Lilia pun ditarik turun, sampai akhirnya wanita itu terdiam di tempat tak tahu harus berbuat apa. Melihat itu, Daris segera menghampirinya. "Lilia ...."Melihat raut wajahnya yang kehilangan semangat, Daris mengira adik sepupunya itu ketakutan, sehingga dia segera menepuk pundaknya. "Sudah, jangan takut. Yuno sudah mati, nggak ada yang akan mengganggumu lagi."Lilia menutup matanya yang memerah, sembari mengulaskan senyuman yang terasa lega tetapi juga pahit. "Benar, dia sudah mati dan nggak akan ada lagi yang bisa menggangguku, leganya."Daris tak menyadari apa yang sebenarnya dirasakan wanita itu, dia mengira adik sepupunya itu benar-benar merasa lega, dia lalu berbalik dan menunjuk ke arah kejauhan."Nona Wina dan Nona Sara sedang menunggumu di sana ...."Mengikuti arah yang ditunjuk Daris, Lilia melihat Wina dan Sara yang sedang menunggunya sembari berdiri di bawah kapal.Seolah sadar Lilia sudah keluar dari vila, Wina dan Sara langsung berlari cepat ke arahnya dan memeluk Lilia de
Setelah polisi setempat menyegel tempat kejadian dan menyelidiki penyebab penembakan, mereka menyimpulkan bahwa Yuno bunuh diri karena takut akan hukuman. Mereka kemudian menghubungi polisi dalam negeri, yang menyelesaikan kasus sebelumnya dan membiarkan polisi setempat menangani sisanya. Sementara, jenazah Yuno dibawa ke krematorium dan langsung dikemasi di tempat.Melihat ke dalam tungku krematorium, Lilia melihat jasad Yuno yang seketika terduduk tegak karena reaksi saraf. Sungguh, seketika Lilia berharap bahwa Yuno hidup kembali ....Namun, sebagai seorang dokter, Lilia sendiri tahu bahwa sekitar tiga hari setelah kematian, otot tubuh manusia belum sepenuhnya mati. Ketika jaringan otot merasakan rasa sakit akibat pembakaran, akan ada refleks saraf.Yuno yang terduduk tegak di dalam tungku kremasi hanya karena otot-otot tubuhnya merasakan sakit yang menyebabkan reaksi. Yuno sudah mati dan tidak akan pernah kembali lagi ....Sebelum kematiannya, Yuno melindungi Lilia sehingga dia tid
Semasa muda, Lilia tidak pernah mempertanyakan hal itu. Dia pikir, bibinya memang sedang membantunya mengejar pria yang disukainya, makanya dia harus bersikap berani dan patuh kepada sang bibi.Sembari mengikuti saran dari Wela, Lilia selalu perhatian dan mengejar Yuno. Bahkan di saat prestasi belajarnya tidak baik, Lilia akan selalu meminta Yuno mengajarinya. Sekalipun hubungan mereka buruk, Lilia masih dengan berani mendekati Yuno ....Dia percaya bahwa ketulusan akan menggerakkan hati Yuno, dan membuat Yuno menyukainya. Namun, sayangnya, itu tidak terjadi.Yuno yang membenci Wela juga membenci Lilia. Setiap kali Lilia mencoba mendekat, Yuno akan marah dan memakinya, mengatakan bahwa dia benar-benar mirip dengan bibinya itu yang hanya tahu cara menggoda pria, sehingga dia mengusir Lilia untuk pergi jauh ....Anehnya, meskipun Yuno sangat membencinya, terkadang dia datang ke kamar Lilia di tengah malam. Saat Lilia terbangun, dia sering melihat Yuno berdiri di samping tempat tidur, sem
Lilia tidak mengerti, jadi dia berjalan dengan kaku ke arah Wela dan bertanya, "Bibi, kenapa kamu tertawa?"Wela tidak menyembunyikan senyumnya sama sekali. Sebaliknya, senyumnya semakin merekah dan dia mengangkat tangan, menyentuh rambut Lilia. "Aku tertawa karena Lilia kecilku akhirnya terbebas dari iblis itu."Dia tampak sangat turut bersedih atas nasib Lilia. Tangannya menyentuh pipi Lilia dengan gerakan yang sangat lembut. "Bibi melihat semua rasa sakit yang kamu derita karena Yuno. Dia benar-benar telah membuatmu menderita. Bibi kasihan sama kamu. Meskipun hatiku sakit karena kematiannya, rasa sakit ini nggak lebih penting dari kebebasanmu ...."Wela sangat baik kepada Lilia, baik itu dalam hal uang atau perhatian. Bahkan ketika dia baru saja memasuki Keluarga Safwan, Wela mentransfer semua uang yang dia terima dari Zakaria kepada Lilia. Dia juga mentransfer beberapa buah rumah kepada Lilia. Siapa sangka, Lilia yang dulu malang itu sudah kaya raya di usia muda ....Perlakuan Wela
