Sementara itu di sisi Jefri. Setelah kembali ke rumah, dia benar-benar menghancurkan rumah lamanya.Segala sesuatu di dalamnya hancur, barang antik yang berumur ratusan tahun juga ditendang olehnya. Seperti seorang preman, tidak ada yang bisa menghentikan Jefri. Dia menggila dan semua barang hancur di mana-mana.Saat melihat reaksi keras putranya, Sisilia naik pitam sambil berkata, "Jefri, apa kamu masih punya hati nurani untuk memperlakukan orang tuamu seperti ini demi seorang wanita!"Jefri mengangkat tongkat baseball, dia kembali menghancurkan barang sambil menjawab dengan nada dingin, "Kalian tahu kalau aku ingin menikahi Sara, tapi kalian masih bersikeras untuk terlibat. Di mana hati nurani kalian?"Melihat semua barang di rak antik telah disapu ke lantai oleh Jefri, Jaden yang sangat marah sudah tidak tahan lagi. Dia bergegas ke depan sambil berseru, "Jefri, apa yang kamu lakukan!"Jefri sedang memegang batu akik putih di tangannya. Dia mengabaikan adangan dari Jaden, lalu mengan
Menghadapi anak laki-laki yang suka membuat onar seperti itu, Jaden pun mulai menyalahkan Sisilia. "Sudah kukatakan padamu, biarkan saja dia menikah. Kamu malah memaksanya untuk berpisah. Sekarang lihat akibatnya. Di usia setua ini, aku masih harus menyiapkan air cuci kaki untuknya!"Sisilia yang juga sedang mencoba memasak di dapur, memutar matanya ke arah Jaden dengan dingin, "Kamu hanya pandai berdamai saja.""Bukan aku yang berusaha mendamaikan. Tapi, masing-masing anak dan cucu punya keberuntungannya sendiri-sendiri. Biarkan mereka mengurus urusan mereka sendiri. Kalau kita terlalu banyak campur tangan, pada akhirnya bagaimana kalau Jefri tetap membujang?""Dia sangat hebat. Banyak wanita yang ingin menikah dengannya. Mana mungkin dia jadi lajang?""Sangat hebat?"Jaden melihat ke arah Jefri yang duduk di ruang tamu dengan sikap sombong. Sebagai ayahnya, Jaden sama sekali tidak merasa jika anaknya itu hebat."Sayang."Jaden mengalihkan pandangannya. Dia mengulurkan tangan dan mena
Setelah Aulia pergi, Jihan meletakkan pena yang digunakannya untuk menandatangani dokumen. Dia berdiri dengan elegan, mengambil jaketnya, dan memerintahkan sopir untuk mengemudikan mobil. Tak lama kemudian, Jihan pun sampai di rumah Jaden.Begitu sosok tinggi dan tegap itu melangkah ke ruang tamu, sebuah piring langsung terbang ke arahnya. Jihan pun buru-buru menghindarinya.Piring itu terbang melewati Jihan dan menghantam dinding di belakangnya dengan suara keras, lalu seketika hancur berkeping-keping.Melihat pecahan piring di lantai dan ruang tamu yang berantakan, Jihan pun sedikit mengangkat alisnya yang tebal itu.Jihan jarang berkunjung ke rumah Jaden. Namun, dalam ingatannya, rumah Jaden selalu bersih dan rapi.Akan tetapi, saat ini, sejauh mata memandang, tidak ada yang bersih dan rapi. Keadaannya jelas sama persis dengan rumah anjing yang dibangun Gisel di halaman belakang.Sisilia dan Jaden, yang masih berdebat dengan Jefri, melihat Jihan datang. Mereka pun langsung menyingki
Walaupun Sisilia merasa sangat malu, dia tetap berkata dengan nada kasar, "Sekalipun dia itu kakakmu, dia tetap calon menantu Bibi! Itu berarti dia tetap membutuhkan restu dari Bibi! Masa Bibi sebagai calon ibu mertuanya nggak berhak mengobrol dengannya?"Jihan hanya menatap Sisilia sebentar dalam diam, lalu menyahut dengan dingin, "Memangnya kata siapa Nona Sara mau menjadi menantu Bibi?""Kalau memang dia nggak berniat jadi menantu Bibi, kenapa juga dia terus menjalin hubungan dengan putra Bibi selama lima tahun ini?" bantah Sisilia.Jihan duduk bersandar di sofa, ekspresinya terlihat agak bosan. Dia mengatupkan bibirnya dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Kayaknya Bibi Sisilia nggak begitu mengenal putra Bibi."Jika Sisilia saja tidak memahami Jefri, lantas siapa yang bisa?Tentu saja Sisilia tidak sependapat dengan Jihan. "Bibi mengandung Jefri selama 10 bulan! Bibi-lah yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang! Nggak mungkin ada yang lebih memahami dia daripada Bibi, ibu kand
