Setelah Aulia pergi, Jihan meletakkan pena yang digunakannya untuk menandatangani dokumen. Dia berdiri dengan elegan, mengambil jaketnya, dan memerintahkan sopir untuk mengemudikan mobil. Tak lama kemudian, Jihan pun sampai di rumah Jaden.Begitu sosok tinggi dan tegap itu melangkah ke ruang tamu, sebuah piring langsung terbang ke arahnya. Jihan pun buru-buru menghindarinya.Piring itu terbang melewati Jihan dan menghantam dinding di belakangnya dengan suara keras, lalu seketika hancur berkeping-keping.Melihat pecahan piring di lantai dan ruang tamu yang berantakan, Jihan pun sedikit mengangkat alisnya yang tebal itu.Jihan jarang berkunjung ke rumah Jaden. Namun, dalam ingatannya, rumah Jaden selalu bersih dan rapi.Akan tetapi, saat ini, sejauh mata memandang, tidak ada yang bersih dan rapi. Keadaannya jelas sama persis dengan rumah anjing yang dibangun Gisel di halaman belakang.Sisilia dan Jaden, yang masih berdebat dengan Jefri, melihat Jihan datang. Mereka pun langsung menyingki
Walaupun Sisilia merasa sangat malu, dia tetap berkata dengan nada kasar, "Sekalipun dia itu kakakmu, dia tetap calon menantu Bibi! Itu berarti dia tetap membutuhkan restu dari Bibi! Masa Bibi sebagai calon ibu mertuanya nggak berhak mengobrol dengannya?"Jihan hanya menatap Sisilia sebentar dalam diam, lalu menyahut dengan dingin, "Memangnya kata siapa Nona Sara mau menjadi menantu Bibi?""Kalau memang dia nggak berniat jadi menantu Bibi, kenapa juga dia terus menjalin hubungan dengan putra Bibi selama lima tahun ini?" bantah Sisilia.Jihan duduk bersandar di sofa, ekspresinya terlihat agak bosan. Dia mengatupkan bibirnya dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Kayaknya Bibi Sisilia nggak begitu mengenal putra Bibi."Jika Sisilia saja tidak memahami Jefri, lantas siapa yang bisa?Tentu saja Sisilia tidak sependapat dengan Jihan. "Bibi mengandung Jefri selama 10 bulan! Bibi-lah yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang! Nggak mungkin ada yang lebih memahami dia daripada Bibi, ibu kand
Ucapan Jihan akhirnya mulai membuka jalan pikiran Sisilia. Dia menatap Jihan dengan ragu, lalu bertanya, "Maksudmu ... Jefri bisa berubah dan menjadi seperti sekarang karena jatuh cinta pada Sara?""Bibi Sisilia, Jefri baru menyadari bahwa dia jatuh cinta dengan Nona Sara setelah berulang kali gagal mendapatkan Nona Sara. Itu sebabnya dia berubah demi Nona Sara. Kalau nggak, dia nggak akan menjadi seperti sekarang," jawab Jihan dengan tenang.Sebenarnya, Sisilia juga menyadari betapa bertanggung jawabnya Jefri dengan pekerjaannya di rumah sekalipun putranya itu jadi berselisih dengan orang rumah. Mana mungkin Jefri yang dulu akan bersikap seperti ini?Akan tetapi, Sisilia tidak berkomentar apa-apa karena merasa kesal. Bagaimanapun juga, dia berulang kali mengajari putranya untuk bekerja keras dan berhenti bermain-main, tetapi Jefri tidak pernah mau menurut. Sekarang, begitu Sara turun tangan, Jefri langsung berubah. Ditambah lagi, Jihan selalu membela Sara dan mematahkan semua bantahan
Sisilia pun menurunkan pandangannya, ekspresinya terlihat bimbang dan pikirannya sontak berkecamuk.Sebenarnya, apa sih yang membuat dia merasa khawatir?Dulu, Sisilia khawatir orang seperti Artha tidak layak untuk Aulia, itu sebabnya dia berusaha semampunya untuk memisahkan kedua orang itu. Namun, Artha ternyata memiliki alasan tersendiri.Sekarang, Sisilia khawatir wanita seperti Sara tidak layak untuk Jefri. Itu sebabnya dia berniat campur tangan untuk memisahkan mereka berdua. Namun ....Jika suatu saat nanti dia tiba-tiba mengetahui bahwa Sara bukanlah seperti yang dia pikirkan, sama seperti Artha dulu, bukankah itu berarti dia akan menyesali hancurnya hubungan Sara dan Jefri seperti yang terjadi pada Artha dan Aulia dulu?Begitu pikiran itu terlintas dalam benaknya, Sisilia sontak berkeringat dingin. Jelas-jelas masalahnya belum sampai sana, jadi kenapa dia sudah berpikir seperti itu? Inikah prediksi yang muncul setelah belajar dari kesalahan masa lalu?Sisilia jadi teringat lagi
