Seolah bisa membaca isi kepala James, Jihan pun menatap orang-orang di belakangnya dengan tajam dan serius.Anggota Organisasi Shallon selalu bersikap kooperatif. Begitu melihat tatapan pemimpin mereka, biasanya mereka langsung paham.Langkah Vian dan Valeria pun melambat, sementara yang lainnya juga berhenti berjalan.Jadi, sekalipun James mengancam Wina, dia tetap berada di ujung tanduk dan tidak akan bisa melakukan apa-apa.Vian dan yang lainnya memutuskan untuk mengalah dulu. Namun, begitu Jihan masuk, mereka langsung menghancurkan kamera pengawas dan kembali mengikuti Jihan.Mereka punya banyak cara untuk membereskan James, jadi tidak masalah juga sekalipun Jihan harus masuk sendirian terlebih dahulu.Pokoknya, Organisasi Shallon, Vian, Valeria, Daris, Jodie dan semuanya akan mendukung Jihan.Jihan tetap tenang. Setelah memasukkan kata sandi, dinding persegi berwarna putih itu langsung terbuka secara otomatis dari sisi kiri dan kanan.Begitu Jihan melangkah masuk, pintu otomatis i
James sontak tercekik saat mendengar nama "Michael Elfitra". Rasanya seperti ada batu yang menimbulkan gelombang tsunami dan menghantam hati James."Rustadi balas dendam ke Ishara karena aku membunuh Michael?"James benar-benar tidak percaya. Dialah yang membunuh Michael, jadi wajar saja jika Keluarga Elfitra ingin balas dendam. Masalahnya, sedari awal dia juga sudah menyelidiki Keluarga Elfitra, tetapi sama sekali tidak ada petunjuk yang mengarah pada Rustadi.Rustadi juga selalu merendah di hadapan Keluarga Ivoron, apalagi di hadapan ayahnya. Walaupun putranya sudah tiada, Rustadi bahkan tidak berani menanyai James.Pria pengecut seperti ini ternyata berani mendirikan organisasi ilegal? Bahkan menghapus semua informasi di belakangnya, lalu membunuh Ishara dengan cara yang begitu kejam?"Ada yang aneh."James masih terlihat ragu."Karena Rustadi tahu aku yang membunuhnya, kenapa dia nggak langsung balas dendam padaku?""Rustadi nggak bisa balas dendam langsung padamu karena dia punya
Jihan mengangguk kecil.Rustadi hanyalah seorang preman jalanan dengan pendidikan rendah. Mana mungkin preman sepertinya bisa bersaing dengan James yang kuat?Bahkan jika Rustadi menyatukan banyak preman untuk membentuk Pimedus, akan membutuhkan waktu lama untuk membentuk kekuatan yang cukup untuk membunuhnya."Sayang, Rustadi dibunuh oleh orang kedua di Pimedus sebelum dia bisa membalas dendam."James memahaminya, tetapi dia tidak menyangka dirinya selama ini hidup dalam rencana Rustadi.Rustadi sudah dari awal membunuh Petra, jadi James tidak akan mencurigai orang mati yang tidak dikenalnya.Kemudian semua bukti pemerkosaan masal Ishara terus menerus diarahkan ke musuhnya, Keluarga Nebena.Kemudian, Rustadi memanfaatkan waktunya untuk menyelidiki ke mana-mana, mencoba memperluas organisasi Pimedus dan kemudian menggunakan kekuatan organisasi tersebut untuk membalas dendam padanya.Rencana yang sempurna, sayangnya Rustadi tidak berumur panjang dan disingkirkan oleh saudara-saudaranya.