Ucapan Jihan akhirnya mulai membuka jalan pikiran Sisilia. Dia menatap Jihan dengan ragu, lalu bertanya, "Maksudmu ... Jefri bisa berubah dan menjadi seperti sekarang karena jatuh cinta pada Sara?""Bibi Sisilia, Jefri baru menyadari bahwa dia jatuh cinta dengan Nona Sara setelah berulang kali gagal mendapatkan Nona Sara. Itu sebabnya dia berubah demi Nona Sara. Kalau nggak, dia nggak akan menjadi seperti sekarang," jawab Jihan dengan tenang.Sebenarnya, Sisilia juga menyadari betapa bertanggung jawabnya Jefri dengan pekerjaannya di rumah sekalipun putranya itu jadi berselisih dengan orang rumah. Mana mungkin Jefri yang dulu akan bersikap seperti ini?Akan tetapi, Sisilia tidak berkomentar apa-apa karena merasa kesal. Bagaimanapun juga, dia berulang kali mengajari putranya untuk bekerja keras dan berhenti bermain-main, tetapi Jefri tidak pernah mau menurut. Sekarang, begitu Sara turun tangan, Jefri langsung berubah. Ditambah lagi, Jihan selalu membela Sara dan mematahkan semua bantahan
Sisilia pun menurunkan pandangannya, ekspresinya terlihat bimbang dan pikirannya sontak berkecamuk.Sebenarnya, apa sih yang membuat dia merasa khawatir?Dulu, Sisilia khawatir orang seperti Artha tidak layak untuk Aulia, itu sebabnya dia berusaha semampunya untuk memisahkan kedua orang itu. Namun, Artha ternyata memiliki alasan tersendiri.Sekarang, Sisilia khawatir wanita seperti Sara tidak layak untuk Jefri. Itu sebabnya dia berniat campur tangan untuk memisahkan mereka berdua. Namun ....Jika suatu saat nanti dia tiba-tiba mengetahui bahwa Sara bukanlah seperti yang dia pikirkan, sama seperti Artha dulu, bukankah itu berarti dia akan menyesali hancurnya hubungan Sara dan Jefri seperti yang terjadi pada Artha dan Aulia dulu?Begitu pikiran itu terlintas dalam benaknya, Sisilia sontak berkeringat dingin. Jelas-jelas masalahnya belum sampai sana, jadi kenapa dia sudah berpikir seperti itu? Inikah prediksi yang muncul setelah belajar dari kesalahan masa lalu?Sisilia jadi teringat lagi
Pada akhirnya, Sisilia yang ditekan oleh Jihan itu pun terpaksa terbang ke Negara Marota dengan pesawat pribadi yang sudah Jihan siapkan. Sisilia ditemani oleh putra kesayangannya ....Sepanjang perjalanan menuju Negara Marota, Jefri terus mengingatkan Sisilia agar jangan sembarangan bicara pada Sara. Jika tidak, Jefri berjanji akan menghancurkan Keluarga Lionel dan Keluarga Nomana.Cara Jefri mengancam ini memang agak mirip dengan Jihan, tetapi tetap saja nyalinya sebenarnya tidak sebesar Jihan ....Sisilia jadi berpikir betapa bagusnya seandainya putranya adalah Jihan.Lihat saja betapa cakapnya Jihan dalam hal mengintimidasi orang lain. Jihan bahkan hanya perlu berkata-kata untuk memaksa Sisilia naik pesawat.Bandingkan dengan intimidasi yang Jefri lakukan. Seenaknya saja Jefri bilang akan menghancurkan Keluarga Nomana setelah Keluarga Lionel. Jefri jadi terkesan seperti orang idiot yang bisanya hanya menghancurkan keluarga orang!Sisilia menatap Jefri yang terus mengoceh mengancamn
Sementara itu, Sara sama sekali tidak menyadari siapa yang ada di luar kamar. Dia menundukkan kepalanya dan bertanya kepada pria yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, "Kamu mau makan apa, Ivan? Biar nanti aku pulang dan memasakkannya untukmu."Ivan terlihat pucat dan kurus, dia juga terlihat masih lemah sekali untuk sekadar bicara. Wajar saja, dia baru menjalani operasi besar. Akan tetapi, dia tetap merespons pertanyaan Sara dengan lembut."Biar Fariz saja yang beli, kamu nggak perlu repot-repot."Selama beberapa hari terakhir, Sara sudah cukup kerepotan harus bolak-balik rumah sakit dan rumah.Sara memeras handuk itu dan langsung menyanggah Ivan, "Biar aku saja. Kamu nggak terbiasa dengan makanan sini."Ivan hendak mencoba membujuk lagi, tetapi Sara menyelanya dengan lembut, "Cuma sekadar masak kok, nggak bikin capek. Lagian, menu makanmu gampang banget, orang cuma bubur."Apa memasak itu bukanlah pekerjaan yang melelahkan?Sisilia yang merasa itu adalah pekerjaan yang sangat me