Mata Jihan terasa begitu pedih. Dia pun menahan emosinya yang mendadak berubah itu dan refleks melangkah maju hendak melihat rupa anaknya dengan lebih jelas.Jihan memang pandai mengendalikan emosinya, tetapi Wina sangat mengenal Jihan. Dia bisa membaca emosi suaminya dari alisnya. Wina pun meraih tangan ramping Jihan dan meletakkannya di atas perutnya.Telapak tangan Jihan diletakkan persis di atas jemari si janin yang bergerak-gerak. Tangan Jihan dan tangan si janin saling menempel walaupun terpisah oleh perut Wina seolah-olah anak itu sedang menyapa ayahnya.Begitu merasakan tangan kecil di bawah telapak tangannya, Jihan harus mati-matian menahan air mata yang menggenangi pelupuk matanya. Terutama saat mendengar Wina bertanya, "Sayang, anak kita lucu, ya?"Jantung Jihan bahkan seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Seandainya tidak ada Alexa di sini, Jihan pasti akan mengabaikan citranya dan memeluk Wina, lalu berbaring di atas perut Wina untuk merasakan gerak anak mere
Untung saja Jihan pulang tepat waktu dan menemukan Wina yang terjatuh. Jihan bergegas membawa Wina ke rumah sakit dan mendesak Alexa untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.Wina terlalu banyak bepergian sehingga tidak sempat melakukan kontrol kehamilan sebagaimana semestinya. Wina hanya melakukan pemeriksaan ala kadarnya yang tidak sesuai dengan prosedur. Wina belum pernah menjalani pemeriksaan secara menyeluruh.Kali ini, Wina mendadak pingsan sebelum mandi. Bukan karena Wina kekurangan oksigen akibat mandi terlalu lama, tetapi Jihan juga tidak tahu apa penyebabnya. Jihan merasa sangat cemas, jadi dia minta istrinya diperiksa secara menyeluruh.Setelah menyelesaikan pemeriksaan, Alexa pun memeriksa rekam medis Wina. Ternyata Wina sudah menjalani operasi besar lebih dari sekali, menjalani transplantasi jantung dan juga memiliki mata yang bermasalah. Tubuh Alexa mendadak menjadi dingin.Seandainya Wina tidak mengalami pre-eklampsia, yaitu tekanan darah yang tinggi akibat kehamila
Alexa sontak merasa takut saat melihat ekspresi yang begitu mengintimidasi dan mencekam dari Jihan yang beraura dingin dan bermartabat itu. Meskipun begitu, sebagai seorang dokter, tentu saja dia wajib menjelaskan alasannya dan memberi tahu Jihan risiko seperti apa yang mungkin terjadi."Seandainya Dokter Lilia masih hidup dan terus mengawasi kesehatan Nyonya Wina, kemungkinan besar pre-eklampsia ini nggak akan terjadi. Dengan begitu, seburuk apa pun kesehatan Nyonya Wina, dia pasti masih bisa selamat saat melahirkan. Masalahnya, sekarang dia mendadak menderita pre-eklampsia dan juga penggumpalan darah ....""Tentu saja ini adalah masalah yang umum ditemui di ibu hamil. Kedua penyakit ini sebenarnya dapat diobati agar pendarahan hebat nggak terjadi saat proses melahirkan. Sayangnya, kondisi fisik Nyonya Wina terlalu buruk. Ditambah dengan pre-eklampsia yang dia alami, dia bisa mengalami pendarahan hebat kapan saja dan mudah mengalami komplikasi.""Saat ini, kami berikan dua pilihan. Pi
Kebetulan sekali Killian baru saja pulang. Belum sempat dia duduk di atas sofa, dia sudah bisa melihat mobil Jihan masuk ke dalam vilanya melalui jendela yang terbentang dari langit-langit itu.Jihan menabrak pintu utama hingga rusak, para pelayan sontak melangkah mundur dengan takut. Jihan turun dari mobil dan bergegas menuju ruang tamu dengan sangat marah, dia bahkan tidak ambil pusing sedikit pun dengan apa yang telah dia lakukan."Killian! Kamu tahu nyawanya akan berada dalam bahaya apabila dia menjalani proses melahirkan, tapi kamu malah merahasiakannya dariku? Sekarang dia sama-sama terancam mati, entah melahirkan atau nggak! Kamu pernah mikir nggak apa aku ini bisa bertahan hidup atau nggak tanpa dia!"Walaupun Jihan sudah begitu marah dan memberondongnya dengan pertanyaan, Killian tetap mengambil cangkir tehnya yang ada di atas meja dengan tenang. Sayangnya, belum sempat pinggiran cangkir menyentuh bibirnya, Jihan yang berdiri di depannya itu sudah menendangnya.Cangkir teh Kil