Pada akhirnya, Sisilia yang ditekan oleh Jihan itu pun terpaksa terbang ke Negara Marota dengan pesawat pribadi yang sudah Jihan siapkan. Sisilia ditemani oleh putra kesayangannya ....Sepanjang perjalanan menuju Negara Marota, Jefri terus mengingatkan Sisilia agar jangan sembarangan bicara pada Sara. Jika tidak, Jefri berjanji akan menghancurkan Keluarga Lionel dan Keluarga Nomana.Cara Jefri mengancam ini memang agak mirip dengan Jihan, tetapi tetap saja nyalinya sebenarnya tidak sebesar Jihan ....Sisilia jadi berpikir betapa bagusnya seandainya putranya adalah Jihan.Lihat saja betapa cakapnya Jihan dalam hal mengintimidasi orang lain. Jihan bahkan hanya perlu berkata-kata untuk memaksa Sisilia naik pesawat.Bandingkan dengan intimidasi yang Jefri lakukan. Seenaknya saja Jefri bilang akan menghancurkan Keluarga Nomana setelah Keluarga Lionel. Jefri jadi terkesan seperti orang idiot yang bisanya hanya menghancurkan keluarga orang!Sisilia menatap Jefri yang terus mengoceh mengancamn
Sementara itu, Sara sama sekali tidak menyadari siapa yang ada di luar kamar. Dia menundukkan kepalanya dan bertanya kepada pria yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, "Kamu mau makan apa, Ivan? Biar nanti aku pulang dan memasakkannya untukmu."Ivan terlihat pucat dan kurus, dia juga terlihat masih lemah sekali untuk sekadar bicara. Wajar saja, dia baru menjalani operasi besar. Akan tetapi, dia tetap merespons pertanyaan Sara dengan lembut."Biar Fariz saja yang beli, kamu nggak perlu repot-repot."Selama beberapa hari terakhir, Sara sudah cukup kerepotan harus bolak-balik rumah sakit dan rumah.Sara memeras handuk itu dan langsung menyanggah Ivan, "Biar aku saja. Kamu nggak terbiasa dengan makanan sini."Ivan hendak mencoba membujuk lagi, tetapi Sara menyelanya dengan lembut, "Cuma sekadar masak kok, nggak bikin capek. Lagian, menu makanmu gampang banget, orang cuma bubur."Apa memasak itu bukanlah pekerjaan yang melelahkan?Sisilia yang merasa itu adalah pekerjaan yang sangat me
Jefri dan Sisilia sontak terdiam dengan bingung.Sisilia sudah bersedia menghampiri Sara ke sini untuk meminta maaf secara langsung, jadi Sara tidak seharusnya terus-terusan bermain tarik ulur seperti ini, bukan?Akan tetapi, Sara bukan bermain tarik ulur. Dia memang benar-benar sudah tidak menginginkan Jefri lagi.Sara meraih tangan Sisilia dan meletakkan kartu hitam itu ke atas tangan Sisilia, lalu berbalik badan dan bergegas berjalan pergi.Akal sehat Jefri langsung berhenti bekerja. Dia segera mengejar Sara, lalu meraih dan memeluk wanita itu."Sara, kalau kamu merasa permintaan maaf ibuku kurang tulus, katakan saja padaku. Aku akan meminta ibuku untuk mengulangi permintaan maafnya. Tolong jangan katakan kamu nggak mau menikah denganku atau semacamnya."Sara kesulitan melepaskan diri dari dekapan Jefri yang erat. Akan tetapi, sekujur tubuh Sara juga jadi terasa sakit.Jefri sudah pernah memeluk Yolanda, Yeni, dan banyak wanita lainnya di luar sana. Dulu Sara memang tidak mempermasa
Sara mengangkat dagunya menatap Jefri yang terlihat kebingungan, lalu menyunggingkan seulas senyuman dingin."Anggap saja ini semua karena aku nggak begitu mencintaimu."Tidak begitu mencintainya ....Itu sebabnya Sara tidak ingin menikah dengannya.Jefri merasa sangat sakit hati karena ibunya tidak merestui hubungannya dengan Sara, tetapi ...."Aku tahu kamu sudah nggak terlalu mencintaiku. Tapi, selama aku bisa menempati sedikit bagian di hatimu, itu sudah cukup buatku."Sisilia sontak merasa kasihan dengan Jefri setelah menyaksikan sendiri bagaimana putranya memelas kepada Sara.Sisilia pikir Sara-lah yang terus mengusik Jefri, tetapi seperti kata Jihan, justru Jefri-lah yang tidak bisa membiarkan Sara sendiri.Sementara itu , Sara sama sekali tidak luluh dengan permintaan Jefri. Dia pun menatap Jefri yang berlutut memohon dengan wajah tanpa ekspresi."Tuan Muda Jefri, kamu sudah nggak punya tempat sedikit pun di hatiku."Jefri sama sekali tidak percaya."Kalau memang nggak ada, ken