Ketika Lilia keluar dari kamar mandi, Jihan, Jefri, Wina dan Sara sedang berdiri di luar pintu sembari menatapnya, seolah mereka sedang menunggu jawaban.Lilia mengepalkan tangannya erat dan bersuara tegas, "Aku yang menembaknya sampai mati, aku nggak mungkin bisa melihatnya untuk yang terakhir kali."Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati keempatnya dan mempercepat langkahnya menuju bangsal, lalu duduk di samping ranjang Reo untuk menunggunya sadar.Sementara, polisi setempat yang menangani kasus itu bertanya pada Jihan menggunakan bahasa Kameria, "Apa katanya tadi?"Sorot mata Jihan terlihat makin dingin, layaknya sebongkah es, dia menatap dingin ke arah polisi tersebut, membuat polisi itu terintimidasi dan tak berani bertanya lebih lanjut.Wina yang perlahan mulai tenang dari keterkejutannya, melihat ke arah Lilia yang sedang duduk di samping ranjang Reo melalui kaca kamar rumah sakit. Meskipun kelihatannya tenang, sebenarnya Lilia sangat gelisah. Wina berpikir, mungkin Lil
Daris yang baru saja tiba, melihat adik sepupunya seketika keluar dengan panik, langsung berteriak padanya, "Mau ke mana kamu?"Namun, Lilia tak menjawabnya dan langsung berlari keluar rumah sakit tanpa menoleh pada kakak sepupunya itu. Bahkan, Lilia sendiri bingung dengan aksinya, hanya terdapat sebuah suara yang tak hentinya melantunkan suara yang terus-menerus mengingatkannya, "Tunggu, tunggu sebentar lagi ...."Lilia tergesa-gesa kembali ke pulau itu, dan ketika dia menerobos masuk ke dalam ruangan sangkar burung, dia melihat Ivan yang terduduk di kursi roda bersama dengan Nurwan yang berdiri di samping pria itu. Kedua pria berbahu lebar itu tampak berbalut jas rapi dan menghalangi pemandangan dalam ruangan, dan menjadi pemandangan awal yang dilihat oleh Lilia.Melalui pancaran cahaya matahari dari celah atap kaca, cahaya tersebut menyoroti keduanya dengan sinar lembut berwarna keemasan. Seolah menyadari kedatangan Lilia, Ivan perlahan berbalik badan."Akhirnya kamu datang."Ketika
Melihat raga Yuno yang tak lagi bernyawa, seutas suara kian membanjiri benaknya dengan pertanyaan.'Apakah Yuno memang pantas untuk mati?''Gara-gara siapa Yuno berbuat hal mengerikan seperti ini?''Bukankah dirinya sendiri yang lebih dulu menyukai Yuno?''Bukankah dirinya sendiri yang mengejar dan melakukan segala cara untuk mendekati Yuno?''Apakah hanya karena Yuno tak menyukai, meremehkan dan membenci dirinya sendiri, maka Yuno dianggap bersalah?'Awalnya, Yuno memang membenci keberadaan mereka. Itu dikarenakan, Lilia merupakan keponakan dari wanita selingkuhan ayahnya, yang juga adalah penyebab ibu Yuno bunuh diri. Wanita selingkuhan itu membawa Lilia ke keluarganya, merebut rumahnya dan mencuri cinta ayahnya yang seharusnya diberikan kepada Yuno. Bukankah, perasaan benci Yuno terhadapnya memang seharusnya wajar?Bicara tentang dendam, segala kejadian ini berakar dari perilaku memalukan orang tua mereka, yang menyebabkan kemunculan bayang-bayang psikologis pada anak-anak dan berak
Namun, saat Lilia berada dalam bahaya, iblis kecil akan selalu menyelamatkan Lilia tanpa ragu. Seperti saat Lilia hampir tenggelam semasa kecil dulu, Yuno tanpa ragu langsung melompat menyelamatkannya.Tepat pada saat itu pula, untuk pertama kalinya hati Lilia berdebar terhadap Yuno yang berani menyelamatkannya, dan perlahan dia mulai menaruh hati pada pria itu. Pria itu adalah penyelamat nyawa dan juga orang yang melindunginya dari perundungan, ya, pria itu adalah Yuno.Kala itu, Lilia akan selalu bertanya padanya, "Yuno, kamu masih peduli sama aku 'kan?" Sementara, Yuno yang mengenakan seragam sekolah, bersandar di pagar, akan memandangnya dengan jijik dan berkata dengan angkuh, "Di dunia ini, hanya aku yang boleh mengganggumu."Dulu, Lilia tak mengerti apa maksud Yuno mengatakan hal itu. Namun, berbeda dengan sekarang, Lilia menebak apakah kemungkinan sedari dulu Yuno memang sudah menyukainya, hanya saja pria itu bahkan tak menyadarinya?Teringat akan masa lalu, mata Lilia seketika
