Alexa sontak merasa takut saat melihat ekspresi yang begitu mengintimidasi dan mencekam dari Jihan yang beraura dingin dan bermartabat itu. Meskipun begitu, sebagai seorang dokter, tentu saja dia wajib menjelaskan alasannya dan memberi tahu Jihan risiko seperti apa yang mungkin terjadi."Seandainya Dokter Lilia masih hidup dan terus mengawasi kesehatan Nyonya Wina, kemungkinan besar pre-eklampsia ini nggak akan terjadi. Dengan begitu, seburuk apa pun kesehatan Nyonya Wina, dia pasti masih bisa selamat saat melahirkan. Masalahnya, sekarang dia mendadak menderita pre-eklampsia dan juga penggumpalan darah ....""Tentu saja ini adalah masalah yang umum ditemui di ibu hamil. Kedua penyakit ini sebenarnya dapat diobati agar pendarahan hebat nggak terjadi saat proses melahirkan. Sayangnya, kondisi fisik Nyonya Wina terlalu buruk. Ditambah dengan pre-eklampsia yang dia alami, dia bisa mengalami pendarahan hebat kapan saja dan mudah mengalami komplikasi.""Saat ini, kami berikan dua pilihan. Pi
Kebetulan sekali Killian baru saja pulang. Belum sempat dia duduk di atas sofa, dia sudah bisa melihat mobil Jihan masuk ke dalam vilanya melalui jendela yang terbentang dari langit-langit itu.Jihan menabrak pintu utama hingga rusak, para pelayan sontak melangkah mundur dengan takut. Jihan turun dari mobil dan bergegas menuju ruang tamu dengan sangat marah, dia bahkan tidak ambil pusing sedikit pun dengan apa yang telah dia lakukan."Killian! Kamu tahu nyawanya akan berada dalam bahaya apabila dia menjalani proses melahirkan, tapi kamu malah merahasiakannya dariku? Sekarang dia sama-sama terancam mati, entah melahirkan atau nggak! Kamu pernah mikir nggak apa aku ini bisa bertahan hidup atau nggak tanpa dia!"Walaupun Jihan sudah begitu marah dan memberondongnya dengan pertanyaan, Killian tetap mengambil cangkir tehnya yang ada di atas meja dengan tenang. Sayangnya, belum sempat pinggiran cangkir menyentuh bibirnya, Jihan yang berdiri di depannya itu sudah menendangnya.Cangkir teh Kil
Alexa terdiam sesaat di ujung telepon sana, lalu berujar lagi, "Pak Jihan, berdasarkan kondisi fisik Nyonya Wina, kecil sekali kemungkinan anak itu bisa selamat apabila Nyonya Wina menjalani induksi persalinan. Kami akan melakukan operasi caesar dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan janin, tapi ....""Nyonya Wina sudah menjalani beberapa operasi besar. Jantungnya hasil transplantasi, penglihatannya buruk, dia juga mengalami pre-eklampsia dan penggumpalan darah. Risiko kehamilannya ini tinggi sekali. Dalam situasi seperti ini, bayi prematur yang dilahirkan melalui operasi caesar juga kemungkinan besar nggak akan bisa bertahan hidup.""Berbahaya sekali mengoperasi wanita hamil dengan risiko tinggi seperti ini, nggak akan ada yang bisa memprediksi kondisi darurat seperti apa yang mungkin terjadi selama operasi. Mempertahankan si janin akan mengancam nyawa si ibu atau bahkan nyawa mereka berdua akan melayang ...."Alexa tidak berani berjanji, itu sebabnya dia memberikan dua o
Jihan yang biasanya bersikap dengan angkuh itu pun menundukkan kepalanya saat mendengar nada bicara Wina yang terdengar sangat hati-hati itu. "Kalau kayak gitu, kamu hanya punya 10% kemungkinan bertahan hidup. Kalau anak ini dikeluarkan sekarang, harapan hidupmu masih ada 30%."Jihan mengelus wajah Wina dengan tangannya yang satu lagi, dia menelusuri alis dan garis wajah Wina dengan saksama. "Wina, aku nggak mau kamu sampai pergi lagi, jadi jangan pikirkan anak itu, ya? Yang penting kamu tetap hidup dulu oke? Habis itu baru kita pikirkan lagi."Jawaban Jihan itu membuat Wina sontak merasa seperti terjatuh ke dalam gua es. Dia tidak menyangka peluangnya bertahan hidup hanya 10% atau 30%. Itu berarti ujung-ujungnya dia akan mati. Jika dia mati, begitu pula dengan janin yang ada di dalam kandungannya. Wina sontak merasa tertekan dan sedih.Dia sendiri tidak merasa takut dengan kematian, dia 'kan sudah pernah mengalami situasi seperti itu. Namun, Jihan .... Wina pun menatap wajah Jihan yan
