Sara tidak percaya dia hamil, jadi dia memeriksa ulang ke dokter kandungan. Hasilnya tetap sama.Sara duduk di ranjang rumah sakit sambil berulang kali membaca hasil pemeriksaannya. Dia akhirnya perlahan-lahan bisa menerima kenyataan bahwa dia positif hamil ....Sara memang tidak mengambil tindakan pencegahan apa pun malam itu. Setelah bangun keesokan harinya, dia menemui Wina lagi, lalu setelah itu diajak bertemu oleh Sisilia.Setelah melihat apa yang Jefri dan Yolanda lakukan, Sara menjadi sangat marah. Dia memutuskan untuk pergi menemui Ivan di Negara Marota malam itu juga ....Yah, wajar saja Sara hamil. Dia tidak meminum pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam.Masalahnya, anak ini hadir di saat yang tidak tepat ....Ivan yang duduk di samping ranjang rumah sakit itu sedikit mengernyit memperhatikan ekspresi Sara yang murung dan cemas."Kak Sara, itu anak Jefri, 'kan?"Sara merasa agak kikuk karena Ivan langsung tahu, tetapi dia tidak menyangkalnya dan balas mengangguk."Terus,
Sara bergegas kembali ke Kota Aster. Namun, di bandara, dia melihat Jefri sedang menyerahkan serangkai bunga kepada seorang wanita yang terlihat menawan dan memesona ....Langkahnya perlahan terhenti. Orang-orang yang berlalu-lalang di bandara berangsur-angsur menghilang dari pandangan Sara. Rasanya dia hanya bisa melihat mereka bertiga.Sara melihat wanita itu menerima buket bunga, lalu tiba-tiba berjinjit dan mengecup pipi Jefri. Wanita itu menutup mulutnya, lalu bergegas berlari pergi.Sementara itu, Jefri hanya tertegun sesaat sebelum akhirnya berbalik badan dan bergegas berjalan pergi.Setelah kedua sosok itu menghilang dari pandangannya, Sara merasa hanya ada kegelapan yang tersisa ....Ternyata meskipun Yolanda sudah tidak ada lagi, tetap saja ada wanita lain di sekitar Jefri ....Yang menghalangi Jefri dan Sara bukanlah Yolanda, melainkan rasa aman yang tidak bisa Jefri berikan pada Sara dan terhalangnya rasa percaya yang sebenarnya ingin Sara berikan kepada Jefri.Sara ingin a
Tidak lama kemudian, ruangan itu hanya tinggal Jefri yang memancarkan aura dingin dan Sara yang terbaring di atas meja operasi."Kenapa?"Jefri berdiri di samping Sara sambil bertanya dengan singkat, dia tidak banyak bicara lainnya.Sara melirik Bibi Nelsa yang berdiri di luar ruang operasi dan mengernyit, lalu berbalik menatap Jefri yang terlihat marah."Nggak kenapa-kenapa ...."Sara tahu operasinya pasti gagal karena sekarang Jefri sudah ada di sini, jadi dia bangkit berdiri dan turun dari meja operasi. Namun, Jefri mencengkeram pergelangan tangan Sara.Cengkeraman Jefri kuat sekali sampai-sampai kuku Jefri menekan kulit Sara. Wajah Sara menjadi pucat menahan rasa sakit, tetapi dia hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat tanpa bersuara ....Sara yang tidak mau memandangnya ataupun berbicara dengannya membuat amarah Jefri tersulut ...."Sara, ini jawabanmu buatku?"Sara setuju untuk memberikan Jefri jawaban setelah kembali ke Alvinna, tetapi jawaban Sara ternyata diam-diam menggugurka
"Percayalah, aku sudah benar-benar putus dengan wanita manapun, baik itu Yolanda, Yeni, Nara, atau wanita lain. Kejadian seperti ini nggak mungkin terulang lagi."Bahkan seandainya nanti ada wanita lain mengejarnya, Jefri akan menjaga jarak sejauh-jauhnya. Dia tidak akan pernah memberikan kesempatan kepada para wanita itu. Jika perlu, Jefri juga rela memakai topeng setiap kali keluar rumah.Sara menyadari betapa tulusnya penjelasan dan janji Jefri, tetapi dia tetap menggeleng."Tapi ... aku nggak percaya padamu."Karena setiap kali Sara membangun rasa percaya untuk Jefri, semua itu runtuh oleh ulah para wanita di sekitar Jefri.Jefri memang sudah berjanji, tetapi Sara tidak merasa aman.Sulit bagi Sara untuk memercayai Jefri. Sara tidak ingin percaya, tetapi berujung pada kecewa dan sakit hati lagi.Jefri sontak tertegun. Lama sekali dia hanya menatap Sara sebelum akhirnya berujar dengan dingin."Jadi, kamu masih ingin menggugurkan anakku?"Sara hanya menunduk dan tidak menjawab. Namun
