Jihan sudah melepas pakaian bedahnya dan sekarang mengenakan jas hitam. Dia tampak seperti pembawa pesan dari alam baka. Aura yang menguar dari tubuhnya begitu dingin, ekspresinya juga sangat datar. Amarah yang berusaha Jihan tahan terlihat dengan begitu jelas.Jihan berjalan ke kursi di samping pengemudi, lalu menatap wanita yang duduk di dalam sana dari balik kaca film jendela mobil. "Mau keluar sendiri atau kugendong keluar setelah kuhancurkan mobil ini?"Wina perlahan menurunkan pandangannya setelah melihat sosok Jihan yang diliputi amarah, lalu membuka pintu mobil.Belum sempat dia turun, jemari Jihan yang dingin sudah menggenggam pergelangan tangan Wina. Seandainya saat ini Wina tidak hamil, Jihan pasti sudah menarik Wina keluar dengan paksa.Jihan membantu Wina turun dari mobil Jodie, lalu mengalihkan pandangannya yang dingin dan mengintimidasi itu kepada Jodie.Begitu mata mereka berdua bertemu, Jodie bisa melihat sekelebat hasrat membunuh terpancar dalam sorot tatapan Jihan. D
Jihan tidak kuasa menahan emosinya, dia membenamkan wajahnya ke leher Wina. Jihan pun memeluk istrinya dengan erat seolah-olah mereka sedang saling mengucapkan salam perpisahan.Jihan hanya memeluk Wina dalam diam. Tepat pada saat itu, hujan pun turun. Tetesan airnya mengenai kaca jendela mobil Jihan setelah beberapa saat.Jihan sudah seminggu tidak tidur nyenyak, dia menatap hujan yang turun dengan mata yang memerah. Dia mengatupkan bibirnya dengan lemah. Rasa putus asa yang mencekam hatinya sama seperti hujan yang turun dengan deras dan menghalangi jalan di depan sehingga orang yang berjalan di bawahnya tidak tahu harus ke mana ....Mereka berdua sudah sepakat memilih kemungkinan 10% demi menyelamatkan anak mereka. Namun, sore itu ketika Jihan sedang mengemudikan mobilnya kembali ke Bundaran Blue Bay, tiba-tiba Wina mulai mengalami pendarahan ....Awalnya tidak begitu hebat. Wina baru menyadari pendarahannya sudah cukup parah saat dia merasa pusing dan tidak bisa melihat lampu lalu l
"Lalu ... karena si ibu mengalami pendarahan hebat saat sayatan pertama dibuat, jadi dokter berusaha menyelamatkan si ibu sehingga janin terlalu lama berada di dalam perut. Saat dikeluarkan, bayi itu sudah nggak bernapas lagi ...."Begitu mendengar setiap patah kata si dokter, Jihan yang sedang menyandarkan sikunya di atas lutut dan sedikit menekuk tubuh bagian atasnya ke depan pun bereaksi. Hasrat membunuh mendadak berkelebat dalam pandangannya.Jihan pun bangkit berdiri dengan marah, lalu melangkah maju dan mencengkeram leher dokter itu. Dia mengangkat tubuh dokter itu dari atas lantai dan menekannya dengan kuat ke pintu ruang operasi."Apa katamu!"Dokter pria itu sontak ketakutan dengan reaksi Jihan, tubuhnya yang tergantung di tengah udara tidak bisa berhenti gemetar. Namun, dia menahan rasa takut akibat intimidasi Jihan dan mengulangi ucapannya lagi ...."Si ... si ibu mengalami pendarahan hebat yang sulit dihentikan saat proses melahirkan. Napasnya sudah berhenti dan detak jantu
Jihan menoleh dan melihat Jared bergegas berjalan menghampiri sambil membawa tas peralatannya. Jihan bergegas mendekati Jared, lalu mencengkeram pergelangan tangan dokter itu dan menyeretnya ke ruang operasi ....Begitu melihat kondisi Wina, Jared menyadari bahwa Wina belum mati otak. Dia segera mengambil penjepit untuk menghentikan pendarahan ...."Semuanya, keluar!""Suster, bersihkan ruang operasi!""Dokter yang di sana, cepat ke sini dan bantu aku!"Sambil menghentikan pendarahan Wina, Jared pun memerintahkan Keiran yang hampir mati dicekik Jihan."Setelah aku menghentikan pendarahannya, terus lakukan kejut jantung hingga detak jantung si ibu kembali normal!""Baik!"Ruang operasi itu kembali menjadi ricuh karena kedatangan Jared. Mereka semua berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Wina yang baru saja masuk ke gerbang alam baka ....Jihan dan juga Sara yang datang terlambat tetap ingin di dalam ruang operasi menemani Wina, tetapi Jefri menyeret mereka keluar ....Mereka pun men