Jihan pun menemui dokter kandungan terkemuka, lalu meminta bantuannya untuk mengevaluasi ulang kondisi fisik Wina, terutama untuk mengetahui apakah nyawa si ibu dan juga si anak bisa diselamatkan. Sayangnya, evaluasi ulang dokter itu sama seperti Alexa.Jihan pun mengirimkan hasil pemeriksaan kepada George dan juga kepala rumah sakit di Walston. Setelah menganalisis hasil itu, mereka berdua sepakat bahwa operasi caesar yang dilakukan dalam kondisi pre-eklampsia berisiko tinggi menyebabkan pendarahan hebat, gagal jantung atau pendarahan otak. Wina sudah menjalani operasi transplantasi jantung, jadi mereka juga kesulitan memperkirakan apakah Wina bisa bertahan hidup atau tidak.Kepala rumah sakit di Walston maupun George bukanlah spesialis kandungan, jadi mereka sama-sama mencari dokter spesialis yang terkemuka dan merekomendasikannya kepada Jihan. Setelah berdiskusi dengan Jihan, dokter spesialis itu berjanji akan mengusahakan yang terbaik dengan Alexa agar 30% kemungkinan hidup Wina bi
Jihan berdiri diam di depan pintu, hatinya ikut terasa pilu saat melihat Wina menangis dengan hebat. Dia juga terpaksa memilih salah satu di antara istri atau calon anaknya dengan getir.Namun, sebagai seorang pria, sudah sepantasnya dia menanggung semua ini. Dia hanya berharap mengambil keputusan ini akan membuat istrinya tetap selamat dan aman. Jika tidak, apalah arti hidup bagi Jihan.Wina memeluk pakaian berukuran kecil itu dan berbaring di kamar bayi perempuan itu hingga jatuh tertidur dengan air mata berlinang. Jihan duduk di samping Wina sambil menatap punggung istrinya. Jihan sama sekali tidak tidur malam itu.Wina tidak mengucapkan sepatah kata pun selama persiapan operasi caesar. Dia hanya bersandar di ranjang rumah sakit dengan satu tangan membelai perutnya dan satu tangan lain menggenggam pakaian bayinya. Wina terlihat seperti boneka yang tidak berjiwa.Hidup Wina terlihat damai, tetapi sebenarnya sangat rapuh. Jihan ikut merasa tertekan melihat istrinya yang seperti ini. D
Di dalam ruang operasi, ada dua orang perawat yang sedang menyiapkan peralatan bedah. Begitu menoleh, Wina sudah tidak terlihat lagi. Mereka sontak ketakutan, salah satu dari mereka bergegas mengejar sementara yang lain menelepon Alexa.Alexa sontak tertegun, lalu langsung mengetuk pintu ruang ganti. "Gawat, Pak Jihan. Nyonya Wina tiba-tiba kabur ruang operasi ...."Jihan yang baru saja berganti pakaian steril langsung tercekat, dia bergegas membuka pintu ruang ganti dan berlari mencari Wina dengan secepat kilat.Wina yang dikejar oleh seorang perawat itu pun berlari sambil tersandung, dia juga sesekali menoleh ke belakang untuk melihat posisi si perawat. Wina yang tidak memperhatikan jalan itu pun menubruk seseorang ....Pria yang ditubruk itu refleks menopang tubuh Wina yang berdiri terhuyung-huyung, lalu menurunkan pandangannya yang terkesan dingin itu dan menatap Wina yang menoleh dengan bingung. "Ngapain kamu lari-lari begini?"Ternyata orang yang Wina tubruk adalah Jodie. Wina se
Jihan sudah melepas pakaian bedahnya dan sekarang mengenakan jas hitam. Dia tampak seperti pembawa pesan dari alam baka. Aura yang menguar dari tubuhnya begitu dingin, ekspresinya juga sangat datar. Amarah yang berusaha Jihan tahan terlihat dengan begitu jelas.Jihan berjalan ke kursi di samping pengemudi, lalu menatap wanita yang duduk di dalam sana dari balik kaca film jendela mobil. "Mau keluar sendiri atau kugendong keluar setelah kuhancurkan mobil ini?"Wina perlahan menurunkan pandangannya setelah melihat sosok Jihan yang diliputi amarah, lalu membuka pintu mobil.Belum sempat dia turun, jemari Jihan yang dingin sudah menggenggam pergelangan tangan Wina. Seandainya saat ini Wina tidak hamil, Jihan pasti sudah menarik Wina keluar dengan paksa.Jihan membantu Wina turun dari mobil Jodie, lalu mengalihkan pandangannya yang dingin dan mengintimidasi itu kepada Jodie.Begitu mata mereka berdua bertemu, Jodie bisa melihat sekelebat hasrat membunuh terpancar dalam sorot tatapan Jihan. D