara mengirim pesan kepada Wina, tetapi tidak ada balasan dari Wina. Wina juga tidak mengangkat panggilan teleponnya. Karena khawatir, Sara pun datang mengecek apakah Wina sudah kembali.Begitu keluar dari lift, Sara melihat ada belasan pria berpakaian hitam. Sara tidak melihat ada Rian dan Lilia karena tertutup oleh sekelompok orang tersebut. Sara pun mengira mereka adalah perampok, jadi mengambil sapu di ujung koridor yang ditinggalkan petugas kebersihan. Sambil memegang sapu itu, Sara bergegas maju dan berteriak.Dia ingin menakuti sekelompok orang itu, tetapi orang-orang itu malah menatapnya dengan mata yang meremehkan.Sara pun tertegun di tempat.Mendengar suara Sara, Rian memberi isyarat kepada pengawalnya untuk menyingkir.Setelah itu, Sa
Lilia tidak bisa menjawab pertanyaan itu, jadi dia hanya menatap Sara sambil tersenyum kecil dan membuat Sara gemetar.Setelah membiarkan mereka duduk di sofa, Sara pergi mengetuk pintu kamar Wina."Wina, ada yang mencarimu."Wina sudah terbangun ketika mendengar ada suara orang masuk ke rumah.Dia tentu mendengar percakapan di luar, hanya saja dia tidak memiliki tenaga untuk bangun.Ketika Wina mencoba untuk bangun dari kasurnya, Sara sudah masuk ke dalam.Sara buru-buru menghampiri Wina ketika melihat Wina yang kesusahan untuk bangun itu."Wina, ada apa denganmu?"Mendengar ucapan itu, Rian dan Lilia langsung datang.Saat Rian ingin masuk ke dalam, Lilia mendahuluinya dan berkata, "Siapa yang dokter di sini? Minggirlah."Lilia mendorong Rian ke samping dan segera masuk ke kamar Wina. Dia menyentuh dahi Wina, lalu mengeluarkan termometer untuk mengukur suhunya."Kamu kehujanan?"Suhu tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi bagi Wina suhu seperti itu sudah bisa membunuhnya.Wina kehujana
Rian melirik Wina yang sudah memalingkan wajahnya. Rasa sakit di hatinya sekali lagi menjalar ke seluruh tubuhnya sampai membuatnya gemetar."Apa karena kamu jatuh cinta pada Jihan, jadi kamu begitu kejam padaku ....""Wina, aku sudah mencintaimu selama separuh hidupku. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Kebencian tiba-tiba muncul di mata Rian. Kebencian atas kekejaman Wina. Kebencian karena Wina jatuh cinta pada pria lain.Wina memandang Rian, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya dan berkata, "Ya, aku memang jatuh cinta padanya. Kamu juga tahu bagaimana aku mencintai seseorang. Karena aku sudah mencintainya, aku nggak akan pernah berpaling ke orang lain lagi. Jadi tolong kamu lupakan aku, oke?"Saat mendengar kata-kata itu, darah di tubuhnya seketika menjadi dingin dan tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar.Rian menjadi sangat marah dan bergegas ke arah Wina, lalu meraih dagunya dan menciumnya.Ciumannya yang kuat dan mendominasi sama seperti sebelumnya, tetapi Wina tidak membe
Wina mengambil dan memakan jeruk itu, tetapi hanya terasa hambar di mulutnya.Ketika menelannya, Wina hampir muntah karena naiknya asam lambungnya.Namun, karena takut Sara akan khawatir, dia memaksa menelannya.Suasana hati Sara sepertinya sedang buruk, dia tidak menyadari ada yang aneh pada Wina dan hanya menunduk sambil mengupas kulit apel.Setelah selesai, dia memberikan apel itu pada Wina, tetapi kali ini Wina tidak memakannya dan menaruhnya ke meja di samping kasur."Sara, Denis sudah memberitahumu berapa banyak utang keluarganya?""Sudah."Sara mengangguk, dia berhenti sejenak sebelum memberi tahu Wina berapa jumlah utangnya."Empat ratus juta."Keluarganya memiliki hutang sebesar 400 juta, tetapi Denis hanya memberi tahu Sara lewat telepon akan melunasi hutang itu tanpa mendiskusikannya dengan Sara."Dia menggunakan uangnya sendiri, bukan uangku ...."Sara lanjut menjelaskan karena takut Wina akan khawatir. Namun, Wina malah merasa perkataan itu malah terdengar sedikit aneh.Ke
Wina menghela napas panjang dan Sara malah tersenyum dan menghiburnya, "Jangan khawatir, aku pasti bisa mengumpulkan uang itu lagi dengan menjual beberapa botol anggur."Mustahil Wina tidak mengkhawatirkannya. Dia tahu Sara menabung selama bertahun-tahun untuk membeli rumah.Semua itu penghasilan dari tips dari minum bersama pelanggan. Dia mengumpulkannya sedikit demi sedikit.Meskipun sejak menjadi manajer, Sara tidak perlu lagi menemani minum para pelanggan itu, dia masih harus bergadang dan bekerja keras agar bisa mengumpulkan lagi sejumlah uang itu.Wina takut Sara akan kelelahan jika bekerja seperti itu, tetapi Sara malah terlihat sangat santai."Yang perlu kamu khawatirkan saat ini adalah hubunganmu dengan Ivan dan Jihan, bukan aku.""Aku sudah nggak ada hubungan dengan mereka, sekarang hanya ada kamu yang di sisiku, jadi aku pasti mengkhawatirkanmu.""Jangan khawatir, aku punya tangan dan kaki. Jika terjadi sesuatu di masa depan, aku pasti bisa bangkit kembali."Sara tidak takut