Sara tertegun menatap Jefri dengan tidak percaya."Kamu memaksaku.""Ya."Jefri merentangkan telapak tangannya dengan tidak peduli."Aku memang maksa, lalu kenapa?"Sara hanya terdiam melihat sikap Jefri yang sudah seperti pria bajingan ini.Dia berjalan melewati pria yang tidak masuk akal itu dan hendak pergi, tetapi Jefri menariknya kembali."Kalau kamu nggak mau aku mengubrak-abrik kamarmu, serahkan saja kartu keluargamu."Sara pun mengernyit."Aku nggak punya kartu keluarga, aku ini yatim piatu.""Nggak usah bohong, aku pernah melihatnya di rumahmu."Setelah dewasa, Sara memang sudah mendaftarkan kependudukannya dan punya kartu keluarga mandiri. Sara makin bingung setelah mendengar ucapan Jefri."Sekalipun aku memberikan kartu keluargaku kepadamu dan pergi ke Catatan Sipil, mereka nggak akan memberikan akta nikah itu tanpa persetujuanku.""Jadi ...."Jefri meremas bahu Sara sambil membungkuk menatap Sara."Anggap saja aku lagi memohon padamu."Ucapan ini membuat hati Sara seketika
Itulah jawaban yang Sara inginkan. Sara memantapkan hati, lalu berbalik dan berjalan ke meja. Dia membuka laci, lalu menyerahkan kartu keluarganya kepada Jefri."Aku percaya padamu lagi. Tapi, kalau pada akhirnya aku tetap kecewa, aku akan langsung angkat kaki sesuai dengan kontrak yang kita sepakati."Jefri menunduk menatap kartu keluarga itu, lalu beralih ke Sara yang tampak tegas.Jefri menggenggam tangan Sara tanpa mengatakan apa-apa, lalu langsung memasuki Catatan Sipil sambil membawa kartu keluarga Sara.Begitu mobil berhenti di depan pintu, Jefri tidak langsung membuka pintu mobil. Dia malah duduk diam dan menatap ke depan."Kenapa? Menyesal?"Sara pikir Jefri menyesali keputusannya yang terlalu impulsif dan mendadak merasa sudah salah memercayai Jefri lagi. Akan tetapi, Jefri ternyata mendadak menoleh dan menatap Sara dengan sangat serius."Mulai sekarang, akan kubuat kamu percaya padaku."Sara salah paham dengan Jefri karena Jefri sendiri yang tidak bisa membuat batasan dengan
Jefri menyuruh kepala pelayannya untuk mengosongkan ruang ganti di sebelah kamar tidur utama. Ruangan itu untuk Sara. Kemudian, Jefri melihat Sara yang berdiri di ruang tamu dengan agak kikuk.Jefri sontak terpikir Sara sedang mengingat saat Jefri menolak Sara tinggal di sini pada malam sebelumnya. Jefri pun bergegas menuruni tangga dan berjalan menghampiri Sara, lalu menggenggam tangan wanita itu."Mulai sekarang ini akan menjadi rumahmu. Kamu dapat mengaturnya sesuai keinginanmu."Setelah itu, Jefri pun menunduk menatap perut Sara."Ini sudah larut, kamu istirahat saja."Ibu hamil tidak boleh tidur larut malam karena itu tidak baik bagi kesehatan calon bayi.Sara tahu Jefri sedang memperhatikannya, jadi dia balas mengangguk kecil.Namun, setelah mandi, bukankah itu berarti Sara akan tidur satu kamar dengan Jefri?Sara bukannya belum pernah tidur bersama Jefri, tetapi sekarang dia merasa kikuk dan tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan Jefri.Sara pun berjalan keluar dari kamar
Jefri menatap Sara yang tertidur, lalu memeluk istrinya itu dari belakang.Jefri tahu betapa payahnya dia, kata-kata yang dia ucapkan itu juga seperti tong kosong nyaring bunyinya. Bukan hanya Jefri tidak pernah melakukannya sekali pun, dia juga akan segera menyesalinya.Namun, hanya Jefri yang tahu soal ini. Begitu memeluk Sara, semua amarah, rasa panik dan cemas yang memenuhi benak Jefri langsung reda.Jefri tahu karena rasa cintanya untuk Sara lebih besar, jadi dia ditakdirkan untuk lebih menderita daripada Sara.Namun, sebagai seorang laki-laki, penderitaan itu bukanlah masalah besar. Bagi Jefri, dia sudah merasa cukup asalkan bisa memeluk Sara seperti ini selamanya ....Jefri memeluk Sara dengan erat dan tidur dengan sangat nyenyak. Bahkan dia memimpikan menjalani hidup bertiga bersama keluarganya dengan bahagia.Akan tetapi, pelukan Jefri justru membuat Sara terbangun. Jefri memiliki gaya tidur yang tidak begitu bagus. Tangan dan kaki Jefri mengimpit Sara seperti ular besar.Sara