Alexa terdiam sesaat di ujung telepon sana, lalu berujar lagi, "Pak Jihan, berdasarkan kondisi fisik Nyonya Wina, kecil sekali kemungkinan anak itu bisa selamat apabila Nyonya Wina menjalani induksi persalinan. Kami akan melakukan operasi caesar dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan janin, tapi ....""Nyonya Wina sudah menjalani beberapa operasi besar. Jantungnya hasil transplantasi, penglihatannya buruk, dia juga mengalami pre-eklampsia dan penggumpalan darah. Risiko kehamilannya ini tinggi sekali. Dalam situasi seperti ini, bayi prematur yang dilahirkan melalui operasi caesar juga kemungkinan besar nggak akan bisa bertahan hidup.""Berbahaya sekali mengoperasi wanita hamil dengan risiko tinggi seperti ini, nggak akan ada yang bisa memprediksi kondisi darurat seperti apa yang mungkin terjadi selama operasi. Mempertahankan si janin akan mengancam nyawa si ibu atau bahkan nyawa mereka berdua akan melayang ...."Alexa tidak berani berjanji, itu sebabnya dia memberikan dua o
Jihan yang biasanya bersikap dengan angkuh itu pun menundukkan kepalanya saat mendengar nada bicara Wina yang terdengar sangat hati-hati itu. "Kalau kayak gitu, kamu hanya punya 10% kemungkinan bertahan hidup. Kalau anak ini dikeluarkan sekarang, harapan hidupmu masih ada 30%."Jihan mengelus wajah Wina dengan tangannya yang satu lagi, dia menelusuri alis dan garis wajah Wina dengan saksama. "Wina, aku nggak mau kamu sampai pergi lagi, jadi jangan pikirkan anak itu, ya? Yang penting kamu tetap hidup dulu oke? Habis itu baru kita pikirkan lagi."Jawaban Jihan itu membuat Wina sontak merasa seperti terjatuh ke dalam gua es. Dia tidak menyangka peluangnya bertahan hidup hanya 10% atau 30%. Itu berarti ujung-ujungnya dia akan mati. Jika dia mati, begitu pula dengan janin yang ada di dalam kandungannya. Wina sontak merasa tertekan dan sedih.Dia sendiri tidak merasa takut dengan kematian, dia 'kan sudah pernah mengalami situasi seperti itu. Namun, Jihan .... Wina pun menatap wajah Jihan yan
Jihan pun menemui dokter kandungan terkemuka, lalu meminta bantuannya untuk mengevaluasi ulang kondisi fisik Wina, terutama untuk mengetahui apakah nyawa si ibu dan juga si anak bisa diselamatkan. Sayangnya, evaluasi ulang dokter itu sama seperti Alexa.Jihan pun mengirimkan hasil pemeriksaan kepada George dan juga kepala rumah sakit di Walston. Setelah menganalisis hasil itu, mereka berdua sepakat bahwa operasi caesar yang dilakukan dalam kondisi pre-eklampsia berisiko tinggi menyebabkan pendarahan hebat, gagal jantung atau pendarahan otak. Wina sudah menjalani operasi transplantasi jantung, jadi mereka juga kesulitan memperkirakan apakah Wina bisa bertahan hidup atau tidak.Kepala rumah sakit di Walston maupun George bukanlah spesialis kandungan, jadi mereka sama-sama mencari dokter spesialis yang terkemuka dan merekomendasikannya kepada Jihan. Setelah berdiskusi dengan Jihan, dokter spesialis itu berjanji akan mengusahakan yang terbaik dengan Alexa agar 30% kemungkinan hidup Wina bi
Jihan berdiri diam di depan pintu, hatinya ikut terasa pilu saat melihat Wina menangis dengan hebat. Dia juga terpaksa memilih salah satu di antara istri atau calon anaknya dengan getir.Namun, sebagai seorang pria, sudah sepantasnya dia menanggung semua ini. Dia hanya berharap mengambil keputusan ini akan membuat istrinya tetap selamat dan aman. Jika tidak, apalah arti hidup bagi Jihan.Wina memeluk pakaian berukuran kecil itu dan berbaring di kamar bayi perempuan itu hingga jatuh tertidur dengan air mata berlinang. Jihan duduk di samping Wina sambil menatap punggung istrinya. Jihan sama sekali tidak tidur malam itu.Wina tidak mengucapkan sepatah kata pun selama persiapan operasi caesar. Dia hanya bersandar di ranjang rumah sakit dengan satu tangan membelai perutnya dan satu tangan lain menggenggam pakaian bayinya. Wina terlihat seperti boneka yang tidak berjiwa.Hidup Wina terlihat damai, tetapi sebenarnya sangat rapuh. Jihan ikut merasa tertekan melihat istrinya yang seperti ini. D