Abu kremasi Yuno dibawa kembali ke dalam negeri oleh Zakaria sekeluarga.Berita yang beredar di Ostia mengatakan bahwa Wela memperlakukan anak tirinya dengan penuh cinta dan perhatian. Zakaria mengecam Yuno sebagai penghancur keluarga dan tidak mengizinkan pemakamannya dibuat besar-besaran. Wela bertengkar dengan Zakaria karena hal ini. Katanya, Yuno tetap anggota Keluarga Safwan meski dengan reputasi buruknya. Dia tetap harus diberi upacara pemakaman yang besar.Pada akhirnya, Zakaria tidak bisa membantah Wela dan menyerahkan pemakaman ini kepadanya. Orang-orang yang datang melayat mengatakan bahwa Wela berlutut di depan foto Yuno dan menangis sejadi-jadinya. Dia hampir pingsan dan harus dipapah seseorang dari Keluarga Safwan.Di lingkaran sosial Kota Ostia, Yuno dikatakan sebagai anak tiri yang paling tidak tahu berterima kasih.Ketika berita ini sampai di telinga Lilia, dia sedang menyuntikkan obat. Gerakannya tetap lancar tanpa terpengaruh. Ekspresinya bahkan tidak banyak berubah. S
Penyembuhan tendon Reo cukup cepat dan tidak ada efek samping yang serius. Dia sekarang sudah cukup pulih dan kemungkinan sudah bisa pulang dari rumah sakit setelah pemulihan lebih lanjut.Melihat Lilia masuk, Reo segera meminta orang tua yang menemaninya di depan ranjang rumah sakit untuk keluar terlebih dahulu. Orang tuanya juga cukup pengertian. Setelah melihat Lilia, mereka bangkit dan pergi memberikan ruang untuk mengobrol.Lilia berjalan mendekat dan duduk di depan ranjang rumah sakit Reo. "Bagaimana keadaanmu hari ini? Tanganmu sudah bisa digerakkan?"Reo mengangguk. Menatap Lilia dengan mata hangat. "Tanganku bisa kembali normal, tenang saja ...."Lilia meraih tangan Reo dan memeriksanya. Melihat pemulihannya berjalan dengan baik, dia berkata lagi, "Memang sudah pulih. Tapi aku khawatir tanganmu nggak akan bisa digunakan untuk operasi lagi."Reo tidak peduli. "Grup Lionel mengembangkan obat-obatan. Setelah bekerja di sana beberapa waktu, aku baru sadar ternyata aku lebih tertar
Lilia menundukkan pandangan matanya yang menyimpan entah emosi apa. Dia menatap pergelangan tangan Reo yang terbungkus kain kasa. Setelah waktu berlalu cukup lama, dia perlahan mencoba tersenyum. "Reo, aku itu pembawa sial. Sejak kamu bersamaku, kamu selalu terluka entah itu ringan atau berat. Kupikir, sebaiknya nggak usah dilanjutkan."Hati Reo bergetar hebat mendengar jawaban ini. Namun, entah kenapa, dia seperti sudah mendapat firasat bahwa Lilia akan memberikan jawaban semacam ini. Jadi, Reo tidak terlalu terkejut ketika Lilia mengatakannya. Hanya saja ..."Lilia, Yuno sudah pergi. Nggak akan ada siapa pun yang menyakitimu lagi ...."Lilia mengalihkan pandangannya dan menatap Reo, yang mengharapkan dia berubah pikiran."Aku membunuh seseorang dan dilecehkan di depanmu. Dua rintangan ini nggak akan pernah berlalu dalam hatiku ...."Dia langsung mengatakannya tanpa mencari-cari alasan lain. Nyatanya, ketika Yuno ingin memerkosa dirinya di depan Reo, Lilia dan Reo tidak mungkin bisa b
Lilia tidak menunggu Reo bicara apa-apa. Dia langsung bangkit dan pergi. Tekadnya ini sama bulatnya seperti saat dia menembak Yuno.Lilia bukanlah orang yang ragu-ragu dan kebingungan. Ketika dia memutuskan sesuatu, dia akan mengatakannya dengan jujur. Setelah itu, dia akan memutuskan hubungan, tidak lagi berinteraksi satu sama lain.Namun, Reo tahu bahwa Lilia tidak akan begitu saja memutuskan hubungannya dengan dirinya. Paling tidak, sampai tangannya benar-benar sembuh, dia tetap akan peduli padanya seperti biasa.Dia juga orang yang sangat penting dalam hati Lilia. Meski tidak sepenting seorang kekasih, paling tidak bukan hanya sebagai orang asing saja.Reo tahu betul sifat Lilia. Jadi, sambil melihat punggung itu menjauh, dia bicara perlahan."Lilia, kalau aku nggak pergi mencarimu saat itu, apa kamu akan hidup baik-baik saja selama satu bulan bersama Yuno di pulau itu?Langkah kaki Lilia perlahan berhenti, tetapi dia tidak menoleh. Dia hanya berhenti di tempat selama beberapa deti