James tiba-tiba meninggikan suaranya, dipenuhi dengan kebencian yang tak berujung seolah dia ingin segera menghancurkan Jovan.Jihan melirik acuh tak acuh dan melaporkan lokasi Jovan dengan tenang."Walston, Britton."Kedua tempat ini sering dikunjungi oleh Jovan. Adapun apakah dia telah mengubah lokasinya sekarang, itu tidak ada hubungannya dengan Jihan.Setelah Jihan memberitahunya, dia menghilangkan tatapan tajam dan arogannya dari James dan menatap Wina melalui kaca antipeluru."Lepaskan dia."James yang sudah mendapatkan posisi musuh, mengikuti arah pandang Jihan dan melirik ke arah Wina.Aura membunuh yang memenuhi pupil matanya perlahan memudar saat melihat wajah Wina yang begitu familier di matanya.Dia menggunakan Wina untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya, meski tampaknya dia sudah mencapai tujuannya, nyatanya dia gagal total.James melirik ke bawah dan menatap konsol. Asal dia menekan tombol pintu, pasangan itu bisa pergi dari sini.Dia sebenarnya ingin Wina tinggal
Tangan Jihan bergerak dengan sangat cepat, dia menembakkan pistolnya satu kali dan langsung membunuh si pria berbaju hitam.Saat Jihan hendak membidik yang lain, titik-titik merah pun langsung menutupi tubuh Wina.Pada saat yang bersamaan, pria itu menempelkan mulut pistolnya di kepala Wina."Tuan Jihan."Tiga orang anggota pun perlahan berjalan keluar dari dalam bilik ruang permainan gelap dengan membawa senapan."Kami akan melepaskan istrimu asalkan kamu menyanggupi syarat dari 2-5. Kalau nggak ...."Begitu salah satu anggota selesai berbicara, si pria berbaju hitam langsung menekankan mulut pistolnya di kepala Wina dengan keras."Jangan sakiti dia!"Pria berbaju hitam itu hanya bermaksud mengancam, tetapi Jihan sudah ketakutan dan panik.Terlihat jelas posisi Wina lebih tinggi daripada nyawanya sendiri bagi Jihan.Itu sebabnya Jihan langsung gelisah sekalipun Wina hanya terluka sedikit."Urusanmu denganku, jangan sentuh dia."Jihan tidak jadi berani menembak 2-5 sekarang, sorot tata
Sekujur tubuh Wina terasa gemetar dalam pelukan Jihan, tetapi perlahan-lahan kembali tenang setelah mencium aroma tubuh Jihan yang familiar.Dia perlahan menengadah menatap Jihan dengan garis rahang yang tegas, sementara Jihan juga menunduk menatapnya.Sosok mereka saling terpantul di bola mata masing-masing. Yang satu terlihat pucat, sementara yang satu lagi terlihat mantap. Mereka berdua sama sekali tidak memalingkan wajah."Yuk kuantar pulang, Wina."Jihan menggendong Wina seperti tuan putri tanpa mengacuhkan luka tembak di bahunya.Tenaga yang mendadak Jihan kerahkan itu membuat darah yang mengalir di bahunya menetes ke wajah Wina. Wina sontak memekik dengan kaget."Turunkan aku!"Bisa-bisanya Jihan masih menggendongnya di saat dia sedang terluka? Apa Jihan cari mati?Wina pun meronta berusaha turun, dia takut Jihan akan kesakitan.Jihan menunduk dan mencium kening Wina."Ayo, nurut, jangan gerak-gerak."Mata Wina sontak menjadi berkaca-kaca lagi mendengar perintah Jihan yang famil
Tidak ada yang ambil pusing dengan Jodie. Mereka semua sibuk memperhatikan bahu Jihan yang berdarah ...."Tuan, tolong turunkan Nyonya dulu. Kami obati dulu luka Tuan."Alta mengulurkan tangannya hendak gantian menggendong Wina, tetapi Jihan mundur selangkah sambil memeluk Wina.Tindakan Jihan mengungkapkan satu makna dengan jelas. Jangan berani-beraninya menyentuh istrinya."Pimpin jalan."Jihan mengedikkan dagunya yang runcing dan tajam sebagai isyarat bagi Alta untuk memimpin jalan.Alta pun tersadar dari kebingungannya, lalu menarik kembali tangannya dan mengubah posisinya menjadi gestur mempersilakan."Silakan lewat sini, Tuan."Jihan memeluk Wina erat-erat sambil bergegas mengikuti Alta keluar dari area eksperimen Medan Hitam.Sekembalinya ke permukaan, Jihan memasukkan Wina ke dalam helikopter, lalu berbalik menghadap para anggota Organisasi Shallon."Balas dendam kita sudah selesai. Kalian nggak perlu lagi mengikutiku, jadi silakan habis ini kalian pergi ke mana pun yang kalian
Setelah semua orang pergi, yang tetap di sana hanya tinggal Vian, Valeria serta dua helikopter. Pegunungan ditutupi asap yang muncul akibat ledakan bom."Kamu juga pergilah."Valeria hanya berdiri terdiam saat mendengar ucapan Vian. Lama sekali dia baru bisa angkat bicara."Kak, Kakak bilang aku harus menikah dengan orang lain kalau Kakak nggak bisa kembali dari Medan Hitam dengan selamat. Sekarang 'kan Kakak berhasil keluar, apa Kakak masih berpikiran begitu?"Valeria yang dulu tidak pernah berani mengutarakan perasaannya secara langsung.Namun, sekarang Valeria tidak begitu peduli. Dia menyatakan rasa cintanya kepada Vian secara terang-terangan.Vian juga tidak menghindar dan menghela napas tak berdaya."Aku ini keturunan Rustadi. James pasti nggak akan mengampuniku kalau sampai tahu."Jovan itu orang yang tidak manusiawi, jadi Jovan pasti akan membocorkan siapa Vian sebenarnya jika James mendatanginya.Dengan begitu, James akan mengubah targetnya menjadi Vian. Valeria pasti ikut ter