Yuno memang seorang pria yang tidak sehat secara psikologis, tetapi pria itu memperlakukan teman-temannya dengan penuh perasaan dan amat setia. Meskipun, kakaknya, Vino pernah meminta Yuno untuk mengawasi Ivan, tetapi Yuno tak pernah sekalipun memberitahukan kabar buruk apa pun pada kakaknya, bahkan Yuno mencoba segala cara untuk memulihkan ingatan Ivan kembali.Bahkan saat dia mengira temannya sudah mati, Yuno selalu membawa beberapa botol bir untuk duduk di depan makamnya, bersulang dengan batu nisannya, dan berdiam di sana untuk waktu yang lama.Sampai saat kembali ke Kota Ostia, Yuno menangis bahagia, pria itu tidak pernah memperlakukan Rian Gerad yang kehilangan kedua kakinya, seperti orang cacat. Dia mendorong Rian berkeliling, mencoba segala cara untuk menyembuhkan kakinya. Namun, saat itu, Rian yang kehilangan semangat hidup karena cinta yang tak terbalas, berkali-kali menolak bantuan Yuno.Rian berpikir, jika saat itu dia tidak menolak Yuno, dengan keahlian medis Yuno, dia pas
Bahkan Ivan sendiri juga tidak tahu, tentu kemungkinan tidak ada yang tahu akan apa alasan Yuno melakukan semua itu. Mungkin saat itu, Yuno sejahat itu, sehingga dia menyuruh bawahannya untuk menyiksa Lilia.Lagi pula, saat itu Yuno begitu membenci Lilia. Sekalipun terdapat sedikit perasaan suka, hal itu tidak akan bisa melebihi kebencian Yuno yang terpendam begitu lama. Apalagi, perasaan suka itu muncul tanpa disadarinya.Tak bisa menemukan jawaban, Lilia kembali menundukkan bulu matanya menatap ke arah Yuno yang masih diselimuti akan cahaya matahari. Refleks, Lilia mengulurkan jemarinya yang dingin, menyentuh wajah Yuno.Saat ujung jemarinya bersentuhan dengan pipi yang dingin dan kaku, Lilia seakan merasa ingin memeluknya. Namun, Lilia menarik kembali niat itu dan hanya menatapnya dalam diam ....Entah berapa lama telah berlalu, sampai Lilia kembali bersuara pada Ivan, "Kamu nggak nanya siapa yang membunuhnya?"Ivan yang menatap punggung kurus Lilia, menghela napas pelan. "Dia mau m
Lilia pun ditarik turun, sampai akhirnya wanita itu terdiam di tempat tak tahu harus berbuat apa. Melihat itu, Daris segera menghampirinya. "Lilia ...."Melihat raut wajahnya yang kehilangan semangat, Daris mengira adik sepupunya itu ketakutan, sehingga dia segera menepuk pundaknya. "Sudah, jangan takut. Yuno sudah mati, nggak ada yang akan mengganggumu lagi."Lilia menutup matanya yang memerah, sembari mengulaskan senyuman yang terasa lega tetapi juga pahit. "Benar, dia sudah mati dan nggak akan ada lagi yang bisa menggangguku, leganya."Daris tak menyadari apa yang sebenarnya dirasakan wanita itu, dia mengira adik sepupunya itu benar-benar merasa lega, dia lalu berbalik dan menunjuk ke arah kejauhan."Nona Wina dan Nona Sara sedang menunggumu di sana ...."Mengikuti arah yang ditunjuk Daris, Lilia melihat Wina dan Sara yang sedang menunggunya sembari berdiri di bawah kapal.Seolah sadar Lilia sudah keluar dari vila, Wina dan Sara langsung berlari cepat ke arahnya dan memeluk Lilia de
Setelah polisi setempat menyegel tempat kejadian dan menyelidiki penyebab penembakan, mereka menyimpulkan bahwa Yuno bunuh diri karena takut akan hukuman. Mereka kemudian menghubungi polisi dalam negeri, yang menyelesaikan kasus sebelumnya dan membiarkan polisi setempat menangani sisanya. Sementara, jenazah Yuno dibawa ke krematorium dan langsung dikemasi di tempat.Melihat ke dalam tungku krematorium, Lilia melihat jasad Yuno yang seketika terduduk tegak karena reaksi saraf. Sungguh, seketika Lilia berharap bahwa Yuno hidup kembali ....Namun, sebagai seorang dokter, Lilia sendiri tahu bahwa sekitar tiga hari setelah kematian, otot tubuh manusia belum sepenuhnya mati. Ketika jaringan otot merasakan rasa sakit akibat pembakaran, akan ada refleks saraf.Yuno yang terduduk tegak di dalam tungku kremasi hanya karena otot-otot tubuhnya merasakan sakit yang menyebabkan reaksi. Yuno sudah mati dan tidak akan pernah kembali lagi ....Sebelum kematiannya, Yuno melindungi Lilia sehingga dia tid