"Dobrak pintunya!"James mengangkat dan melambaikan tangannya kepada orang-orang berbaju hitam yang mengikutinya. Mereka segera mengangkat alat pemotong masing-masing dan bekerja bergiliran untuk mendobrak pintu ruang operasi."Para dokter, cepat selamatkan cucuku! Kalau sampai cucuku mati, kalian semua akan ikut mati bersamanya!""Baik!"Begitu diperintahkan oleh James, para dokter pun bergegas memasuki ruang operasi. Keiran yang sudah kelelahan sontak menghela napas lega saat melihat bala bantuan. Dia pun membantu menyerahkan pisau bedah kepada dokter lainnya.Jared yang masih berusaha menyelamatkan si janin juga berhenti merasa bersalah dan fokus pada pekerjaannya.Hanya Killian saja yang menatap ke arah James yang berdiri di luar pintu sana dengan tongkat berjalannya itu, tatapannya penuh dengan rasa tidak percaya.James bilang apa barusan?Wina adalah cucunya?Ternyata Wina adalah cucu James?Ternyata Wina berasal dari keluarga yang begitu hebat? Keluarga Ivoron 'kan penguasa Kame
Jihan pun menatap Wina yang terbaring di meja operasi dengan nanar. Dia meminta Wina untuk ingat pulang dan Wina menurut kepadanya. Wina bekerja sama dengan para dokter dan kembali dari alam baka ....'Terima kasih, Wina, terima kasih. Kamu memang kuat banget. Jangan lupa pulang,' batin Jihan. Ini pertama kalinya Jihan merasa begitu takut dan bersyukur. Untung saja Wina yang gigih berhasil selamat.Tangan Jihan yang tergeletak di atas lantai pun ternoda dengan darah yang mengalir membasahi lantai. Rasa takut kembali menguasai tubuh Jihan, membuatnya tidak bisa berdiri ....Tepat pada saat itu, terdengarlah suara tangisan bayi dari ruang operasi. Jihan refleks menengadah menatap bayi yang Jared gendong. Ukuran bayi itu hanya sedikit lebih besar dari telapak tangan orang dewasa, tetapi dia sama gigihnya dengan ibunya dan berhasil kembali dari kematian ....Suara tangisan bayi dan bunyi detak jantung dari layar monitor membuat Jihan untuk pertama kalinya merasakan betapa hebatnya hidup in
Jared mengiakan, lalu berdiri di samping menunggu perintah dari si dokter tua. Tidak lama kemudian, berbagai macam komplikasi pun terjadi seperti yang dokter tua itu perkirakan.Dokter tua itu menyerahkan pisau bedah kepada Jared, lalu meminta Alexa dan Keiran untuk menangani komplikasi masing-masing. Dia sendiri fokus menyelesaikan gagal jantung Wina.Dokter tua itu sudah menyelamatkan banyak pasien dari cengkeraman kematian, tetapi pasiennya kali ini adalah yang paling sulit. Dia bahkan merasa tidak berdaya menghadapi begitu banyak komplikasi.Sementara dia terus berusaha menyelamatkan Wina, dia meminta perawat untuk keluar dan memberitahukan kondisi Wina yang kritis kepada pihak keluarga. Dia bahkan tidak bisa menjamin Wina bisa selamat dari komplikasi yang terjadi secara bersamaan ini!Jihan yang berada di luar ruang operasi kembali merasa putus asa melihat surat keterangan kritis yang diserahkan oleh dokter. Dia hanya bisa diam mematung seperti mayat berjalan."Pak Jihan, tolong t
Jihan pun meraih tangan Wina yang dingin dan berlumuran darah itu dengan gemetar, lalu meletakkannya di wajahnya. Wajah Jihan yang pucat langsung ternoda merah.Jihan menurunkan pandangannya dan memandangi sekujur tubuh Wina yang berlumuran darah. Wina pasti sangat kesakitan dengan begitu banyak luka, darah dan selang yang dipasang, bukan?Untuk pertama kalinya, Jihan menyadari bahwa di saat dia sedang merasa kasihan pada orang lain, hatinya terasa begitu sakit dan menderita. Jihan bahkan seolah bisa merasakan rasa sakit yang sama seperti yang Wina rasakan.Seandainya bisa, Jihan ingin memindahkan semua penderitaan Wina ini kepadanya. Dia rela menanggung semua karmanya. Dia bersedia melakukan apa saja, bahkan mati, asalkan Wina-nya tidak perlu menderita.Jihan menundukkan wajahnya yang terlihat lelah dan putus asa sambil terus memegang tangan Wina dan membenamkan dirinya di meja operasi. Tubuhnya yang tinggi tegap itu membungkuk seperti orang beriman yang sedang berlutut dan berdoa mem